#38

90.1K 6.1K 345
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT SETELAH MEMBACA•

•TAP TO RECOMMENDATION•

"Ra! Bangun! Nggak sekolah?" Keylan menepuk pipi Dara pelan. Matahari sudah terbit dari ufuk Timur beberapa waktu yang lalu, namun perempuan yang sedari tadi tidur di sofa ini tak kunjung bangun juga. Seolah ia sedang memimpikan sesuatu yang Indah dalam tidurnya.

Merasa tubuhnya digoncang hebat, Dara membuka matanya yang terasa berat. "Apa sih Key?" ucapnya dengan suara khas orang bangun tidur.

Keylan menghela nafasnya. "Kamu nggak sekolah?" tanyanya.

"Bukannya masih libur ya?"

Keylan tersenyum lalu mengacak rambut Dara gemas. "Udah masuk kali. Kamu nih dari kemarin tidur mulu sampe nggak tau kalo udah taun baru."

Tunggu!

Keylan bilang apa? Dara tidur sampai tak tau jika taun sudah berganti? Lalu tadi malam itu apa?

"Loh? Bukannya kemarin aku ngerayain sama kamu?" tanya Dara bingung.

Keylan tertawa terbahak-bahak. "Kamu lupa? Sehabis liat film kan kamu tidur terus sampe ngiler gitu. Makanya aku nggak tega bangunin kamu. Pasti lagi mimpiin aku kan ya?" ujar Keylan menggoda Dara.

Dara segera bangkit dari sofa dengan pipi yang merah bukan main. "Eng-enggak! Siapa juga yang mau mimpiin kamu! Sana! Aku mau mandi!"

Keylan tertawa sambil menggelengkan kepalanya heran. "Mimpi basah tu anak?" gumamnya kemudian.

"Jadi, malam itu cuma mimpi doang? Ya Tuhan! Apa gara-gara gue kelamaan jomblo ya makanya mimpi Keylan? Atau dia jampi-jampi gue? Astaga! Kenapa gue kayak gini sih? Ditembak Keylan dengan cara seromantis itu? Gila! Bobrok nih otak." gerutu Dara di dalam kamar mandi. Perempuan itu terus mondar-mandir dan tak kunjung keluar dari ruangan tersebut hingga panggilan dari Keylan menyadarkannya. "Mau sampe kapan di kamar mandi mulu? Udah jam tujuh nih!"

Mata Dara membulat, ia segera bergegas memakai seragam kebanggan SMA Garuda dengan cekatan. Tak lupa ia memakai dasi, ikat pinggang dan juga topi yang ia letakkan di dalam tas. Ia harus rapi sekarang jika tak mau dimarahi guru piket hingga mulut mereka berbusa. Dara pernah berpikir, apakah guru-guru yang gemar memarahi siswa tak lelah ngomel setiap harinya? Mungkin ia mempunyai stok sembilan nyawa untuk jiwa di mulutnya, pikir Dara.

"Nggak sekolah?" tanya Dara ketika melihat Keylan tengah asik memakan roti selai dengan baju santainya, sebuah kaos dan celana boxer selutut.

Keylan hanya menggeleng lalu menyodorkan sebuah roti dengan olesan selai strawberry diatasnya.

Dara segera menyahut roti tersebut lalu berlari meninggalkan Keylan. "Aku berangkat!"

Tangan Dara dicekal oleh Keylan sehingga pergerakan perempuan itu terhenti. "Aku anter."

"Gimana sih? Katanya nggak sekolah?"

Keylan segera menggenggam tangan Dara lalu menariknya menuju parkiran apartemen. Dara hanya menurut setiap langkah besar laki-laki itu.

"Kenapa nggak sekolah?" tanya Dara sambil menatap lekat Keylan, tak habis pikir dengan manusia di sampingnya ini. Sebegitu tak pentingkah sekolah baginya? Bahkan diluar sana ada yang berjuang mati-matian agar bisa sekolah, namun laki-laki ini malah dengan mudahnya membuang kesempatan yang sudah ada.

"Aku ada urusan penting." Keylan memajukan tubuhnya ke tubuh Dara. Mengulur seatbelt dan memasangkannya. Lalu matanya menatap Dara yang sudah merona. "Jangan lupa bernafas, Dara." kekeh Keylan lalu mencubit pipi Dara lembut.

KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now