Chapter 13 - Malam Pertama Penuh Darah

442 17 0
                                    

"Nisa?! Nisa?! Kak Neon! Nisa?! Kak Neon .. " Teriak Lisa dari arah luar rumah Nisa, dengan segera Nisa membuka pintu dan melihat Lisa yang menangis sejadi-jadinya.

"Lisa?! Kamu kenapa?! Ayo masuk!" Ucap Nisa sambil merangkul sahabatnya itu menuju sofa.

"Ada apa? Ceritakan padaku." Ucap Nisa.

"Kak Neon, dari malam sampai sekarang belum ada pulang ke rumah. Aku sudah hubungin nomor telefonnya tapi gak aktif sama sekali, aku khawatir .. " Ucap Lisa, Nisa menghela nafas.

"Dia pergi ke kampus kan?" Tanya Nisa, Lisa mengangguk kepalanya.

"Berarti gak cuman kamu yang ngalami hal ini, bang Rian juga pergi ke kampus semalam dan sampai sekarang belum pulang dan aku juga udah hubungin dia dan HP-nya juga gak aktif, mungkin mereka berdua lagi sibuk, lagian kakakku dengan bang Rian kan satu kampus, jadi jangan khawatir." Ucap Nisa menenangkan sahabatnya itu.

"Tapi tetap aja aku khawatir Nis .. masalahnya kak Neon berangkatnya malam banget." Ucap Lisa.

"Bang Rian juga berangkatnya malam. Udah berdoa aja semoga mereka berdua baik-baik aja, mendingan sekarang kamu istirahat, aku buatkan teh panas ya?" Ucap Nisa, Lisa hanya mengangguk.

"A . . aku ada di mana ini?" Tanya Neon yang baru sadar dalam pingsannya.

"Kamu sekarang ada di rumah kakek ku." Ucap Rian sambil mengobati luka-luka lecet di tangan Neon.

"Lho Rian? kok aku bisa ada di sini?" Tanya Neon.

"Satu kampus heboh gara-gara kamu gak ada datang sama sekali, pas aku nyari aku gak sengaja ketemu kamu di jembatan lagi pingsan, memangnya ada apa sih kok kamu sampai pingsan begitu?" Tanya Rian.

"Gak tau, aku gak sengaja mau nabrak kucing pas aku mau periksa aku malah dicakar sama kucing itu dan tanganku berdarah tapi anehnya darah itu terus keluar, dan keluarnya itu lewat tetesan dari atas." Ucap Neon menjelaskan.

"Huh? tetesan darah dari atas?" Tanya Rian.

"Arwah Miranda teman Nisa datang meminta keadilan padaku." Ucap Neon.

"Keadilan apa?" Tanya Rian.

"Beberapa minggu yang lalu aku nemanin Nisa buat foto copy berkas-berkasnya dia tapi aku sama Nisa dengar bunyi aneh di sekolahannya akhirnya aku sama Nisa datang ke sana untuk periksa, dan di belakang sekolah Nisa ada tragedi pembunuhan sadis arwah Miranda, aku yang menjadi saksi mata pembunuhan itu gak menyatakan diri sebagai saksi mata, hingga arwah Miranda datang meminta keadilan padaku, untung aja aku gak mati di malam itu, mungkin sekarang Lisa akan jadi janda. Allah masih sayang padaku."

"APA?! Ja .. jadi .. kamu sudah tau tragedi pembunuhan itu?!" Ucap Rian terpekik kaget.

"Iya .. dan rencananya hari ini aku mau menjadi saksi kematian Miranda." Ucap Neon.

"Ayo! sekarang kita harus pergi ke kantor polisi! sebelum semuanya terlambat." Ucap Rian menarik Neon.

Di kantor polisi Neon menceritakan semua kejadian itu dan pihak polisi merasa terbantu untuk menemukan 2 pelaku yang telah membunuh arwah Miranda.

Wawancara telah selesai, Rian dan Neon diperizinkan untuk kembali ke rumah dan jam sudah menunjukkan pukul 08.00 malam, Rian mengantarkan Neon ke rumahnya dan di sambut oleh isak tangis oleh Lisa.

"Suami ku .. Ada apa ini? Kenapa kak Neon jadi luka-luka begini?" Tanya Lisa.

"Gak papa de, kakak gak papa kok, ceritanya nanti aja di rumah .. Sekarang, kamu pulang ke rumah, pasti Nisa khawatir sama kamu." Ucap Neon. Rian mengangguk lalu pergi.

Di perjalanan pulang, hujan lebat mengguyur bumi. Tak perduli akan hujan, Rian tetap saja menerobos lebatnya hujan itu, yang ada di fikirannya sekarang ialah bisa kembali ke rumah untuk menjumpai istrinya, Nisa.

Tak lama kemudian ..

*BUK*

Rian terjatuh dari motornya karena terpeleset namun dengan segera ia bangkit dari jatuhnya dan kembali berjalan menuju rumahnya.

Bisikan MautWhere stories live. Discover now