Chapter 17 - Tragedi Berdarah

423 18 3
                                    


"Akhir-akhir ini Mitra semakin gak jelas! Kadang pulangnya tengah malam, kadang subuh, kadang pagi, bahkan pernah sampai gak pulang-pulang, omongannya juga kasar banget, dikasih tau ngebandel dan kalau kemauannya gak diturutin dia suka lari dari rumah." Ucap Kayla kakak perempuan Mitra kepada Neon dan Rian.

"Biasanya kalau anak muda kayak begitu karena pengaruh teman-temannya tu Nay." Ucap Rian.

"Bisa juga karena dia kurang perhatian di rumah, jadinya dia mencoba mencari perhatian di luar sana." Ucap Neon.

"Nggak .. Mitra bukan tipe anak yang begitu, justru dia yang paling manja ketimbang adekku yang paling kecil si Zaki, dia juga penurut, dan kalau ngomong selalu sopan. Gak tau kenapa semenjak dia ditinggal sama Miranda dia berubah gitu." Ucap Nayla sambil meminum teh yang ada di tangannya.

"Miranda?" Tanya Rian, Neon hanya terdiam.

"Iya, Miranda .. Yang meninggal beberapa waktu yang lalu karena jadi korban pembunuhan itu. Mitra sama Miranda tuh sebenarnya udah pacaran." Ucap Nayla.

"Ohh .. Jadi mereka berdua selama ini pacaran?" Ucap Rian terbelalak.

"Iya mereka pacaran." Ucap Nayla.

"Terus ini dia kemana?" Tanya Neon.

"Gak tau tuh, dari pagi dia udah hilang gitu aja .. Pusing aku ngurusin dia, mana mama sama bapakku belum datang dari Balikpapan. Biasanya aku gak pernah seribet ini ngurus ade-adekku tapi karena sifat Mitra yang berubah begini, justru semakin ribet, setiap hari mesti marah-marah sama dia." Keluh Nayla.

"Udah ah .. Kita lanjutkan aja tugasnya, besok udah harus dikumpul ke dosen." Ucapnya lagi.

*

"Gimana keadaan Kris sekarang?" Tanya Lisa pada Isya'.

"Alhamdulillah dia udah kembali normal. Tapi aku masih merasa bersalah .. Karena aku telah membuatnya melukai tangannya sendiri." Ucap Isya' sambil menundukkan wajahnya.

"Udah jangan salahkan diri kamu sendiri, lagian juga itu bukan kemauan kamu kan buat ngelakuin hal itu? Kamu ngelakuin itu karena kamu ingin melindungi diri, dan tangan yang terluka itu telah sembuh dan dia juga sudah kembali normal dan gak akan bertingkah aneh lagi." Ucap Nisa sambil memegang pundak Isya'

"Hahh .. Inilah yang kutakutkan selama ini, aku tidak ingin orang-orang terluka karena berada di sekitar kita, dan sekarang suamiku merasakannya .. Aku benar-benar gak bisa nerima ini." Ucap Isya' yang mulai menitikkan air matanya.

Lisa memeluk Isya' Nisa memegang tangannya.

"Aku takut hal ini terjadi terus .. Aku gak mau ngeliat suamiku terus-terusan berubah menjadi sesuatu yang menyeramkan seperti itu." Ucap Isya'.

"Sebenarnya aku juga gak ingin menikah cepat." Ucap Nisa.

"Aku juga sempat berfikir seperti apa yang difikirkan Isya' tapi .. Ini sudah menjadi takdir kita, bagaimana pun juga kita akan bertemu dengan jodoh kita, menikah lebih baik daripada pacaran atau menunda-nunda, apapun yang terjadi kita harus kuat, karena kita melakukannya tidak sendirian melainkan bersama-sama." Ucap Nisa.

"Iya itu benar! Meskipun ini sulit, tapi gak ada salahnya kan kita menjalaninya? Aku juga gak menerima hal ini, kenapa harus orang-orang yang kita cintai yang terkena kesialan ini? Cukup kita bertiga yang merasakannya jangan ada korban yang lain lagi." Ucap Lisa.

"Berkata atau memohon seperti itu gak ada gunanya sebelum kita mencari tau kebenarannya. Aku benar-benar ingin mencari tau kebenaran akan wanita itu, setelah itu baru kita musnahkan dia dan kita bisa hidup bahagia." Ucap Nisa.

Mereka bertiga tersenyum bersama dan berpelukkan satu sama lainnya.

*

Srak .. Srak ..

Suara langkah kaki Mitra menelesuri jalan, ia menatap jalan dengan tatapan kosongnya, tubuhnya lunglai, dan fikirannya terus tertuju pada mantan kekasihnya, Miranda.

Ia terus mengingat kejadian kematian mantan kekasihnya itu dan marah pada dirinya sendiri.

"Ahh! Sialan!" Teriaknya sambil menendang debu jalanan.

Ia tengah berjalan di sebuah jalanan yang sepi dan terdapat hutan di samping kanan-kirinya.

Ia duduk di tengah jalanan itu dan meminum sebuah minuman keras yang terdapat di dalam kantong jaketnya. Ia menggerutu sesuatu namun tidak pasti jelas apa yang ia gerutukan.

2 jam telah berlalu, hari semakin gelap namun ia masih terduduk di sana dengan minuman yang ada di tangannya, tingkahnya semakin aneh dan liar.

"Hahaha .. Hari ini kamu begitu cantik, ekh!" Ucapnya ranyau.

Dia mencoba berdiri normal namun tetap saja karena pengaruh alkohol di dalam dirinya, ia semakin lunglai dan tidak stabil.

Ia melangkahkan kakinya dengan malas dan terus meneguk air alkohol itu. Namun tak lama kemudian terdengar suara aneh di dalam hutan, ia terdiam dan mendengarkan secara seksama namun tetap tak menghiraukannya, kini fikirannya buyar ia terus melangkah tanpa tahu ke mana arah tujuannya.

Suara itu semakin keras dan jelas, akhirnya ia menghentikan minumnya dan berjalan menuju hutan. Kini ia telah berada tepat di depan hutan dan memandang ke arah kanan-kiri namun tak ada apa-apa, suara itu di dalam hutan bukan di luar.

Ia pun membuka ranting yang ada dihadapannya itu juga menendang daun-daun yang dipijaknya.

"Ahh .. Suara apa sih itu?!" Ucapnya.

Srrk .. Srrk ..

Suara itu semakin mendekat, Mitra terdiam menunggu kehadirannya namun tidak ada apa-apa hanya hembusan angin yang tidak tahu darimana asalnya menerpa wajahnya.

Buzzz ..

Dia seperti terhantam ke belakang, bukan karena pengaruh alkohol namun karena angin itu, angin yang mungkin tidak seperti biasanya kini bisa membuat orang terhantam ke belakang.

Samar-samar seseorang berbisik padanya ..

"Miranda .. Miranda .. " Bisikkan itu. Mitra mencoba untuk memulihkan fikirannya, matanya sembap.

"Miranda .. Miranda .. " Bisikkan itu semakin terdengar di telinganya.

Kemudian Mitra teringat akan kejadian kematian Miranda kembali, dan bisikkan itu terus mendengung di telinganya.

"Miranda .. Miranda .. Hihi .. " Mitra mencoba tak mengacuhkannya namun bisikkan itu terus menghantuinya.

"Tolong aku Mitra .. Ini aku Miranda .. " Bisikkan itu.

Tak lama kemudian ada seseorang yang memegang bahu sebelah kanannya dan berbisik.

"Matilah bersamaku .. "

Seketika itu Mitra membalikkan badannya dan melihat sosok wanita itu menyeringai dan hilang dalam kegelapan malam. Ia ketakutan, ia pun berlari keluar dari hutan itu, bisikkan tadi masih terngiang di kepalanya.

Tett .. Tett ..

"BRAAAAKKKKK!"

Terdengar suara tabrakan yang keras, Mitra ditemukan telah mati terlindas truk batu bara, darah berceceran kemana-mana, Mitra mati di tempat pada pukul 08.00 malam. Untunglah supir truk itu tidak tewas namun ia segera melaporkan hal ini kepada pihak polisi dan kejadian ini dinamakan "Tragedi Berdarah", karena ini adalah kematian pertama kalinya di tempat itu, pihak kepolisian memberi tanda berupa gambar darah yang menunjukkan bahwa tempat itu pernah terjadi kematian yang sangat mengerikan dan meminta para warga untuk berhati-hati. Kini Mitra yang hidupnya hancur dan penuh maksiat telah menghadap ke yang Maha Kuasa dengan kematian yang sangat tragis.

Terdengar suara tawa wanita di dalam hutan itu, ia tertawa begitu gelinya setelah berhasil membuat Mitra tewas terlindas truk.

Dan kematian ini terus berlanjut . . .

Bisikan MautWhere stories live. Discover now