Chapter 22 - Panas

260 15 0
                                    

Rian memutar badannya ke arah belakang secara perlahan sambil meneguk air ludahnya.

Sett ..

"Hufftt .. " Rian menghela nafasnya.

Yang ia lihat di belakang adalah foto Nisa dengan berbalut gamis berwarna hitam senada dengan warna merah muda tersenyum lebar.

Cliingg ..

Rian terpekik kaget ketika HP-nya kembali berbunyi.

"Cantik bukan?"

Rian membaca isi pesan itu.

"Itu adalah aku, istrimu."

Rian hanya diam memandang layar HP-nya.

"Abang?"

Rian hanya diam membiarkan.

"Abang kenapa gak balas pesan ade?"

"Abang?!"

"Abang, ade kangen .. Mau dengar suara abang .. "

Rian hanya diam memandang layar HP-nya itu, sudah ada sekitar 25 pemberitahuan pesannya, dan ini adalah ke-26 kalinya juga pesan ini berbeda dari yang sebelumnya.

"Assalamu'alaikum, abang .. Maaf Nisa baru balas pesan abang, di sini jaringannya gak sampai jadi ade gak bisa angkat telefon abang, alhamdulillah sudah sampai jaringannya, Nisa kirimnya 2 jam yang lalu jadi Nisa yakin pesan ini sudah sampai ke abang. Oh iya, ade juga baru tau kalau abang udah 3 hari gak ngampus karena sakit, kak Neon baru aja kasih tau ade. 2 bulan lagi Nisa bakal pulang kok ke Indonesia, abang jangan lupa minum obat, makan teratur, dan banyak istirahat. Jangan lupa 5 waktunya juga, maaf cuma bisa balas pesan abang begini, sayang abang. Nisa. "

Peluh Rian kembali bercucuran, kini detak jantungnya tidak beraturan.

Jika dilihat kembali, Nisa baru saja mengetahui bahwa Rian sedang sakit dan juga jaringannya tidak sampai dari Jerman ke Indonesia sehingga memerlukan waktu 2 jam untuk bisa mengirim pesan dari Jerman ke Indonesia.

Sedangkan, beberapa menit dan beberapa detik yang lalu, pesan dari orang yang sama telah masuk ke pemberitahuan pesan Rian.

"Kalau Nisa baru saja tau kalau aku sakit, lalu siapa orang yang sebelumnya mengirim pesanku atas nama Nisa?" Ucapnya dengan dirinya sendiri.

Tiba-tiba foto pernikahan mereka berdua jatuh dari atas meja, dan kacanya pecah berserakan di lantai.

Rian segera bangkit dan membersihkan kaca-kaca itu dan membalik bingkai foto itu, namun aneh! Potret Nisa yang memakai gaun pengantin itu seketika mengeluarkan darah yang membentuk huruf 'X' di wajah Nisa.

Rian segera melempar foto itu, dan terduduk ke arah belakang. Nafasnya tersengal-sengal, detak jantungnya juga sudah tidak beraturan.

Hawa panas semakin mengisi di keseluruhan ruangan itu.

Rian meneguk air ludahnya dan mengucap 'Bismillah' lalu mendekati foto itu lagi, ia balik lagi bingkai foto itu secara perlahan namun semuanya sudah kembali seperti awal, tidak ada darah yang membentuk huruf 'X' di wajah Nisa.

Rian sangat lega dan mengucap,

"Alhamdulillah."

Rian segera membereskan kekacauan yang terjadi di kamarnya, dan segera mengambil air wudhu lalu berdo'a dan tidur.

*

"Ihh panas banget sih!" Ucap Kira wanita yang memakai baju kaos panjang berwarna putih itu mengeluh.

"Iya, hari ini panas banget! Padahal lagi hujan." Ucap Rio.

"Yo, mana Rian? Hari ini kita ada presentasi masalah keuangan lho." Ucap Diki.

"Gak tau, apa mungkin dia masih sakit?" Tanya Rio.

"Coba kamu telefon dia!" Ucap Kira.

Nomor yang Anda tuju sedang sibuk,

cobalah beberapa saat lagi.

"Gak aktif!" Ucap Diki.

"Coba tanya pak Danton, dosen dia. Mungkin dia titip surat izin sama pak Danton." Ucap Rio.

"Ya udah, aku aja yang cek ke ruang pak Danton." Ucap Kira.

Kira melangkahkan kakinya menuju ruang pak Danton, namun di perjalanan ia bertemu Neon.

"Neon!"

"Ehh Kira, ada apa?" Tanya Neon sambil melihat ke arah jam tangannya.

"Maaf ya, nyita waktunya sebentar. Aku mau tanya, Rian ke mana yah? Kamu tau gak?" Tanya Kira.

"2 jam lagi dia bakalan ke kampus kok, aku tadi pagi udah nyamperin dia." Ucap Neon.

"Ohh jadi 2 jam lagi yah? Kira-kira dia sakit apaan?" Tanya Kira.

"Demam, badannya panas banget. Tapi udah agak mendingan sih, kalau bisa ntar kalau kalian di dalam ruangan jangan nyalain AC terlalu deras yah, takutnya dia muntah." Ucap Neon.

"Oh gitu, oke. Terima kasih banyak yon!" Ucap Kira sambil berlari.

"Yoks!" Ucap Neon.

*

"Gaes, tadi aku ketemu sama Neon, katanya Ri .. An .. "

Seketika raut wajah Kira berubah menjadi sangat panik dan kebingungan.

"Diki! Rio! Kalian di mana?!" Teriak Kira yang berkeliling di skeitar ruangan itu.

"Diki! Rio!" Teriak Kira.

"Hahh .. Hahh .. Hahh .. Hahh .. Panass .. Panass .. "

Kira berhenti berteriak, ia mendengar suara orang yang kepanasan, ia menelusuri semua tempat di ruangan itu secara seksama.

"Ki .. Ra .. "

"AAAKKHHH!!! DIKIII!! RIOOO!!" Seketika Kira berteriak, ketika melihat kedua temannya itu tengah terbaring dengan keadaan kulit yang setengah kering dan hangus seperti terbakar.

Bisikan MautWhere stories live. Discover now