56

164K 10.3K 532
                                    

"Apa kabar Ariva Bella Adijaya?" sahut seseorang dengan tersenyum sinis. Dia Kania Abrinata, mendekat kepada Riva.

"Jadi, gimana rasanya sendirian disini? Mana temen-temen lo yang songong itu, haha nggak ada kan aduh kacian. Oh iya, pacar lo itu bentar lagi bakal kesini ko." Kania mengangkat dagu Riva.

"Buat ngeliat lo udah nggak bernyawa di tempat ini," bisik Kania tepat di telinga Riva. Kania melepaskan kain yang berada di mulut Riva dengan kasar. Nafas Riva semakin tidak karuan saat ini.

"Lepasin gue!!!"

"Lepasin? Bentar lagi ya sayang, gue mau ngeliat lo menderita dulu."

"Mau lo apa Kania!!!"

"Mau gue? Lo mati!! Karena lo, semuanya hancur!! Lo udah bikin keluarga gue bangkrut, lo udah bikin bokap gue masuk penjara, lo udah bikin gue dikeluarin dari sekolah, lo udah ambil orang yang gue suka! Dan lo udah buat sepupu gue menderita. Jadi lo harus membalas itu semua dear." Kania mengusap pipi Riva dengan lembut.

"Itu karena bokap lo korupsi dan gue udah bikin menderita sepupu lo???"

"Iya sepupu gue!!! Yang sudah dipermalukan didepan umum sampe dia pindah ke Jerman karena dia dikucilin sama satu sekolah! Sekarang dia udah balik dan apa? Lo masih mempermalukan dia!!"

"Vania?" tanya Riva tidak percaya.

"Iya itu gue, sepupunya Kania," sahut seseorang dari pintu dengan tangan bersikap dada.

"Dan gue belum puas bales dendam ke lo Riva, gue lo menderita Riva!!!" Vania menjambak rambut Riva kasar sampai beberapa helai rambut tercabut. Riva hanya bisa meringis kesakitan, tidak bisa melawan.

"Gue pengen bales apa yang selama ini lo lakuin ke gue sama sepupu gue!!!" Kania menampar pipi kanan Riva dengan kencang.

Kedua perempuan itu hanya tertawa melihat seseorang dihadapannya menderita, memang itu yang mereka harapkan.

"Pertunjukkan terakhir." Vania mengeluarkan sebuah pisau lipat dari sakunya dengan tersenyum kemenangan kearah Riva yang saat ini sedang ketakutan.

"Kenapa?? Takut pisau ini nusuk ketubuh lo ya? Atau gue acak-acak aja ya muka lo?" Vania mengarahkan pisau itu kearah wajah Riva, tepat beberapa senti lagi itu akan mengenai wajah Riva.

"Belum aja kena tu pisau, udah takut aja nih anak," celetuk Kania dari belakang. Vania menarik pisau nya kembali dan menatap Riva sengit.

"Dalam beberapa menit lagi pangeran mu akan datang hahah!"

"Buat ngeliat lo MATI!!" sambung Vania.

"Silahkan lo mau nusuk gue, bunuh gue, terserah!! Gue gak peduli. Tapi dengan satu syarat jangan ganggu orang terdekat gue!!!"

"Asal lo menderita? Itu akan gue lakukan! "dengan segera Vania meraih pergelangan tangan Riva dan mengarahkan pisau itu kepergelangan tangan Riva. Hanya beberapa senti lagi pisau itu akan menusuk di tangannya.

'BRAK!' Seseorang mendobrak pintu dengan sangat keras. Ethan yang melihat Vania sedang mengarahkan pisaunya ke pergelangan tangan Riva, membuat amarahnya tak tertahankan lagi.

"LEPASIN!" bentakan Ethan membuat semuanya terdiam terutama Vania dan Kania yang terkejut saat melihat kemarahan Ethan akan seperti ini.

"Pemeran utamanya udah dateng." Vania tersenyum sinis kearah Ethan. Lelaki itu mendekat kearah Riva yang sedang terikat. Tetapi, langkahnya terhenti saat Vania mengucapkan sesuatu.

"Lo mendekat? Orang yang lo sayang akan bersimbah darah detik ini juga! Atau bikin mati aja ya?" Vania mengarahkan pisaunya ke leher Riva yang sudah menangis ketakutan.

"Lo gila!!!"

"Iya gue gila karena perempuan ini!"

"Lepasin Riva!!!" Tangan Ethan sudah mengepal menahan emosi.

"Nggak segampang itu." Pisau nya sedikit menggores leher Riva sehingga ringisan kesakitan. Cairan kental berwarna merah keluar.

Dengan nekat Ethan mendekati Vania dan segera mengambil pisau itu dengan cepat. Vania melotot kaget dengan perlakuan Ethan.

"Kania panggil Deno kesini cepetan!!" Vania sekarang sudah tersudutkan oleh Ethan di ujung tembok. Tatapan mengintimidasi keluar dari mata Ethan.

"Deno udah pingsan!" Kania memundurkan langkahnya ketika melihat segerombolan remaja mendekat sembari tersenyum sinis kearahnya.

"Oh ini dia, orang yang udah nyulik temen kita?" Dira mendekati Kania yang sudah ketakutan.

"Harusnya kita apain nih guys?"

"Bawa aja dulu ke mobil, nanti kita tungguin satu macan betina lagi," sahut Damar yang diangguki oleh Alexa dan Dira. Mereka berdua menarik Kania kedalam mobil dengan paksa.

Sedangkan Vania yang semakin terpojokkan oleh Ethan hanya menunduk takut.

"Kenapa nunduk hm??"

"Bukannya lo mau bunuh Riva ya??"

"JAWAB!!!!!" Vania tersentak dengan bentakan Ethan tadi. Dengan amarah yang sudah menguasai Ethan mengangkat tangannya berniat untuk memukul perempuan dihadapannya. Dia sudah tidak peduli lagi dia perempuan atau siapapun itu.

"Ethan udah!" Ethan menghentikan niatnya saat mendengar ucapan Riva.

"Lepasin ikatan gue," ucap Riva. Lelaki itu  segera melepaskan tali-tali yang mengikat tubuh Riva. Ia melirik leher Riva yang masih mengeluarkan darah walaupun agak sedikit mengering.

Ethan hendak membersihkan darah di leher Riva. Tetapi, Riva langsung bangkit menuju Vania.

"Udah puas bikin gue menderita?"

"Udah puas bikin gue ketakutan kayak gini?"

"Udah puas bikin gue kesakitan?"

"Apakah itu semua udah mewakili semua dendam lo ke gue??" Vania hanya terdiam tidak berniat menjawab pertanyaan yang dilontarkan Riva. Riva menampar pipi Vania kencang.

"Sadar Vin! Kelakuan lo itu bener-bener salah!!"

"Maaf."

"Gue dulu bener-bener tulus temenan sama lo! Tapi siapa yang berkhianat dulu? Lo kan?"


"Dan gue harap, lo berubah Vania. Emang dulu gue benci sama lo, tapi saat Kania nyeritain keadaan lo itu semakin ngebuat gue merasa bersalah." Ethan menatap Riva takjub dengan apa yang di bicarakannya tadi.

"Gue minta maaf atas semua kesalahan gue." Riva mengulurkan tangannya kearah Vania. Vania yang kebingungan hanya menatap uluran tangan itu.

"Teman?" Dengan ragu Vania menyambut uluran tangan itu dan tersenyum. Vania langsung memeluk tubuh Riva erat, air matanya lolos begitu saja.

"Maafin gue Va, maafin gue. Udah jahat ke lo maafin gue yang selalu iri sama apa yang lo punya, maafin gue hiks..."

"Mau bagaimana pun lo tetep sahabat gue Vania. Nggak pernah ada yang nanya mantan sahabat."

AribellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang