| Part 42: All Of Us Is Lying

21.9K 1.4K 1.1K
                                    

⚠️ a/n: Don't copy or plagiarism this story! I'll say, please. Thank you.

Dor! Kejutan buat yang rajin vote & komen. Absen dulu baca jam berapa? 💗

Happy reading & enjoy the Playlist. Link in my bio, hit'em up! ˚ ༘♡ ⋆。˚ ೃ⁀➷

 Link in my bio, hit'em up! ˚ ༘♡ ⋆。˚ ೃ⁀➷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

45 menit sebelum scene
di Supermarket |

"Selamat malam ya buat yang mendengarkan di malam hari. Dan mungkin selamat pagi dan siang buat yang dengerinnya di pagi dan siang hari."

"Oh, yaa ... ini aku record waktu lagi hujan. Mungkin kalau ada distract mohon dimaklumi, yaa."

"Omong-omong kalau hujan gini vibesnya jadi beda, deh! Apalagi kalau kalian dengar ini waktu hujan-hujan juga, bakal lebih deep."

Si narator tertawa singkat. Lalu backsound lagu Atlantis milik Seafret mulai terdengar.

"Hai!"

"Balik lagi bareng aku, Ansel. Di segment podcast kali ini, aku mau ngajak kalian ngobrolin hal yang akan selalu dekat dan melekat dengan diri kita. Tapi sebelum mulai, aku punya pertanyaan yang seperti biasa nggak bisa di-skip."

"Kesehatan mentalmu: gimana kabarnya?"

Click!

Cello melepaskan earphonenya dari telinga, cowok itu hanya berani mendengar podcast tersebut sampai di salam pembuka. Bahkan sudah memasuki episode ke 98 dan Cello tak pernah absen mendengarkan podcast Ansel, tetapi sama saja―ia tak pernah mendengarkan hingga selesai.

Mungkin Cello takut jika nama Alyssa Delia akan di sebut di dalam podcast Ansel.

Seperti yang banyak orang ketahui, Ansel tak pernah mengubah topik podcastnya sejak episode pertama. Mental health dan Cyber Bullying selalu menjadi pembicaraan utama.

Pasti ada alasan dibalik itu, kan? Dan tanpa perlu repot-repot mencari tahu, Cello sudah sangat mengerti.

"Cello?"

Lamunan Cello buyar begitu Agnia―Ibu Cello, memanggil namanya dari depan pintu kamar.

"Lagi sibuk nggak, nak?"

Cello yang semula dengan tiduran santai di kasur, sambil menaikkan kedua kaki ke dinding pun menoleh. "Nggak, bu. Kenapa?"

"Tolong beliin beras sama gula. Ibu mau masak buat makan malam, tapi lupa mampir ke warung."

NAVILLERA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang