#16

120K 8.9K 86
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT SETELAH MEMBACA•

•TAP TO RECOMMENDATION•

Bu Lily menganggukan kepalanya. Davon yang mendapat reaksi tersebut mengedipkan sebelah matanya ke Dara. Senyuman melengkung di bibir Dara.

Setidaknya masih ada orang yang mau membuat event ini jadi lebih baik, batin Dara.

🍂🍂🍂

Dengan earphone yang menggantung di telinganya, Dara dan Davon tertidur pulas selama berangkat menuju Cibubur. Jalan yang berkerikil membuat kepala Dara berangsur ke bawah dan menyandar di pundak cowok itu.

Davon yang merasa pundaknya berat membuka matanya, cowok dengan senyum pipit di pipinya itu tersenyum, lalu tangannya memindahkan rambut Dara yang menutupi wajah cewek manis itu. Tangannya terulur ke samping kepala Dara dan memeganginya agar tak terjatuh.
Setelah merasa cewek itu menemukan posisi nyaman, Davon kembali memejamkan matanya untuk kembali tertidur dengan senyum yang terus mengembang.

"Baik anak-anak, kita sudah sampai di Bumi Perkemahan. Segera kemasi barang-barang kalian karena sebentar lagi kita akan turun," ucap Bu Lily menggunakan toa.

Semua siswa yang tertidur segera bangun dari alam mimpinya, begitupula dengan Dara. Cewek itu terkejut mendapat posisi yang kepalanya menyandar di pundak Davon, membuat pipinya memerah.

"Hmm kak?" ucap Dara membangunkan Davon karena tangan cowok itu yang memegangi kepalanya sehingga ia tak bisa menegakkan tubuhnya.

Davon membuka matanya. "Eh? Kenapa?" tanya cowok itu polos.

"Kepala gue kak,"

"Kenapa? Bukannya enak gini terus?" goda Davon.

Pipi Dara langsung memerah bak kepiting rebus. "Anu kak kita mau turun bentar lagi,"

"Kalo nggak turun brarti lanjut dong?" Davon menaik turunkan alisnya menggoda.

"Apaan sih!" Dara memalingkan wajahnya ke arah jedela setelah tangan Davon tidak menyangga kepalanya lagi.

Davon tersenyum. "Ciee salah tingkah,"

Dara tak menggubris ucapan Davon. Cewek itu masih sibuk memandangi pemandangan yang disuguhkan dari jendela. Disana tampak hijau asri. Banyak pohon cemara di sepanjang jalan dan juga tanaman sayur mayur serta buah-buahan.

Bus berhenti di parkiran bumi perkemahan. Semua siswa turun dengan wajah-wajah sehabis tertidur. Mereka menghirup udara leluasa, sangat sejuk.

Sebuah panggilan membuat mereka harus membawa barang-barang menuju sumber suara. Maya dan Luna tak berhenti mengumpat ketika harus membawa barang-barang mereka yang sangat banyak. Keduanya berharap ada pahlawan yang akan menolong mereka.

Mungkin, Dewi Fortuna sedang berpihak pada keduanya. Dua cowok gagah membungkuk dan menawarkan bantuan kepada Maya dan Luna. Kedua mata cewek itu berbinar menatapnya ketika pangeran penyelamat telah datang.

Kedua cowok itu menegakkan badannya. Sekarang, sudah nampak wajah dari keduanya. Mereka adalah kembar-kembar nakal SMA Garuda, Dino dan Doni.

Maya dan Luna langsung berlagak muntah seketika. Mereka berdua nampak geli dengan ekspetasi yang mencekik keduanya hingga mual melanda.

Dino dan Doni menggaruk rambutnya, bingung. "Kalian masuk angin?" tanya Doni.

"Atau kalian hamil?" lanjut Dino polos.

"Enak aja kalo omong! Sini gue cabein tuh mulut!" seru Maya tak terima.

"Kalo cabe nya cantik mah gapapa. Buat cipokan," kekeh Dino.

Maya yang mendengar itu bergidik ngeri. "Dasar lelaki kardus!" ucapnya sambil memukul belakang kepala Dino dengan tas tentengnya.

"Aw! Pelan-pelan dong sayang, agresif banget sih!"

Maya hanya mencibir menanggapi ucapan Dino yang sangat mesum tersebut.

"Sini gue bawain," tawar Doni ke Luna.

"Ogah! Yang ada barang-barang gue entar karatan!"

Doni menyenggol lengan Dino. "Emang baju bisa karatan Din?"

Cowok itu berbisik. "Mungkin bajunya dari baja semua"

"Hii ngeri" ucap keduanya bersamaan.

Luna yang mendengar tersebut langsung melotot. "APA!"

Doni terkekeh melihat Luna yang marah. "Ciee kepo kaya Dora,"

Dara yang sudah menuju Sumber suara dari awal, menuju ke mereka berempat. Tangannya membawa selembar kertas yang berisi agenda kegiatan, peraturan dan juga kupon konsumsi.

"Guys! Kita bangun tenda dulu disana!" ucap Dara sehingga berdebatan antara keempatnya berhenti.

"Loh bukannya kita nginep di villa?" tanya Luna polos.

Dara menapok jidatnya sendiri. "Mata lo dimana, coeg? Namanya aja perkemahan pasti kemah. Kemah itu pake tenda. Kalo mau villa itu namanya pervillaan!"

"Gue nggak mau! Gue maunya nginep di villa!" rengek Luna kepada Dara. Hancur sudah semua ekspetasinya untuk event ini.

"Sono nginep sendiri di villa! Villa disini angker-angker asal lo tau," bisik Dara di telinga Luna.

Cewek berbando itu mengelus lengannya. "Ra! Jangan nakuti gue dong! Yang ada tuh setannya curut berdua tuh,"

Dino dan Doni yang dilirik tak enak dengan Luna merasa tersinggung. "Tuh mata kenapa? Minta dicolok?"

"Apaan sih lo! Urus sana urusan lo sendiri!"

"Udah-udah! Kalian berempat berantem mulu sih! Awas entar jatuh cinta lo!" goda Dara.

Keempatnya langsung memperagakan gaya muntah secara bersamaan.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT 💕

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT 💕

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now