Chapter 29 - Organ Terbang

170 11 7
                                    

"Gimana? Udah makan kan?" Tanya Rian yang membantu Nisa duduk di sofa.

"Udah kok." Balas Nisa.

"Lain kali kalau ada apa-apa di luar, jangan langsung keluar. Liat situasi dan kondisinya dulu, kita gak pernah tau kalau ada bahaya yang mengintai kita." Ucap Rian.

Nisa tersenyum dan mengangguk.

"Ahh . . Entah kenapa kalau ngeliat kamu senyum gitu, rasa emosi abang seketika hilang." Ujar Rian sambil mencubit pipi istrinya itu.

Nisa dan Rian pun tertawa bersama.

*

Lisa sedang menyiapkan makan malam, tiba-tiba Neon datang dan langsung melempar tasnya ke atas sofa dan menerima sebuah panggilan masuk.

Lisa memperhatikan dari arah dapur.

Terlihat raut wajah Neon yang cemas dan panik.

Lisa mengerutkan dahinya.

Neon pun menatap Lisa dari jauh dan menghampirinya dengan ekspresi yang cemas.

"Kenapa yang?" Tanya Lisa.

"Dari pagi sampai sekarang, Isya' belum ada pulang ke rumah." Ucap Neon.

Seketika ekspresi Lisa berubah, ia terlihat sangat terkejut.

"Apa?! Belum pulang? Memangnya dia ke mana?" Tanya Lisa super panik.

"Kakak juga gak tau, tadi kakak sudah jelaskan. Kalau kamu, Nisa, dan Isya' udah pulang jam 9 pagi tadi. Tapi kata Kris, Isya' sama sekali belum ada balik ke rumah. Di telefon juga, gak diangkat." Ucap Neon.

Lisa terdiam.

"Terus gimana dong?" Tanya Lisa sambil memegang tangan Neon.

"Kamu jangan khawatir, kita tunggu sampai jam 12 malam. Kalau masih belum ada kabar, kita segera lapor polisi." Ucap Neon memegang bahu Lisa.

Lisa hanya menunduk cemas.

*

Kris terus mondar-mandir di ruang tamu, ia terus berusaha menghubungi Isya' via telefon tetapi tidak ada hasil. Tetapi ia tidak putus asa, akhirnya ia memutuskan untuk mencari Isya' dengan menggunakan sepeda motornya seorang diri.

Dinyalakannya mesin motor itu dan langsung pergi, ia mengelilingi semua komplek yang ada di sana dan bertanya-tanya dengan warga di sana. Tetapi jawabannya sama, "Tidak tau".

Kris sudah tidak tahan lagi, ia menghentikan motornya di sebuah jalanan sepi yang dipinggir-pinggir jalannya terdapat sungai. Ia turun dari motornya dan menendang debu di lantai, kesal.

"UGGHH!"

Ia duduk di tengah jalan sambil memegang kepalanya dan menunduk.

"Di mana kamu Sya'?!" Ucapnya dengan lirih.

Tak kuasa menahan, akhirnya air mata Kris pun jatuh membasahi jalanan.

Ia sangat sedih karena istri tercintanya tak kunjung juga datang, di manakah gerangan Isya' berada? Tak ada yang tahu.

Kris hanya diam menunduk sambil bermain batu-batu kecil yang ada di jalanan itu, ia hanya bisa mengeluarkan air matanya. Tak tahu apa yang harus dilakukannya dan harus ke mana ia pergi.

Tak lama kemudian . . .

Buzzzz . . .

Angin secara tiba-tiba menghantam wajah Kris yang termenung.

Kris hanya diam, tak memperdulikan hal itu. Angin aneh ini terus menghantam wajah Kris dengan selang waktu beberapa detik saja, Kris dengan malas mendongakkan kepalanya dan memandang ke depan. Namun tidak menemukan apa-apa di sana, hanya debu dan dedaunan kering yang beterbangan ke mana-mana.

Kini Kris hanya menatap kosong di sekitarnya, pikirannya sudah mulai menghilang, tatapan matanya juga sudah mulai tajam yang maksudnya adalah tak melihat ke mana-mana hanya melihat satu sisi saja.

TAK!

Helm milik Kris terjatuh karena tertiup angin. Kris hanya diam dan memandang sebentar helm-nya yang terjatuh.

Buzzzz . . .

Angin kali ini berbeda, hembusannya sangat dingin menusuk sanubari. Angin kali ini berbeda, yang tadinya Kris hanya diam dalam lamunannya kini ia sadar dari lamunannya. Ia menggerakkan kepalanya untuk melihat-lihat di sekitarnya.

Terlihat bulu kuduknya yang berdiri.

Ada rasa takut juga di dalam dirinya, takut jika tiba-tiba ada seorang psikopat gila yang suka menyiksa dan membunuh mangsanya.

Kris mencoba untuk bangkit dari duduknya. Dipandanginya sudut jalanan itu, tak ada siapa-siapa.

"HAH . ."

Terdengar suara mistik di telinganya. Suara itu sangat jelas terdengar di telinganya.

Kepalanya tak henti-henti bergerak, untuk melihat ke mana-mana.

"HAH . ."

Lagi-lagi suara itu muncul. Kris bergidik ngeri dan memutuskan untuk kembali pulang.

Ia menaiki motornya dan segera menyalakan mesinnya, namun nihil. Mesinnya tak dapat dinyalakan.

Ia terus mencoba untuk menyalakannya namun nihil. Kris melihat-lihat lagi ke arah sekitarnya, seperti berharap akan ada seseorang yang akan membantunya. Namun itu semua tidak menjadi apa yang diharapkan Kris, karena tempat itu sangat sepi. Padahal jam masih menunjukkan pukul 19.59 malam (Ba'da Isya').

"Perlu bantuan?"

Terdengar suara wanita parau yang membisik ke telinga Kris, keringat pun secara tiba-tiba mengalir di wajah Kris. Jantung Kris juga sangat berdebar-debar. Ia melihat secara perlahan ke arah depan dan . . .

"AKKHHH!"

Kris melihat sesosok wanita tanpa tubuh, hanya kepala dan organ tubuhnya saja yang terlihat, terbang menghampirinya. Tak hanya menghampirinya, tetapi juga berbicara padanya.

Kini sosok itu menyeringai ke arah Kris.

Bisikan MautOù les histoires vivent. Découvrez maintenant