Chapter 12

8.9K 417 13
                                    

Chapter 12 : This is a plan?
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

    Author POV.
    "Hinata sedang sakit sek-".
    "APAAA!" Naruto menjauhkan ponsel Hinata ketika keempat gadis itu berteriak dan memotong ucapannya barusan.
    "Hina-chan sakit apa? Apa sakitnya parah?".
    "Kau merawatnya dengan baikkan? Awas saja kau".
    "Kenapa dia bisa sakit? Kau tidak memaksanya bekerja terlalu keras bukan?".
    "Awas kau kalau sampai Hinata kenapa-kenapa".
    Pertanyaan dan ancaman keempat gadis itu membuat Naruto bergidik ngeri.
    "Ya sudah kita siap-siap ke rumah Naruto" dalam waktu serempak keempat gadis itu mematikan percakapan VIA Video Call itu.
    "Gadis-gadis aneh. Apa mereka tau dimana rumahku ya?" guman pemuda itu lalu menghendikkan bahunya acuh. "Hinata hime, cepatlah sembuh" ucap Naruto dan membelai lembut surai indigo milik gadis itu.

::
::

    Sementara itu, di Nara's Mansion.
    'Bak... Bak... Bak...'
    "Hey pemalas, cepat buka pintu kamarmu" teriak gadis blonde yang dikucir dua itu namun tidak mendapatkan tanggapan. "Ku hitung sampai tiga kalau kau tidak membukanya, akan ku habisi kau".
    "Mendokusai. Aku tidak mengunci pintunya baka. Buka saja" sahut sang pemuda nanas dari dalam kamarnya. Gadis itu kemudian membuka pintu dengan bertuliskan Nara Shikamaru itu dan menemukan sang empunya kamar yang sedang terlelap.
    "Dasar pemalas. Shikamaru, ayo bangun dan beritau aku dimana rumah Naruto" pinta Temari dan mencoba membangunkan tunangannya itu.
    "Cih, jangan mengusikku".
    "Ayolah, aku ingin bertanya sesuatu padamu" bujuk Temari dengan nada yang terkesan manja.
    "Ck. Apa maumu?" bentak Shikamaru dan bangkit dari tidurnya sementara yang dibentak hanya memasang cengiran tak berdosanya membuat Shikamaru gemas sendiri.
    "Beritaukan aku dimana alamat rumah Naruto?".
    "Ck. Untuk apa kau ke rumahnya? Dan ini sama sekali tidak penting, jadi jangan mengusikku" ucap Shikamaru dan bersiap-siap untuk kembali ke alam mimpi namun gagal karena Temari kembali menahannya. "Mendokusai, punya tunangan seperti mu benar-benar merepotkan yah".
    "Ishh, apa susahnya memberikan alamat Naruto, lalu kau bisa tidur semaumu".
    "Cerewet. Aku tidak mau" ucap Shikamaru final dan kini kepalanya sudah mendarat mulus di bantal miliknya.
    "Shikamaru, kau pelit sekali. Ayolah ini sangat penting, sahabatku bertunangan dengan Naruto dan dia sedang sakit. Aku ingin menjenguknya tapi aku tidak tau dimana alamat rumah Naruto, jadi beritau aku yah"
    "Kalau dari tadi kau memberitauku alasannya, aku akan memberitahumu".
    "Ara-ara, jadi ceritanya kau cemburu" goda Temari membuat Shikamaru mengalihkan pandangannya. "Hahaha, ternyata kau bisa cemburu juga yah".
    "Cih, untuk apa aku cemburu" elak Shikamaru dan mengambil secarik kertas dan sebuah bolpoin dari nakas samping tempat tidurnya.
    "Yakin kau tidak cemburu" goda Temari dan menoel pinggang Shikamaru.
    "Jangan mengganggu ku atau tidak kuberitahu alamat Naruto".
    "Baiklah-baiklah".
    "Ini. Sekarang keluar dari kamarku" usir Shikamaru setelah memberikan kertas itu pada Temari.
    'Cup'
    Ciuman singkat di pipi Shikamaru itu membuat Shikamaru membeku dan memegang pipinya.
    "Hihi. Arigatou Shika" ucap Temari lalu meninggalkan kamar Shikamaru.
    "Dasar tidak jelas" umpat Shikamaru dan kembali merebahkan dirinya.

::
::

    Sementara itu, di Hyuga's Mansion 2.
    'Brak... Brak... Brak...'
    "NEJI BUKA PINTUNYA" teriakan membahana dan ketukan penuh energy dari gadis cantik bercepol itu berhasil mengusik seluruh kompleks perumahan klan Hyuga terutama pemuda yang sedang bersusah payah untuk menggapai pintu kamarnya itu. "Kalau kau tidak membuka pintunya, aku akan mendobrak pintu ini sekarang" ancamnya dan sudah mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu kamar pangeran Hyuga ini. "1... 2... 3..." dan dalam hitungan ketiga gadis itu berlari menerjang pintu itu tapi...
    'Ceklek'.
    "NEJI BAKA KENAPA BARU DIBUKA" umpat gadis itu membuat Neji membelalakkan matanya ketika menyadari jaraknya dan Tenten tinggal beberapa meter lagi.
    "Tidak sempat" batin pemuda itu dan mau tidak mau Neji membuka lebar pintu kamarnya dan membiarkan Tenten menubruk tubuhnya.
    'Bruk'.
    Kedua insan itu terjatuh dengan posisi Tenten menindih tubuh Neji.
    "Ck, baka. Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini? Kau pikir ini hutan?" omel Neji setelah bangkit dan memindahkan tubuh Tenten.
    "Gomen" lirih gadis itu dan menundukkan kepalanya.
    "Apa kau tidak sadar, suaramu itu bisa mengusik semua penduduk yang tinggal dikompleks ini".
    "Gomen".
    "Kau ini seorang gadis, harusnya bisa lebih lembut sedikit".
    "Gomen".
    "Huff" tak tahan dengan tingkah tunangannya yang seperti musim pancaroba itu, Neji memutuskan untuk mengusap lembut kepala gadis bercepol itu. "Maaf kalau aku terlalu keras. Lain kali ketuk saja pintu kamarku jika kau butuh sesuatu, jangan mengacau seperti tadi" Tenten mendongak dan menemukan Neji yang tengah tersenyum padanya.
    "Baiklah, kali ini aku yang salah" lirih gadis itu.
    "Baguslah, ada apa? Kau sedang ada masalah?".
    "Etto, kau tau Hinata kan?" Neji mengangguk. "Ne, dia sahabatku dan aku tau sekarang dia tinggal di rumah Naruto, tadi pagi aku menelponnya tapi Naruto yang mengangkat. Katanya Hinata sakit".
    "Apa?"
    "Jadi, bisa kau beritau alamat rumahnya?".
    "Baiklah, tunggu sebentar yah" ucap Neji lalu berjalan menuju nakasnya.
>>Skipp
    "Arigatou Neji, maaf sudah membuatmu kesal pagi-pagi begini"
    "Sudahlah, seharusnya aku sudah kebal dengan tabiat burukmu. Jadi tidak perlu minta maaf" Tenten menatap Neji kesal sambil mengercutkan bibirnya.
    "Neji, tetap Neji. Menyebalkan".
    "Memang apa yang kau harapkan dariku".
    "Apa kau tidak bisa bersikap lebih baik padaku tanpa mengaitkannya dengan sifat burukku?".
    "Baiklah-baiklah. Kau tidak mau berangkat sekarang?".
    "Kau mengusir ku?".
    "Bicara dengan mu ini serba salah ya. Aku tidak bermaksud mengusir mu, aku hanya bertanya" ucap Neji sambil mencubit gemas pipi Tenten.
    "Itatatai. Is kau ini apa-apaan" protes Tenten dan mengelus pipinya yang sedikit memerah, sementara Neji tersenyum geli menanggapi tingkah tunangannya itu. "Ne, aku siap-siap dulu yah. Maaf sudah mengganggu mu" ucap Tenten lalu meninggalkan kamar Neji.
    "Dasar gadis itu" guman Neji lalu menutup pintu kamarnya.

For My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang