49

161K 10K 492
                                    

Riva memasuki rumahnya dengan wajah datarnya. "Lah lu kenapa Riva?" tanya Zahra,  mendekati anaknya yang sedang melepas sepatu.


"Gak Mah."

"Lah, ko lu pulang jam segini? Lu pulang sama Ethan? Terus muka lu kenapa ditekuk kayak gitu? Disekolah lu ada masalah atau guru-guru lagi rapat? Ada yang gangguin lu? Bilangin ke Mamah sama Papah biar dikeluarin tuh anak! Berani-beraninya ngeggangguin anak gue!" cerocos Zahra tanpa henti membuat Riva memutar matanya malas.

"Mamah cantik, tapi masih cantikan Riva. Nanyanya satu-satu bisa? Riva yang cantik ini pusing ngedengerin cerocosan Mamah. Nanti aja ya Mah, ceramahnya. Kalau lagi pada ngadain pengajian nah Mamah ikutan deh! Riva kekamar dulu ya." Riva melangkah menuju kamarnya. Riva merebahkan tubuhnya di kasur. Ia hendak menutup matanya karena merasa lelah, tetapi matanya terbuka lagi saat mendengar notif pesan pada ponselnya.

Cold prince💕

Udh mkn? Mkn dl gih, nnti l skt.  Plng sklh g ajk k rmh phn.

Blm, mls. Bener yak?? Gue tunggu. Awas lo kalau ingkar janji!!!

Y, g mau bljr dl. Jngn blos ml

Yaelahh kayak kagak bolos lo juga!!so-soan belajar:p

Mkn, udh it siap-siap.

(Read) Y.

Riva mematikan ponselnya dan menutup mata kembali. Sedangkan Ethan hanya tersenyum tipis saat melihat chat dari Riva. Ethan merasakan seseorang menduduki kursi di sampingnya yang ternyata adalah Vania.


"Hei Ethan, aku duduk sini yak?" ucap Vania dengan suara dicentil-centilkan.

"Minggir!"

"Si cabe itu nggak ada kali, jadi kursi ini kosong kan?" Ethan segera beranjak pergi dari kelas.

"Ethan! Mau kemana?" teriak Daniel menyusul Ethan keluar kelas.

"Woi tungguin gue!" Damar juga segera menyusul Ethan keluar kelas. Sedangkan Dira dan Alexa menatap tajam Vania.

"Denger ya! Jangan jadiin Ethan ajang pembalasan dendam lo ke Riva. Jangan lo kira kita gak tau maksud busuk lo. Lo belum puas morotin uangnya dia? Harusnya Riva yang bales dendam, karena dikhianatin sama lo Vania!" Dira menunjuk Vania tepat di wajah, seketika kelas yang riuh menjadi hening.

"Gue mau Riva hancur, simple kan? Ethan juga ganteng, jadi gak papa sih. "

"Apa lo bilang!!" Alexa mendekati Vania hendak menjengut rambut perempuan itu  tetapi segera ditahan oleh Dira.

"Udah Dir udah, kita pergi aja. Bitch tetap aja bitch! Mana ada sih bitch yang punya malu? " Dira menarik tangan Alexa keluar kelas, karena mereka terlalu muak melihat wajah menyebalkan Vania.

***

Waktu sudah menunjukkan pulang sekolah. Ethan melajutkan motornya keluar area sekolah. Tetapu motornya berhenti saat mendengar seseorang berteriak meminta tolong. Ia melihat Vania sedang melambaikan tangan ke arahnya.

"Ethan tolongin gue dong!" seru Vania. Ethan menghela nafasnya kasar dan membuka kaca helm.

"Kenapa?"

"Anterin gue dong, mobil gue bannya bocor. Nggak ada siap-siap lagi selain lo yang bisa bantuin gue Than."

Ethan tidak menghiraukan perkataan Vania, dengan segera ia menutup kaca helmnya kembali.

"Ethan, bantuin gue." Ethan lagi-lagi menghela nafas kasar. Ia tidak mempunyai pilihan apa-apa lagi selain menolong Vania.

"Naik." Mendengar itu Vania buru-buru menaiki motor Ethan dan memeluk pinggang Ethan erat sehingga lelaki itu merasakan risih.

"Lepas!"

"Nggak!" Vania menyenderkan kepalanya di punggung Ethan. Ethan tidak memperdulikannya lalu melajukan motornya agar segera terlepas dari jeratan perempuan itu.

***

"Riva, tolongin Mamah beli bahan-bahan buat kue!" Zahra membangunkan Riva yang masih tertidur pulas.

"Ehmm Mamah, suruh Bang Azram aja!" Riva semakin menaikan selimutnya.

"Abang lu lagi keluar!" Zahra menyingkap selimut Riva.

"Riva ngantuk Mah," lenguh Riva sembari mengucek-ucek matanya.

"Mau Mama po---" sebelum menyelesaikan ucapan, Riva sudah berlari ke kamar mandi. Setelah itu ia keluar kamar menemui Zahra.

"Nih uangnya, tolong beliin Mamah bahan-bahan ini." Zahra memberikan sebuah selembaran uang dan secarik kertas yang langsung diterima oleh Riva.

Riva melihat sekilas tulisan yang berada di kertas dan segera keluar untuk pergi ke supermarket. Entah kenapa ia ingin berjalan, memang supermarket tidak begitu jauh dari rumahnya. Hanya berada di depan komplek.

Riva memasuki supermarket untuk membeli bahan-bahan suruhan mamahnya. Setelah membayar belanjanya, Riva keluar dengan membawa dua kantong plastik berukuran sedang.

Pandangannya tertuju pada pemandangan yang sangat tidak mengenakkan di jalan raya. Seketika tubuhnya menegang ketika melihat Ethan sedang membonceng perempuan yang memeluk lelaki itu erat dan lebih parahnya lagi itu adalah Vania.

Riva melihat Vania sedang melemparkan senyuman sinis ke arahnya sembari memeluk Ethan lebih erat dan menyenderkan kepalanya di punggung Ethan. Motor itu melaju melewati sosok perempuan yang sedang terluka. Satu tetes air mata Riva lolos begitu saja saat melihat motor milik Ethan sudah melaju menjauh.

Gue kecewa, Ethan.

AribellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang