Chapter 27 - Ruangan Belakang Rumah Nisa

161 8 0
                                    

Melihat hal itu, semua warga di sana yang melihat berteriak dan mengucap istighfar.

"Astaghfirullah!"

"Panggil kyai! Panggil kyai! Cepat! Cepat!"

Mawar yang berubah menjadi sosok menakutkan itu hanya terdiam memandang marah pada orang sekitar di sana.

Dengan cepat kyai membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an, Mawar pun berteriak sangat histeris, tubuhnya juga mulai tercabik-cabik. Perlahan ia melepaskan kepala dan organ tubuh bu Inah di tangannya, dan meronta-ronta.

Tiba-tiba Mawar terduduk lemas dengan keadaan dirinya yang kembali normal. Sosok yang menghinggapi tubuhnya juga sudah menghilang. Semua orang menghela nafas dan mengelus dada, lega.

Paginya, di rumah bu Inah tergantung bendera kuning sebagai tanda belasungkawa kematian bu Inah yang tragis.

Nisa melangkahkan kakinya dengan malas dan hanyut dalam lamunan.

BRUK!

"Ade . . . Kamu kenapa sih pagi-pagi gini melamun aja?" Tanya Rian yang membersihkan tumpahan kopi di celananya.

"Maaf, ade hari ini lagi gak semangat." Ucap Nisa yang menaruh keranjang cucian bersih di atas kursi.

"Apa karena kejadian semalam?" Tanya Rian.

Nisa mengangguk.

"Tadi udah ngelayat?" Tanya Rian, Nisa hanya mengangguk.

"Ya udah, habis ini kamu istirahat aja. Ntar siang aja abang ke rumahnya pak Dino, ngelayat." Ucap Rian.

"Kok nanti siang? Kenapa gak sekarang aja?" Tanya Nisa.

"Sekarang kan abang punya kegiatan khusus di rumah, kamu kan lagi hamil. Jadi harus banyak istirahat." Ucap Rian.

Nisa hanya diam, lalu ia mengingat seuatu.

"Bang?"

"Hmm?" Ucap Rian seraya membalikkan badan.

"Ruangan di belakamg rumah kita itu, tempat apa yah? Kok digembok?" Tanya Nisa.

Rian hanya terdiam dengan ekspresi bingungnya dan menggaruk kepalanya.

"Gak tau dek." Ucapnya.

"Kunci gemboknya ada?" Tanya Nisa.

"Hmm, ada. Digantung di samping pintunya." Balas Rian.

Nisa mengangguk.

"Ahh . . Pokoknya kamu gak boleh masuk ke sana yah. Siapa tau di dalamnya ada macam-macam, kan kita gak tau kalau ada bahaya. Jadi, jangan dibuka yah!" Ucap Rian.

Nisa hanya terdiam.

*

"Dek!" Teriak Neon di telinga Lisa.

Lisa yang duduk di atas sofa dengan kain di tangannya terperanjat kaget.

"Ahh . . Kakak, kenapa?" Tanya Lisa.

"Kamu kenapa sih? Ini masih pagi lho, udah melamun aja." Ucap Neon yang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Masih kepikiran tentang semalam." Ucap Lisa dengan nada tak semangat.

"Jangan gitu dong, kamu gak boleh stress. Kan lagi hamil." Ucap Neon sambil mengelus perut Lisa.

"Tapi kak . . Aneh banget, kenapa coba si iblis itu ganggu semua orang?! Maunya apa sih? Gak capek aja udah ngejar-ngejar aku sama Nisa dan Isya'? Dan sekarang ganggu orang lain lagi! Maunya apa?!" Ucap Lisa yang sedikit berkeras.

Bisikan MautWhere stories live. Discover now