#56

83.4K 5.4K 444
                                    

Dara sudah menggunakan dress berwarna maroon yang memang dipilih menjadi dresscode dalam perayaan ulang tahun Dino dan Doni pada malam ini.

Sebenarnya Dara ingin sekali di rumah saja, berbaring di kasur sambil membaca buku hitam milik Keylan yang sempat tertunda lantaran menemani kedua sahabatnya membeli baju baru untuk acara ini. Namun, tak enak rasanya jika ia sudah diundang tetapi tak datang. Apalagi ke sebuah acara sahabat sendiri. Maka dari itu, Dara berusaha menepis keinginannya untuk segera pulang dan menuntaskan membaca buku hitam tersebut.

Dan disinilah Dara. Merasa kesepian walaupun tengah berada di keramaian. Bahkan musik yang mengalun keras dari DJ terkenal yang sengaja diundang oleh si kembar untuk memeriahkan acara seolah sunyi senyap di telinga Dara. Matanya menatap orang-orang di sekelilingnya yang sibuk bercakap-cakap satu sama lain. Terlihat begitu asik dan menyenangkan. Sebenarnya Dara bisa saja bergabung, namun rasa malas itu menggelayuti hatinya sehingga duduk sendirian di sebuah gazebo menjadi pilihannya. Walaupun banyak dari mereka sudah terang-terangan mengajak Dara untuk sekedar mengobrol bersama.

Mata Dara beralih ke kedua sahabatnya yang tengah tertawa dengan kedua kekasihnya. Dara bersyukur, akhirnya masa menyeramkan itu telah berlalu, menimbulkan kebahagiaan tersendiri bagi orang disekitarnya, tetapi tidak untuk Dara

Bagaimana bisa Dara lupa dengan kejadian itu? Bagaimana bisa Dara lupa jika kekasihnya mati tepat di hadapannya? Bagaimana bisa? Jika bisa, tolong beri tau dirinya caranya melupakannya agar hidupnya tak terus dihantui dengan rasa bersalah. Agar hidup Dara berjalan normal kembali tanpa ada bayang-bayang masa lalu yang sungguh pahit itu.

Walaupun Wijaya sudah mendapatkan hukuman yang setimpal, tetap saja Dara tak merasa bahagia sedikitpun. Bahkan menyiksa dirinya setiap kali Wijaya memohon ampun kepadanya. Memang Dara sudah memaafkan, tetapi maukah kenangan buruk ini memaafkan kesalahan ayahnya juga?

Akhirnya, Dara beranjak dari tempat duduknya, mencari tempat yang sepi untuk kembali membuka buku hitam tersebut karena tiba-tiba rindunya kepada sosok Keylan memuncak hebat

Dara membuka tas selempang berukuran sedangnya agar muat untuk dimasuki buku hitam tersebut. Dalam satu tarikan nafas, Dara kembali membaca buku tersebut dengan senyum yang terus mengembang.

Dara lagi kesepian ya?

"Iya Key, aku kesepian tanpa kamu disini."

"Percayalah, Ra. Jika kamu kesepian sebenarnya kamu tidaklah benar-benar sendiri karena aku selalu ada di sampingmu, Ra. Mendekapmu dari jauh."

"Aku percaya itu." ucap Dara dengan mata yang berkaca-kaca namun dengan segera air mata yang hampir jatuh itu diusapnya. Jika tidak pasti kedua sahabatnya akan marah besar karena diam-diam Dara masih menangisi Keylan, walaupun perempuan itu sudah berjanji untuk berusaha tak melakukannya.

Mau ku lanjutkan ceritanya?

"Mau Key. Mau!" ucap Dara antusias seperti anak kecil yang baru saja dibelikan permen oleh ibunya.

"Benakku terisi penuh olehmu, Ra. Entahlah rasanya aku seperti bukan Keylan yang dulu. Bahkan aku tak pergi ke club yang biasanya menjadi tempat penenang bagiku. Kata hatiku menuntunku pada sebuah tempat yang tak pernah aku kunjungi sekalipun dalam hidupku. Aku juga tak tau mengapa mobilku terparkir pada sebuah caffe yang ramai saat itu, Ra.

Ya, itu tempat dimana kamu bekerja. Asal kau tau, aku juga sama terkejutnya ketika milkshake strawberry yang ku pesan diantarkan oleh dirimu. Padahal aku sama sekali tak pernah membayangkan hal itu bahkan merencanakannya pun tidak. Seolah Tuhan memang menakdirkan kita untuk bertemu. Dan aku menyukainya. Diam-diam ku amati wajahmu yang lelah dalam bekerja, tetapi tetap cantik di mataku. Entahlah Ra, kurasa kau tetap cantik dalam keadaan apapun. Aku juga tau diam-diam kau melirikku dengan rasa takut. Semenyeramkan itukah aku dulu?

KeylanDara [SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang