Chapter 18 - Aku Pergi

279 12 0
                                    

"AHHHH!!"

Teriak siswi di kampus itu, mereka terkejut melihat mayat Oki yang tergantung dan telah membiru itu.

"Ada apa? Ada apa?!" Teriak pak Danton selaku dosen killer di kampus itu.

"Ini pak ada mayat Oki!!!" Teriak Najla yang menutup hidungnya karena banyaknya nanah yang keluar dari tubuh Oki.

*

"Ini aneh, kematian Oki kan baru saja kemarin, kenapa sekarang tubuhnya bisa membusuk dan bernanah begitu?" Tanya Tio.

"Iya ya, kan kematiannya baru terjadi semalam, kenapa bisa seperti meninggal beberapa bulan yang lalu? Aneh." Balas Rehan.

"Ehh!" Teriak seseorang dari ujung pintu.

"Di mana sekarang mayat Oki?" Ucap Rian yang tersengal-sengal.

"Ehh Rian! Itu .. Sudah di bawa ke RS buat di otopsi, sekitar 1 jam yang lalu." Jawab Rehan.

"Iya, tadi barusan aja pak Danton balik dari RS, memangnya kenapa?" Tanya Tio.

"Gak! Gak papa, makasih yah!" Teriak Rian yang kembali berlari meninggalkan ruangan kelasnya.

*

"Bagaimana dokter? Apakah ada tanda-tanda kematian janggal lain pada ananda Oki?" Tanya bu Mirna selaku dosen.

"Begini bu, pasien Oki memang hanya mengalami kematian gantung diri, mengenai bau busuk itu karena pecahnya pembuluh darah yang membuat kulit Oki robek dan mengeluarkan nanah karena itulah badan pasien membiru seketika. Yang membuat bau busuk adalah nanah yang dikeluarkannya." Jelas dokter.

"Lalu .. Siapa kira-kira pelakunya dok? Tidak mungkin kan Oki menggantung dirinya sendiri, pasti ada orang lain yang melakukannya." Ucap bu Mirna.

"Maaf bu, sekali lagi. Pasien Oki memang melakukan tindakan gantung diri, karena peneliti otopsi ini sudah melakukan scan sidik jari dan hasilnya negatif tidak ditemukan sidik jari manusia yang melakukannya, tetapi .. "

"Tetapi apa, dok?"bu Mirna penasaran.

"Tetapi anehnya kami juga tidak menemukan sidik jari pasien Oki di tali itu, kalau memang pasien Oki melakukan tindakan gantung diri pasti ada sidik jarinya di tali itu. Tapi yang jelas, saat ini yang kami dapatkan dari hasil otopsi adalah bahwa pasien Oki memang melakukan tindakan gantung diri itu." Ucap dokter

"Kalau begitu, saya permisi." Ucap dokter itu lagi seraya melangkahkan kakinya pergi, sementara bu Mirna masih terdiam.

"Tidak ada sidik jarinya sendiri? Tidak ada sidik jari orang lain? Jika tidak ada, siapa pelakunya?" Tanya bu Mirna pada dirinya sendiri.

*

"Eh ibu-ibu .. Barusan tadi anakku nelfon kalau teman kampusnya meninggal karena gantung diri." Ucap ibu Iras.

"Yang bener bu? Etateh kenapa atuh bisa gantung diri?" Ucap bu Zahra.

"Saya kurang tau juga, tapi katanya pas diotopsi gak ditemukan sidik jari si Oki itu atau pun sidik jari orang lain. Jadi masih bingung sampai sekarang, siapa pelakunya." Ucap bu Iras.

"Yah berdoa saja lah teh, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan kekuatan, jadi merinding saya mah." Ucap bu Zahra.

Tiba-tiba Nisa yang baru saja pulang dari pasar lewat dihadapan ibu-ibu itu.

"Ehh neng Nisa, sini dulu neng .. " Panggil bu Iras.

"Ada apa ya bu?" Tanya Nisa sopan.

"Udah dengar belum kalau temannya si Rian suaminya eneng meninggal dunia semalam?" Tanya bu Iras.

"Iya teh, meninggalnya karena gantung diri." Tambah bu Zahra.

"Inna Lillahi Wa Inna Lillahi Roji'un, kok bang Rian gak ada kasih tau Nisa ya kalau teman kampusnya yang meninggal, siapa namanya bu?" Tanya Nisa dengan ekspresi khawatir.

"Oki, namanya Oki." Ucap bu Iras.

"Mendingan sekarang teteh pulang terus telfon si Rian terus tanya soal si Oki itu." Ucap bu Zahra.

"Ya sudah kalau begitu, Nisa pamit pulang dulu ya ibu-ibu, terima kasih atas infonya. Assalamu'alaikum." Ucap Nisa sopan.

"Wa'alaikumussalam." Jawab kedua ibu-ibu itu.

*

"Abang kok gak kasih tau ade kalau ada temannya abang yang meninggal?" Tanya Nisa pada Rian di telefon.

"Maaf de, abang niatnya mau ngasih tau nanti setelah abang pulang dari kampus, tapi ternyata ade udah tau." Ucap Rian.

"Terus gimana keadaannya sekarang? Abang gak papa kan?" Tanya Nisa khawatir.

"Proses penguburannya udah selesai beberapa jam yang lalu, alhamdulillah abang gak kenapa-kenapa, cuma sakit perut aja belum ada makan." Ucap Rian.

Cukup lama mereka berbicara di telefon dan akhirnya mereka mengakhirinya.

*

Satu bulan sudah berlalu kini tiba keberangkatan Nisa menuju Jerman, negara yang idamkannya selama ini untuk menempuh perjalanan pendidikan di sana.

Dengan berat hati Nisa meninggalkan keluarganya di sini begitu pula Rian yang berat hati melepas istrinya itu, padahal baru 4 bulan mereka menikah.

"Aku pergi." Ucap Nisa.

Dan perkataan itu masih terngiang di telinga Rian seakan ada sesuatu dibalik kata itu.

Bisikan MautWhere stories live. Discover now