Chapter 22

8.2K 355 33
                                    

Chapter 22 : Decision 1
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

"YAKUMO HENTIKAN. APA YANG KAU LAKUKAN!!" Sakura berteriak dan bergema ke seluruh penjuru vila membuat semua penghuni terbangun Sasuke yang tidur di sofa terjatuh dari sofanya karena terkejut. Mereka semua bergegas ke asal suara. Seluruh ruangan di vila itu memang kedap suara. Tapi mereka masih dapat mendengar suara dari beberapa ruangan lainnya, seperti ruang makan, ruang utama, dan ruang tamu, setelahnya semuanya kedap oleh suara.

"Haah. Pahlawan membosankan datang" dengus Shion namun nyalinya sedikit menciut ketika nelihat tatapan tajam Sakura.

"Kau tau, kaki Sayuki-nee belum pulih benar. Kenapa kau menginjaknya?".

"Apa aku harus peduli?" Sakura berusaha untuk tetap sabar menghadapi Yakumo dan teman-temannya.

"Ada apa ini?".

"Aku masih mengantuk ttebayo".

"Sayuki" seru nona Yurai lalu menghampiri putri sulungnya itu. Orang-orang yang melihat keadaan Sayukipun menjadi khawatir dengan keadaan gadis itu.

"Mereka lagi" Naruto yang tadinya mengantuk kini malah menggigil merasakan aura suram dari empat gadis di sampingnya dan juga Sakura yang tengah beradu tatap dengan Karin cs.

"Baiklah, bisa jelaskan padaku, kenapa semua ini bisa terjadi?" tanya nona Mikoto.

"Tidak ada masalah serius" jawab Karin memutar bola matanya bosan membuat nona Mikoto mendengus.

"Tidak ada apa-apa katamu? Lalu kenapa kalian memperlakukan Sayuki-nee seperti tadi?"

"Dan juga, kalian diizinkan ikut hanya karena permintaan Sasuke dan sahabatnya itupun dengan syarat tidak membuat kekacauan" timpal nona Yoshino.

"Salahnya karena menumpahkan kopi di piyama Karin".

"Hanya karena hal sepele seperti ittu kalian sampai memperlakukan Sayuni nee-san sampai seperti itu?".

"Ck. Bukankah sama sepertimu? Kau membesar-besarkan masalah. Kau sudah membngunkan semua orang kau tau".

"Ya, dan orang-orang tidak akan tau kelakuan busuk kalian dan mungkin akan membuat Sayuki nee-san kembali depresi dan mencoba untuk mengakhiri hidupnya lagi? Dimana hati kalian".

"Sudahlah jangan sok. Kau hanya cari muka di depan para orangtua bukan? Dasar munafik".

"Sengaja berteriak untuk membuat kekacauan dan sok menjadi pahlawannya. Menjijikan" aura lima gadis itu semakin suram melihat tingkah lima perempuan itu.

"Sudahlah, orang-orang seperti mereka seharusnya di hukum" geram Tenten namun Temari menahannya.

"Jangan sampai aku melewati batasku gadis, maksudku wanita-wanita busuk. Cepat minta maaf pada Sayuki-nee".

"Kami? Minta maaf pada gadis bisu itu? Maaf saja, kami tidak akan meminta maaf pada sampah sepertinya. Lagipula, akan lebih baik dia tidak ada dari awal".

"DIAM KAU GADIS BISU. TIDAK TAU TERIMA KASIH, SUARAMU ITU BUKAN SUARAMU JALANG. JIKA BUKAN KARENA SAYUKI-NEE KAULAH GADIS BISU DAN TIDAK BERGUNA BAHKAN AKU TIDAK YAKIN KAU MEMILIKI OTAK. LIHAT ITU SAYUKI-NEE, APA KAU TIDAK MENYESAL MEMBERIKAN PITA SUARAMU PADANYA?" teriak Sakura yang benar-benar sudah tidak bisa mengendalikan emosinya. Orang-orang di ruangan itu benar-benar takut sekarang, pasalnya bukan hanya Sakura, tapi empat sahabatnya juga sekarang sudah menguarkan aura-aura suram. Bahkan Karin dkk merinding melihat tatapan Sakura sekarang. Sementara nona Yurai hanya diam menatap putrinya yang sedang di hina, yah dia membiarkannya karena putrinya yang satu itu benar-benar hina dia sudah menyerahkan Yakumo pada Sakura dan menerima semua yang dilakukan Sakura pada Yakumo dengan tujuan untuk menyadarkan putri bungsunya itu.

For My Bad BoyWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu