#30

93.3K 6.7K 63
                                    

•BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT SETELAH MEMBACA•

•TAP TO RECOMMENDATION•

Luna menghembuskan nafasnya. Tangannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gue juga bingung sih, Ra. Kenapa sih kak Keylan labil banget? Bukannya seharusnya elo kan yang gitu. Lagipula lo yang tersakiti disini. Kenapa nggak sama kak Davon aja? Baik kan dia."

🍂🍂🍂

"Ha? Apa? Dara sama Kak Davon? Gila! Gue nggak setuju!"

Luna menatap Maya sinis. "Emang kenapa? Bukannya Kak Davon lebih baik daripada Kak Keylan?"

"Lo tau darimana kalo Kak Davon lebih baik daripada Kak Keylan?"

"Ya ampun, May! Lo nggak punya mata? Dalam sekejapan aja udah bisa dibandingin penampilan Kak Davon sama Kak Keylan kayak gimana. Dan Kak Davon lebih sopan tauk!"

Maya berdecih. Menyangkal segala ucapan yang keluar dari bibir Luna yang sok tau itu. "Jadi, sekarang penilaian lo dilihat dari gimana orang itu pakai baju?"

"Iyalah. Kalo covernya udah bagus pasti dalemnya tinggal ngikut."

Maya melotot. Tangannya mengepal kuat. Cewek itu tak habis pikir dengan pernyataan dari sahabatnya yang diluar dugaan. "Sejak kapan lo menilai orang dari segi itu, Lun! Gue nggak percaya ya lo bisa bilang gitu."

"Kenapa? Emang kenyataannya gitu kok."

"Lo dibayar berapa sih sama Kak Davon, ha!"

Dara segera beranjak dari tempat duduknya, lalu pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang selalu bertengkar. Membuat kepalanya tambah pusing saja.

Kaki yang dibalut dengan sepatu usang itu terus berjalan entah kemana. Dan ia berhenti tatkala melihat seorang cowok tengah tidur di bangku Taman belakang sekolah yang sepi.

Shit!

Disaat Dara ingin menghindar dari cowok itu, Tuhan malah mempertemukan mereka dalam satu tempat. Dan Dara juga tak tau mengapa kedua kakinya membawa cewek itu disini. Di depan Keylan. Cowok yang tengah tertidur beberapa meter dari tempat Dara berdiri. Seperti biasa, cowok itu selalu menyumpal telinganya dengan earphone putihnya.

Tak ingin mengganggu tidur nyaman cowok itu sekaligus tak ingin melihat wajah dinginnya, Dara berbalik meninggalkan tempat itu dengan perasaan berat. Ia ingin sekali menghampiri cowok itu dan membiarkan pahanya ia gunakan sebagai bantal. Namun, melihat sikap Keylan yang sangat acuh tak acuh membuat Dara enggan melangkah kesana. Ia lebih memilih melangkah menjauh dan berusaha tetap tegar dengan seulas senyum yang tercipta.

Setelah terasa Dara pergi, Keylan membuka matanya. Yap! Sedari tadi cowok itu hanya pura-pura tidur saja. Bahkan, dalam mata terlelap, ia bisa merasakan kehadiran Dara tadi disini.

Ia ingin mencekal tangan Dara agar tak pergi dari sisinya. Namun, Keylan sadar bahwa cewek itu bertindak demikian karena ulahnya sendiri yang masih ragu akan perasaan terdalamnya.

Karena, sekali seseorang masuk ke dalam kehidupan Keylan, ia tak akan membiarkan orang itu keluar begitu saja.

Keylan harus memilih mana yang tepat. Yang mau menemaninya kala semua resah gelisah yang ia alami selama ini terkuak begitu saja. Bukan malah meninggalkannya seperti dulu. Dan Keylan tak sanggup untuk mengalami hal itu lagi.

KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora