#11

122K 10.1K 121
                                    

•BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT SETELAH MEMBACA•

•TAP TO RECOMMENDATION

Dara tak peduli. Cewek itu segera meninggalkan aula yang masih saja ramai.Merka seolah-olah tidak peduli jika pelajaran akan segera dimulai. Mungkin mereka sekalian bolos pelajaran, pikir Dara.

🍂🍂🍂

Bel pulang sekolah sudah berdering lima menit yang lalu. Cewek berambut lurus itu sedang berjalan menuju parkiran sambil menengok kanan kiri. Dara sedang mencari seseorang. Dan orang itu adalah Keylan. Sudah dua hari ia tak bertemu dengan cowok bermata hanzel itu. Jika kalian mengira Dara rindu dengan cowok itu, jawabannya adalah tidak. Hey mana mungkin ia merindukan cowok tukang paksa nan datar itu? Ia hanya merasa bersalah dan ingin meminta maaf. Just it! Dara sudah dibayangi mimpi buruk selama bermusuhan dengan cowok itu.

Dara menghembuskan nafasnya kasar. Dimana cowok itu pergi? Mengapa ia bak di telan bumi?

Dengan perasaan tak enak, Dara mulai mengendarai sepeda bututnya, menjauhi daerah parkiran.

"Sst udah dateng tuh!" bisik seseorang dari balik semak-semak.

Dari semak-semak seberang, seseorang mengangguk. Mengangkat tangannya lalu menghitung tanpa suara.

"Satu"

"Dua"

"Tiga"

Keduanya dengan kompak menarik sebuah tali yang sudah mereka persiapkan.

Dentuman keras akibat bunyi benturan benda membuat keduanya bersorak senang.

"Berhasil!" mereka berdua bertos ria lalu keluar dari tempat persembunyian.

Disana, Dara terjungkal dengan sepedanya yang mengantam badan jalan, hancur. Kaki dan tangannya bergesekan dengan aspal, menyisakan goresan-goresan yang sangat perih. Hingga cairan kental berwarna merah mulai mengalir di hidung kiri cewek tersebut.

Kini keadaan Dara sungguh memilukan.

Sandra, Gea, dan Cesa keluar dari tempat persembunyian sambil melempari si target utama dengan tepung dan telur. Mereka tertawa terbahak-bahak melihat Dara yang tak berdaya.

Bagaikan tontonan gratis di siang bolong semua orang yang ada disana berkerumun membentuk lingkaran. Mereka hanya menatap Dara iba, tak berani membela apalagi protes. Dara hanya pasrah. Tangannya ia gunakan untuk melindunginya. Namun apa daya, cewek itu dilempari tepung dan telur dari berbagai sisi. Membuat ia meringis karena lukanya bertambah perih. Dara menahan tangisnya dan berharap seseorang segera menolongnya.

"Gila ya kalian! Emang sekarang masih jaman buat bully orang ha!" seseorang datang membelah kerumunan. Doa cewek itu dikabulkan Tuhan. Seorang hero datang untuk membelanya.

"Cih, sok bijak banget lo! Dengar baik-baik ya Davon. Gue nggak pernah ada urusan sama lo. Jadi lo mending minggir jauh-jauh sana dan nggak usah banyak bacot!" balas Sandra skarsatik disertai Gea dan Cesa yang melambai-lambai menyuruh Davon pergi.

Davon tak mendengar ucapan Sandra. Cowok itu segera berjongkok untuk menggendong Dara. Keadaan cewek itu sungguh kacau. Davon saja tak tega melihat Dara yang sudah berlumur tepung dan telur.

Tangan kanan Davon hendak terselip di belakang lutut Dara hingga seseorang menendangnya menjauh. Membuat cowok itu terjembab, menyosor jalan.

Tanpa basa-basi, cowok yang menendang Davon segera merengkuh tubuh Dara yang mungil dan menggendongnya bak bridal style tanpa kesulitan. Cewek-cewek yang ada disana memekik keras melihat cowok itu menggendong Dara dengan mudahnya.

Cowok itu menatap Sandra dengan tajam. "Urusan kita belum selesai" ucapnya dengan penuh penekanan.

Sandra diam. Ia tak pernah melihat cowok di hadapannya ini begitu marah. Tangannya mengepal kuat. "Awas lo Ra! Liat pembalasan gue,"

Davon yang terjatuh segera bangkit. Ia menatap punggung cowok yang menggendong Dara dari jauh. "Dasar Keylan sialan!"

🍂🍂🍂

Dara menatap cowok di hadapannya ini dengan begitu detail mengobati setiap luka yang ada.

Kini Dara duduk di ranjang UKS dengan Keylan yang berjongkok untuk mengobati lutut Dara yang tergores. Entah mengapa tiba-tiba senyumnya mengembang.

Dara melepas daun sirih yang ia masukkan ke dalam hidung. Keylan bilang, daun itu mujarab untuk menghentikan mimisan di hidungnya. Dan ternyata benar. Cewek itu menghirup udara dengan perasaan senang. Sungguh menyejukkan.

Keylan mendongak."Berhenti?"

Dara mengangguk. "Iya"

Cowok bermata hanzel itu mengangguk. Lalu berdiri dan menutup kotak P3K nya setelah ia mengobati luka Dara.

"Ya ampun Ra! Lo gapapa kan? Apanya yang sakit?" Luna datang dengan berlari tanpa mengetuk pintu, membuat Dara dan Keylan terkejut dengan suara cemprengnya.

Maya yang di sampingnya segera menyikut lengan Luna.

"Apaan sih May!" Luna segera menyadari jika ada Keylan disana. Cewek itu hanya tersenyum kikuk lalu menyatukan tangannya di dada. "Ampun pak hehehe"

Keylan hanya mengangkat alis nya sebelah lalu pergi menuju wastafel untuk cuci tangan.

Melihat Keylan yang sudah pergi, Luna kembali mulai untuk membacot ria.

"Mak lampir kenapa sih selalu ganggu lo Ra? Emang dia siapa ha? Sok kecakepan banget,"

"Iya"

"Gatel banget nih tangan buat nyakar tu wajah plastik"

"Iya"

"Trus apalagi sama dayangnya. Muka sama mulut kok kayak cabe semua. Sono dirujakin sama rujak langganan gue!"

"Iya"

Luna menatap Maya tajam lalu menapok kepala cewek itu. "Dari tadi iya-iya mulu lo! Bosen gue,"

"Nggak usah napok juga kali," seru Maya mengelus-elus kepalanya.

Dara hanya tertawa melihat kedua sahabatnya. Ia merasa bahagia sekali mendapat teman seperti mereka.

"Hmm sorry ya Ra, gue nggak bisa bela lo tadi. Kita malah ke asikan buat persiapan event Bela Negara," Maya merangkul Dara. Terdapat penyesalan yang mendalam dengan raut wajah cewek itu.

"Iya gapapa. Gue ngerti kok"

Luna yang mendengar ucapan halus Dara segera memeluk cewek tersebut. "Maafin gue ya Ra"

Dara mengangguk. Semua luka yang ada disekujur tubuhnya seolah hilang. Senyum mengembang terus di kedua pipinya. Tuhan selalu memberikan apa yang ia butuhkan bukan apa yang ia inginkan. Seperti Tuhan yang mengirimakan kedua sahabatnya yang selalu ia butuhkan setiap saat.

Bagaimana dengan part ini? GJ ya? Iyaa dong :v
Sama kayak authornya kekeke

Jangan lupa vote and comment 💕💕

Don't be a silent readers ya sayang eh😋😋

KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz