Chapter 32 part 2 - Ruang Rahasia

134 7 0
                                    

Angin terus berhembus menghantam tubuh Neon, Rian, dan Kris.

Tiba-tiba terdengar suara wanita yang menjerit, menangis, dan geram. Semuanya bercampur aduk. Saking derasnya angin yang berhembus, lilin-lilin yang ada di sana juga hamper padam, tak hanya itu Neon, Rian, dan Kris juga kehilangan keseimbangan mereka sehingga mereka terpontang-panting ke kanan dan ke kiri.

Terdengar seseorang yang berbicara, namun suaranya samar-samar. Neon, Rian. Dan Kris mencoba untuk menyimak perkataannya namun apa daya karena suara angin yang begitu kencangnya menutup gendang telinga mereka untuk mendengar suara yang lain.

Mereka bertiga tidak berhenti berkomat-kamit, mereka bertiga tampak yakin bahwa mereka akan segera melesaikan mimpi buruk ini.

“SAKIT!”

“IBU! AYAH!”

“TOLONGLAH”

Kalimat itulah yang terdengar.

“HENTIKAN!”

“BERI AKU LEBIH!”

“KEBAHAGIAAN!”

Menyimak.

“AKKHHHHHHHKKHHHKHHH!!!”

Tiba-tiba terdengar suara teriakkan yang sangat nyaring sehingga semua yang ada di dalam perpustakaan terjatuh dan rusak, kaca-kaca juga banyak yang pecah berkeping-keping, seketika lampu yang mengelilingi lingkaran pun padam, Neon, Rian, dan Kris membuka mata mereka dengan ekspresi panik.

“Apapun yang terjadi jangan ada yang keluar dari lingkaran!” Teriak Neon.
“Letakkan lilinnya ke tengah, kita harus saling berpegangan!” Teriak Rian.

Mereka bertiga meletakkan lilin yang berada di tangan mereka ke lantai, tepat dihadapan mereka lalu mereka membentangan tangan mereka dan salng berpegangan satu sama lain.

“Sepertinya kekuatan mistis di sini semakin kuat!” Ucap Rian.

“Kurasa mereka ingin mengatakan sesuatu pada kita!” Balas Neon.

“Tidak!” Teriak Kris tiba-tiba.

“Ada apa?” Tanya Neon.

“Nisa.” Ucap Kris dengan wajah yang sangat-sangat cemas.

“Ada apa dengan Nisa?!” Teriak Rian.

*

Nisa mendekati dinding itu perlahan dan memandanginya dengan ekspresi yang benar-benar kebingungan. Nisa mengangkat tangan kananna perlahan, berniat untuk menyentuh dinding tersebut.

*

“Katakan Kris, ada apa dengan Nisa?” Teriak Neon.

“Ternyata si iblis ini tidak datang berdua, melainkan 4 orang. 3 wanita dan 1 pria.” Ucap Kris.

“Apa maksud mu huh? Jelaskan secara rinci pada kami!” Teriak Neon.

Kris mengangkat kepalanya ke atas dan melihat ke arah langit-langit perpustakaan, entah apa yang ia lihat. Ia pun terkejut dan langsung membuang tatapannya ke arah depan dengan ekspresi panik ia berkata, 

“Salah satu dari mereka sekarang sedang berada di rumah Lisa dan berniat untuk membunuh Nisa.”

“APA?!” Teriak Rian dan Neon bersamaan.

“HAHAHHAHAHAHAHAHAHAH!”

“JANGANNNN SENTUHHHH DINDINGNYAAAA!” Teriak Kris bersamaan dengan tawa para iblis itu.

*
Nisa menyentuh dinding tersebut, dan …

SRAKK!

Rumbai-rumbai bak gorden itu terbuka dengan sendirinya dan perlahan dinding itu berubah menjadi warna hitam dengan cairan hitam pekat nan kental meleleh di setiap ujung-ujungnya, Nisa melangkahkan dirinya ke belakang dengan ekspresi ketakutan, tanpa ia sadari bahwa di pintu belakang yang terbuat dari kaca itu berdiri sesosok wanita tua yang sangat mengerikan menyeringai ke arahnya.

*

“Apa maksud mu jangan sentuh dindingnya?” Tanya Neon.

“Jangan membuat kami ketakutan!” Teriak Rian. Kris pun melepaskan tangannya dari genggaman Rian dan Neon lalu berdiri dengan ekspresi wajah marah, benar-benar marah.

“Katakan sekarang pada kami! Siapa kalian semua?! Apa yang kalian inginkan dari kami?! Apa yang membuat kalian terus-terusan meneror kami?!” Teriak Kris.

“Cepat! Katakan!”

*

Nisa terus memandangi dinding itu, perlahan lelehan cairan hitam itu membentuk sebuah pintu. Nisa semakin kebingungan, nafasnya juga sudah mulai tersengal-sengal.

CEK! CEK! CEK!

Tiba-tiba terdengar bunyi gembok yang bergoyang-goyang. Nisa juga melihat sosok wanita tua itu menyeringai padanya, Nisa menempelkan tubuhnya ke dinding dan tiba-tiba ada secercah cahaya merah yang menyinari wajahnya, ia pun melihat ke arah cahaya itu yang ternyata datang dari dinding yang tertutup rumbai-rumbai itu, awalnya Nisa tidak melihat terlalu jelas.

Tetapi lama-kelamaan ia melihat dengan jelas apa isi dari ruangan itu. Di dalam sana terlihat seseorang yang berbentuk seperti alien dengan warna kulit merah apinya sedang duduk di depan api dengan lantai beralaskan jerami, melakukan ritual.

Tak hanya itu, wanita tua yang sebelumnya ia lihat juga berada di sana, terbang dan berdiri tepat dihadapan makhluk berwarna merah api itu.

*

Rian pun juga ikut berdiri dan dengan mata yang berkaca-kaca ia berkata,

“Kumohon keluarlah, dan katakan yang sebenarnya pada kami. Siapa kalian sebenarnya? Kami tidak pernah mencoba untuk menyakiti kalian, apa salah dan dosa kami pada kalian? Hingga kalian tega melakukan ini pada kami dan keturunan kami? Jika kalian adalah orang tua, kenapa tega melakukan hal ini pada kami, sesama orang tua? Apa kalian tidak lihat bahwa kami akan menjadi orang tua sama seperti kalian? Apa kalian tega melihat anak kalian harus mengalami hal seperti ini? Kumohon mengertilah.” Ucap Rian yang kemudian menangis. Kris dan Neon juga terdiam bersama tangisan mereka.

Seketika suasana hening.

Tiba-tiba dihadapan mereka bertiga ada segumpal asap yang merubah dirinya menjadi sesosok anak kecil dengan ekspresi wajah yang dingin dan sangat sedih. Kulitnya pucat dan membiru, sekujur tubuhnya dipenuhi dengan luka yang sangat parah.

“Siapa dirimu, nak?” Tanya Rian.

“Namaku Dini, aku adalah sosok anak kecil yang sering kalian jumpai.” Ucap anak itu dengan nada dinginnya.

“Dini. Lalu bagaimana dirimu bisa seperti ini?” Tanya Neon.

“Beberapa tahun yang lalu, aku memiliki seorang sahabat. Dia terlahir dari keluarga yang miskin, tetapi ayahku sangat akrab dengan kedua orang tuanya bahkan ayahku kerap membantu keluarganya. Sahabatku ini tidak memiliki paras yang cantik sepertiku sehingga banyak teman-teman di sekolah yang membully dirinya, tak hanya miskin, tak cantik, dia juga sangat lamban sehingga banyak orang lain dengan begitu mudahnya membodohi dirinya. Ibunya yang tamak akan kekayaan dan kecantikan akhirnya memutuskan untuk merubah kehidupannya dengan cara yang tak lazim, ya persugihan. Pesugihannya inilah yang membuatnya menjadi kaya raya dengan begitu cepat sehingga mereka bisa melakukan perawatan kecantikan, sehingga sahabatku ini menjadi sosok terkenal di sekolah karena kecantikannya, aku iri padanya, aku iri dengan kecantikannya tetapi juga hatinya. Meskipun ia cantik dan kaya tetapi ia tidak pernah sombong pada orang lain. Tetapi persahabatanku dengannya seketika hancur, ketika ayahku mengetahui bahwa ibu dari sahabatku ini mencintainya karena hanya ingin harta ayahku, ibu dari sahabatku ini bersekongkol untuk melenyapkan ayahku dengan cara suaminya menyuruh istrinya untuk mendekati ayahku dan mengaku bahwa ia dan suaminya telah bercerai, nasib buruk terjadi ketika di malam sabtu, malam pesugihan itu. Orang tua dari sahabatku ini mengorbankan nyawa ayahku untuk membuat harta kekayaan mereka tetap abadi…”

Next.

Bisikan MautWhere stories live. Discover now