31

190K 13K 319
                                    

"Mau ngapain lo disini bangsat!!!" Azram menatap Ethan tajam.

"Maaf Bang," lirih Ethan di hadapan Azram.

"Maaf lo gak bisa bikin Riva bangun Than."

"Ijinin gue liat Riva," parau Ethan. Sedangkan kedua sahabatnya menatap Ethan sendu.

"Tapi untuk kali ini aja!" datar Azram, Ethan yang mendengar itu buru-buru memasuki ruangan Riva. Seketika hatinya seperti ditusuk beribu-ribu jarum saat melihat keadaan Riva saat ini. Ethan mengenggam tangan perempuan itu erat.

Rasanya rindu ini sedikit terbayarkan.

"Maaf, karena gue."

"Gue emang pengecut."

"Kenapa bukan gue? Kenapa harus lo?" tanya Ethan pada Riva yang masih saja betah menutup mata. Sedangkan azram dan kedua sahabatnya menatap Ethan iba dari luar ruangan. Mereka tau seberapa besarnya sayang Ethan kepada Riva.

"Riva gue mohon bangun..." Ethan mengecup lembut kening Riva dan membisikkan sesuatu. "Gue sayang lo Riva."

***

Sudah 1 bulan Riva koma, semuanya hanya bisa berdo'a agar Riva cepat bangun. Kondisi Riva tidak ada perkembangan sama sekali tetapi semakin hari kian memburuk. Begitupun dengan Ethan semakin tidak tersentuh. Tetapi Kania masih saja mendekati Ethan dengan segala caranya. 

Pelaku yang menabrak Riva sudah tertangkap oleh polisi. Pelaku itu akan dijatuhi hukuman berat karena telah mengemudi dalam keadaan mabuk dan juga menabrak orang.

Saat ini Ethan berada di rooftop, untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia baru saja mendapat kabar bahwa kondisi Riva semakin memburuk dan itu cukup membuat dirinya hancur.

"Sejak kapan lo mau gini Than?" ujar seseorang.

"Riva?!" kaget Ethan. Ia segera membalikkan tubuhnya dengan wajah cerah.

"Ethan, ini gue Dira." Mendengar itu raut wajah Ethan memudar dan menampilkan wajah datarnya kembali.

"Ngapain?" datar Ethan.

"Gue mau ngomong sesuatu," ucap Dira gugup.

"Hm."

"Gue suka sama lo!" Ethan mengerutkan dahinya. Ia sedikit terkejut dengan ucapan Dira.

"Akhirnya gue bisa bilang itu," gumam Dira lega.

"Hm."

"Tapi gue bakal mundur, demi sahabat gue. Maaf juga karena gue udah misahin kalian berdua. Gue baru nyadar, ternyata Riva jauh lebih bahagia sama lo. Asal lo tau, Riva itu tulus sama lo Ethan." Dira berusaha menampilkan senyumannya walaupun matanya sudah berkaca-kaca. Dira segera pergi meninggalkan Ethan yang terdiam dengan pikirannya.

Ia pikir, Riva meminta dirinya menjauh karena lebih memilih Damar. Namun ia salah. Ethan segera pergi menuju rumah sakit. Tidak memperdulikan waktu sekolah masih berlangsung.

Langkah Ethan terhenti ketika melihat wajah murung keluarga Riva di depan ruangan. Perasaannya merasa tidak enak sekarang.

"Om, Tante, ini ada apa yah?" tanya Ethan.

"Lo mau ngapain lagi kesini?" ketus Azram.

"Abang, gak boleh gitu!" ujar Zahra memperingati Azram yang sudah mencebik kesal.

"Tapi dia yang udah bikin Riva koma Mah!" gertak Azram. Ethan sedikit tertohok, memang benar ia yang menyebabkan Riva menjadi seperti ini.

"Abang! Itu semua takdir!" ujar Candra sedikit meninggi. Azram beranjak pergi dari sana.

"Maafin Azram ya?" seru Zahra.

"Nggak papa ko Tan, memang benar itu semua. Maaf," ucap Ethan merasa bersalah

"Kamu nggak boleh ngomong gitu, semuanya memang sudah takdir," ujar Zahra sendu.

"Tapi ini ada apa ya Tante?" tanya Ethan penasaran. Zahra dan Candra menghela nafas kasar.

"Dokter bilang, sudah tidak ada harapan apa-apa lagi. Makin hari kondisi Riva semakin memburuk dan dokter berencana buat ngelepas alat-alat penunjang hidup Riva," jelas Candra.

"Om sama Tante setuju? Kalian sudah tidak percaya kalau Riva bakal bangun? Jadi ngebiarin Riva pergi begitu saja?" Ethan menatap orang tua Riva sendu.

"Kami belum menyetujuinya. Kami juga tidak bisa ditinggalkan oleh Riva. Tetapi sudah tidak ada harapan lagi," parau Zahra yang sudah menangis tersedu-sedu.

Ethan memasuki ruangan dan mendekati Riva, seperti biasa wajahnya sangat pucat. Ethan mengenggam tangan Riva erat.

"Nggak cape tidur terus?"

"Buka mata lo..."  Seketika ada pergerakan di tangan Riva, walaupun sangat pelan tapi ia bisa merasakannya. Ethan segera memencet tombol yang berada diruangan itu. Seketika Dokter memasuki ruangan Riva dan segera memeriksa keadaan.

"Kondisi nya mulai membaik, teruslah berinteraksi kepada pasien supaya pasien ada keinginan untuk bangun. Karena itu tergantung kepada pasiennya itu sendiri ingin bangun atau tidak sama sekali. Saya permisi." Dokter itu berlalu pergi.

"Ayo bangun. Demi keluarga, sahabat dan juga gue," bisik Ethan pelan.

"Ethan, Riva nya kenapa?" tanya Zahra panik.

"Kondisi Riva makin baik Tante." Ucapan Ethan membuat Zahra menghela nafas lega.

"Saya boleh menjaga Riva?"pinta Ethan.

"Memangnya tidak papa?" tanya Zahra.

"Nggak papa ko Tan."

"Yasudah kalau gitu, kami pulang dulu ya," pamit Zahra, setelah itu pergi bersama Candra.

Ethan mengusap pipi Riva lembut, kedua sudut bibirnya tertarik.

Bangun putri, sudahi tidurmu. Ini saatnya untuk kamu bangun.

AribellWhere stories live. Discover now