| Part 17: Kill Me Heal Me

37.4K 3.2K 3.5K
                                    

a/n: HI! Captain in your area~

• Absen dulu pakai nama kota!

• Persentase baterai HP?

Jangan lupa VOTE + RAMAIKAN KOMENTAR, YA! Tolong tandai typo dan penggunaan kata yang kurang tepat 🐻⛅️

Sudah siap baca? Happy Reading!

Now play:

Now play:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Sirena Raquelle Paradhipta sering berteman dengan rasa takut yang bahkan belum pernah ia kenali. Akan tetapi, kali ini, rasa takut yang menyusup ke rongga dadanya adalah kira yang paling buruk.

Di balik pintu toilet yang terkunci dari luar, gadis pemilik netra abu-abu itu berteriak kencang. Memukul pintu kayu yang dinginnya mulai menyamarkan kebas di telapak tangannya yang memerah.

"GASKA! BUKA PINTUNYA SEKARANG ATAU LO BAKAL NYESEL! LO DENGER GUE?"

"LET ME OUT, JERK! LET ME OUT!!"

"FUCK!" Tendangan keras yang terdengar sampai luar toilet itu bahkan tak mempengaruhi figur yang tengah menyandarkan punggungnya ke pintu toilet yang terkunci.

Argaiska Domani kini seolah tuli, tak ingin dengar, hanya diam merasakan guncangan pintu yang terus ditendang oleh Sea dari dalam. Mengalihkan pikiran dan atensi, cowok itu justru mengambil benda nikotin dari saku celananya. Menyelipkannya di antara bibir sebelum membakar ujungnya.

Lantasnya, bersama dengan sulutan pertama asap rokok yang Gaska keluarkan dari mulut, suara Sea mulai bergetar dari dalam sana. Sebentar lagi mungkin dia akan menangis. Dan secara sadar, Gaska mulai mengeraskan rahang ketika mendengarnya.

Pikirannya berkecamuk selama sejenak, kedua matanya terpejam. Meyakinkan dirinya sendiri jika ia tak akan tercekik di kemudian hari, dengan pilihannya kini.

"Ini keputusan yang paling bener," gumam Gaska sambil menggigit rokoknya dengan gigi.

Persetan! Sea adalah masalah paling besar sejak awal, menyingkirkannya selama sejenak bukan lah hal yang sulit. Mengabaikan perasaan istimewa terhadap gadis yang berada di dalam sana, Gaska mulai membuka kembali kedua matanya, tatap dari netra coklatnya kini berotasi pada pintu besar ballroom yang masih terbuka lebar.

Cowok bermarga Domani itu berpikir untuk segera kembali, menghindari kecurigaan jika saja suara dari jepretan kamera tak tertangkap oleh panca pendengarannya. Dan ketika menoleh, Gaska dibuat mengumpat pelan.

NAVILLERA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang