Chapter 26 part 2 - Sopir Taksi

238 11 3
                                    

"Mawar sudah 1 bulan mengurung dirinya di kamar, kadang dia juga bertingkah aneh seperti tengah malam ia pergi menuju ke tempat di mana Bobby dikubur. Ketika jam 2 malam, Mawar selalu pergi ke ruang bawah tanah dan tersenyum-senyum sendiri. Entah mengapa ia seperti ini." Ucap ayah Mawar.

"Apa setelah kematian Bobby dia seperti itu?" Tanya Isya'.

"Ketika Bobby mati, Mawar memang menangis histeris. Tidak mau makan dan minum atau pun keluar rumah. Tapi 3 hari setelah kematian Bobby dia kembali normal, mau makan dan minum dan melakukan aktifitas lainnya. Tapi .."

"Tapi kenapa om?" Tanya Nisa.

"Tapi setelah dia pergi ke ruang bawah tanah untuk mengambil perkakas ia menjadi aneh. Suka murung, diam, bahkan tatapannya juga sangat menakutkan." Ucap ayah Mawar, om Johan.

"Dan hingga saat ini dia masih bersikap seperti itu." Ucap ayahnya lagi.

"Apakah om sudah memeriksa di ruang bawah tanah itu? Mungkin ada sesuatu di sana yang membuat Mawar seperti itu." Ucap Isya'.

"Benar itu om, mungkin ada sesuatu di sana yang membuat Mawar menjadi merenung." Ucap Lisa menyetujui perkataan Isya'.

"Untuk itu, om tidak tau. Dan juga om sudah tidak lagi pergi ke ruang bawah tanah. Terakhir kali ke sana itu 1 tahun yang lalu. Tapi om akan usahakan untuk mencari tau, om juga sangat memerlukan bantuan kalian." Ucap om Johan.

"Tenang saja, kami bertiga akan membantu untuk menyelesaikan masalah ini." Ucap Nisa.

"Terima kasih, nak. Dan selamat atas kehamilan kalian." Ucap om Johan.

Nisa, Lisa, dan Isya' tersenyum.

*

"Pak, ayo dimakan makanannya toh. Kok diam aja?" Tanya seorang ibu yang memakai sanggul di rambutnya.

"Bapak masih kefikiran kejadian itu bu." Ucap bapak itu sambil memakan kue donat buatan istrinya itu.

Dan dia adalah sopir taksi yang 1 bulan yang lalu menabrak anjing kesayangan Mawar, Bobby.

"Buat apa difikirin? Udah berlalu juga kan? Lagian orangnya gak nuntut ke kita kan?" Ucap istrinya, ketus.

"Hush .. Bu, bukan begitu masalahnya. Mungkin pihak keluarga memaafkan kita, tapi kita tau apakah hati mereka benar-benar mengikhlaskan kejadian itu? Terutama anak yang bernama Mawar itu, sepertinya dia benar-benar terpukul dengan kejadian itu." Ucapnya.

"Yah mau gimana lagi? Namanya sudah takdir. Kan kita gak bisa menyalahkan takdir. Udahlah pak, yang penting sekarang kita bisa makan dan hidup." Ucap istrinya dengan ketus.

Istrinya itu pergi meninggalkan suaminya yang masih terus berfikir mengenai kejadian itu. Di dalam hatinya ia ingin menyembuhkan luka hati anak itu, Mawar. Tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya.

Hingga suatu malam ..

Bisikan MautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang