27

190K 12.3K 705
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi, kali ini Riva terbangun tanpa dibangunkan sama sekali. Sebenarnya ia malas sekolah, tapi mau gimana lagi? Dirinya tidak ingin mobilnya menjadi sasaran empuk sang mamah.

"Lo dapet hidayah dari mana Dek?" tanya Azram saat melihat Riva sudah siap.

"Alay!" Riva duduk di sebelah Azram dan memakan makanannya.

"Makannya pelan-pelan Riva," seru Candra.

"Riva udah selesai, yuk Bang!" Riva menarik dasi Azram, menyeret lebih tepatnya keluar rumah.

"W...o..iiiii gghu...e...l...g...ma...klan!" ucap Azram terbata-bata karena mulutnya masih penuh oleh makanan dan lehernya juga tercekik.

"Udahlah Bang, ayo cepet!" Riva semakin menarik dasi Azram agar mengikutinya. Sedangkan kedua orang tuanya? Hanya menggelengkan kepala melihat tingkah keduanya.

Azram yang masih lapar itu hanya menatap datar ke jalanan, sedangkan Riva memilih untuk melihat ke luar jendela.

Saat sudah sampai, Riva langsung saja turun dan berjalan ke kelasnya meninggalkan Azram tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Hatinya terasa sakit saat melihat pemandangan di depannya. Ia melihat Ethan sedang berbincang dengan Kania desekali tertawa kecil. Bukankah Ethan seseorang yang sangat dingin? Mengapa terhadap Kania berbeda?

Kania yang melihat Riva seperti kesal itu hanya tersenyum sinis.

Ini belum seberapa Riva.

Dirinya akan mengalah, ia akan mengalah demi sahabatnya. Memori tentang kemarin terus sajs berputar di kepalanya dimana Damar dan Riva pergi bersenang-senang.

Ethan tahu, bahwa Damar menyukai Riva. Maka dari itu ia lebih baik mundur ketimbang bertengkar. Walaupun sulit untuk menghilangkan rasa yang sangat menyebalkan ini. Dan ia juga tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti apa yang dikatakan oleh Riva kemarin.

Riva berusaha  menghiraukan kedua orang di belakangnya. Ia memilih membaca novel. Dari arah pintu Alexa dan Dira memasuki kelas. .

"Ngelamun aja lo!" Alexa menepuk pundak Riva yang sedang melamun.

"Eh nggak," sergah Riva kembali membaca novelnya.

"Gue tau lo Riva. Lo kenapa? Mikirin apa sih?" tanya Alexa yang sudah berada di samping Riva.

"Gue kangen kita," lirih Riva.

"Gue juga kangen Riv, kangen banget kita kayak dulu. Tapi mau gimana lagi, dia terlalu batu untuk dibilangin," ucap Alexa.

Riva menaruh novelnya dan berjalan menuju meja Dira. Dira yang melihat Riva hanya menatap datar.

"Maafin gue," sendu Riva.

"Ikut gue." Dira pergi keluar kelas, Riva segera mengikuti Dira yang ternyata menuju rooftop sekolah.

"Mau lo apaan sih?" ketus Dira.

"Maafin gue," sendu Riva.

"Maaf? Basi Riv basi!"

"Maafin gue hiks." Tetesan air mata luruh begitu saja di pipi Riva. Air mata yang sedari tadi meronta ingin keluar.

"Tau nggak Riva? Gue ngeliat semua, kelakuan kalian yang mengumbar kemesraan. Gimana gue mau percaya sama lo?"

"Gue nggak maksud, maafin gue," parau Riva.

"Riva, coba lo bayangin diposisi gue!"

"Gue udah jauhin Ethan Dir, maafin gue." Dira memeluk tubuh Riva era

"Maafin gue, buat lo jauh dari Ethan Riv. Gue tau gue egois." bisik Dira pelan. Riva mengeratkan pelukannya.

"Gue yang salah. Gue udah nikung lo, maafin gue. Sahabat macam apa gue ini?" Tangisan Riva semakin kuat.

"Maafin gue Riva." Riva melepaskan pelukannya lalu menatap Dira dengan senyuman.

"Dira, dengerin gue. Gue yang salah maafin gue ya? Gue pengen kita kayak dulu lagi. Damai?" Riva mengulurkan jari kelingking kearah Dira. Dira yang melihat itu tersenyum dan menautkan jari kelingkingnya.

"Kalian udah baikan kan? Gue kangen banget tau!!!" Alexa datang langsung memeluk Riva dan Dira. Ketiganya lagi-lagi membolos kelas dan memilih berdiam di rooftop sembari saling melemparkan lelucon terhadap sattu sama lain.

Sampai akhirnya, bel istirahat berbunyi. "Asik!  Yuk ke kantin, laper banget gue." Alexa menarik tangan Dira dan Riva menuju kantin. Ternyata, tidak ada meja yang tersisa. Seketika ada seseorang yang melambai tangannya pada mereka dan orang itu adalah Damar.

Alexa menarik tangan keduanya menuju meja yang sudah terdapat Ethan, Daniel dan juga Damar. "Alexa, ko disini?" ucap Riva tidak terima.

"Biarin kali Riv, lagian meja pada penuh," balad Alexa santai.

"Hei kita boleh duduk nggak?" ucap Alexa meminta izin.

"Boleh banget," balas Daniel.

Alexa segera menduduki kursi di samping Daniel begitupun dengan Dira. Sedangkam Riva masih terdiam enggan duduk.

"Duduk Riva." Damar menarik tangan Riva untuk duduk di sebelahnya.

"Kalian mau makan apa?" tanya Daniel.

"Nasi goreng, sama es jeruk aja," sahut Damar.

"Samain aja gimana? Biar cepet," tawar Daniel yang dibalas anggukan kepala oleh mereka.

"Yaudah, yuk Lex bantuin gue," seru Daniel.

"Ogah!"

"Ayo lah Lex masa gue sendirian!"

"Bodo amat!" Tiba-tiba tangan Alexa ditarik secara paksa oleh Daniel.

Terjadilah keheningan di meja mereka, tidak ada yang mau membuka mulutnya. Mereka terlalu bingung membuka topik pembicaraan.

"Ethan!" panggil Kania, duduk di sebelah Ethan yang masih kosong itu.

"Hm."

"Gue puang bareng lo ya? Papah gak bisa jemput soalnya."

"Oke." Ucapan Ethan membuat semuanya menatap tidak percaya, biasanya lelaki itu tidak pernah mau pulang bersama perempuan selain Riva. Tetapi dengan santainya Ethan mengiyakan Kania untuk pulang bersama.

"Gue ketoilet dulu." Riva beranjak pergi dari kantin. Sebenarnya dia tidak ke toilet melainkan ke taman belakang sekolah untuk menenangkan hatinya yang sedikit sakit.

"Gue kenapa sih? Mggak mungkin gue suka sama Ethan!!" gumam Riva.

Seketika ada seseorang yang duduk di sebelah Riva. "Hei cupu?" ucap Kania agak mengejek.

"Hei juga cabe," ketus Riva.

"Apa lo bilang?" seru Kania tidak terima.

"Oh gue salah ya? Tapi ko gue ngerasa bener?"

"Lo, liatin aja gue bakalan rebut Ethan dari lo dan buat Ethan benci sama lo! Camkan itu." Kania berlalu pergi dari tempat itu.

Gue ikutin permainan lo Kania.

AribellWhere stories live. Discover now