#22

108K 8K 87
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT SETELAH MEMBACA•

TAP TO RECOMMENDATION•

Namun, di balik pohon yang besar, seseorang menatap benci kebahagiaan dari salah satu raut wajah mereka. Ia mengepal kuat, hendak membalas apapun yang telah ia lakukan.

🍂🍂🍂

Entah karena apa perasaan Dara tiba-tiba tidak enak. Seperti suatu hal buruk akan terjadi padanya.

Memang perjalanan menuju pos berikutnya masih lama. Apalagi jam sudah menunjuk ke angka lima. Namun, kekhawatiran yang tak masuk akal itu ia tepis jauh-jauh. Mendengar pertengkaran dari keempat sahabatnya membuat ia lega.

Setidaknya ia tidak sendiri disini.

Tiba-tiba tenggorokan Dara terasa sakit. Mungkin karena ia dehidrasi karena belum minum setelah berada di pos dua.
Ia dongkol setengah mati melihat botol minumnya yang sudah habis. Hanya tersisa satu tetes saja. Hey mana mungkin satu tetes bisa mencukupi kebutuhan hidrogen di dalam tubuhnya?

"Guys! Minta minum dong," ucap Dara dengan suara serak. Memang sudah kebiasaan jika ia dehidrasi suaranya akan seperti itu. Bahkan bisa sampai habis. Dan itu tandanya ia sangat membutuhkan air sekarang.

Keempatnya segera merogoh tasnya. Dan hasilnya sama. Minuman mereka juga habis tak tersisa. Namun Dara tau, jika bukan dirinya saja yang haus disini.

"Apa perlu kita istirahat dulu Ra?" tanya Doni.

Dara menggeleng. "Nggak usah. Lagian ini udah jam lima," bantah cewek itu.

Langkah demi langkah terasa berat bagi Dara. Kepalanya pening dan seolah-olah semuanya berputar di kepalanya. Langkah Dara terhenti. Ia memegang pohon sebagai penyangga tubuhnya. Ia benar-benar membutuhkan air sekarang.

Dara berjalan perlahan-lahan mengingat keempat temannya yang sudah berjalan duluan di depan. Wajar saja mereka tak tau, jika sedari tadi saja Dara berada di belakang mereka tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Mungkin mereka tak menyadari jika Dara sudah tertinggal jauh.
Rasa pusing di kepalanya menjadi-jadi. Dara terus memegang keningnya dan berjalan terseot-seot hingga...

Bruk!

Cewek berambut lurus itu terjatuh tersandung akar pohon. Ia meringis menatap lututnya yang berdarah. Kakinya pun keseleo tak bisa digerakkan.

Dara berusaha berteriak memanggil teman-temannya. Tapi apa yang ia dapatkan? Hanya sebuah desahan yang keluar. Damn! Suaranya habis disaat yang tidak tepat.

Cewek itu menepi, mengambil ponselnya di dalam tas. Lagi-lagi ia mengumpat ketika yang terpampang di ponselnya tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan sinyal.

Ya tuhan cobaan apa lagi ini...

Dara kembali berteriak sekuat tenaga. Tapi ia tak bisa. Tenggorokannya tambah sakit. Cewek itu berusaha berdiri tapi ia kembali meringsuk ke tanah karena kakinya yang sakit dan tak bisa menompang tubuhnya dengan tegap.

Dara menangis. Hari sudah gelap. Ia takut jika ada hewan buas apalagi setan? Aish! Cewek itu masih bertahayul saja di tempat seperti ini.

KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now