33

200K 12.9K 833
                                    

Damar menatap bangunan-bangunan kota dihiasi lampu yang terlihat indah. Entah keberapa kalinya lelaki itu menghela nafas kasar. Ia sebenarnya tidak pergi, melainkan mencari ketenangan.

"Damar?" panggil seseorang. Damar menolehkan kepalanya ke belakang.

"Dira? Lo kenapa disini?" kaget Damar. Sedangkan Dira hanya tersenyum dan mendekat.

"Gue tau lo suka sama sahabat gue Mar."

"Kata siapa? Nggak ko!" sergah Damar.

"Jangan bohong Damar," seru Dira.

"Iya! Puas lo?"

"Haha akhirnya lo ngaku juga."

"Lo juga suka kan sama Ethan?" ejek Damar.

"Apaan coba!" ucap Dira tidak terima.

"Ngaku aja kali, gue tau," goda Damar membuat Dira menggerutu kesal.

"Iya-iya gue ngaku!!"

"Dir."

"Hm?"

"Gue tau ini salah, melupakan dengan cara yang salah. Tapi apa salahnya mencoba?" Dira menatap Damar kebingungan.

"Maksudnya apa?"

"Ayo melupakan bersama, dan membuka lembaran baru yang lebih baik."

***

Matahari sudah menunjukkan diri malu-malu, membangunkan seorang perempuan karena teriknya cahaya dari celah jendela rumah sakit. Tangannya terasa berat, ia melirik ternyata seorang laki-laki sedang tertidur dengan tangannya menjadi bantal.

Kedua sudut bibir Riva tertarik, ia mengusap rambut Ethan menunggunakan tangan satunya. Lelaki itu membuka mata dan mendongakkan kepalanya menatap Riva yang sudah menarik tangannya.

"Usap lagi dong." Riva dibuat semakin salah tingkah digoda seperti itu.

"Ethan!!!"

"Iya cantik?"

"Ko lo jadi gini sih?!"

"Jadi gimana?"

"Nyebelin ah!!" Ethan mencubit pipi Riva lalu berlari menuju toilet.

"ETHAN!" teriak Riva kesal. Pandangannya teralihkan pada pintu yang terbuka menampilkan sahabatnya memasuki ruangan.

"RIVA!!" sahut mereka bersamaan.

"Nih gue bawain novel, gue tau lo pasti bosen." Dira memberikan sebuah novel kepada Riva. Mata Riva berbinar saat melihat novel yang di berikan Dira adalah novel yang diincarnya.

"Gue sayang lo Dira!" ucap Riva semangat.

"Lo nggak papakan bocah?" tanya Daniel.

"Gue bukan bocah!" sergah Riva kesal. Sedangkan Daniel hanya terkekeh kecil.

"Lo kapan keluar dari sini? Gue nggak ada temen berantem, nggak ada yang bisa diajakin berantem sama gue. Semuanya pada sedih soalnya," ucap Daniel dengan tampang sedih.

"AW, SAKIT AYANGG!" Alexa mencubit pinggang Daniel kencang.

"Lagian lo bego. Bukannya sedih, pas Riva koma! Malah mau cari temen buat berantem. Mau berantem? Yuk sama gue!" gerutu Alexa.

"Canda doang yang."

"Ekhem," dehem Damar. Keduanya menatap sahabatnya dengan cengiran.

"Dunia serasa milik lo berdua ya!" sindir Dira.

"Yeee sirik bilang aja! Minta sana sama Damar!" ejek Daniel.

"Apaan sih lo!" ucap Dira tidak terima.

"Mar, liat nih pacar lo kurang belaian! "sahut Daniel, mendapat tatapan tajam dari Dira.

"Bentar, PACAR? JADI APA YANG GUE LEWATIN? LO JUGA DANIEL, pACARAN SAMA LEXA? KO GUE KAGAK TAU!! ADA YANG BISA JELASIN KE GUE?" sahut Riva kebingungan. Sedangkan mereka berempat saling bertatapan satu sama lain.

"Jadi duh, gimana ya." Alexa bingung menjelaskan dari mana dulu kepada Riva.

"Ohh jadi mau pada kayak gini. Jadi nggak mau pada cerita sama gue? Oke nggak papa," seru Riva membaca dengan santai, tidak memperdulikan sahabatnya yang sudah gelisah.

"Jadi iya gue sama Alexa pacaran. Damar sama Dira juga, mereka baru kemarin sih," jelas Daniel. Ia menatap Damar dan Dira merasa bersalah.


"Maafin kita belum bilang smaa lo Riv," ucap Alexa.

Ethan melirik Riva yang sama sekali tidak bergeming. "HAHAHA." Sampai akhirnya tawa Riva lepas.

"Ekspresi kalian hahaha."

"Lo kenapa sih Riv?" tanya Dira kebingungan.

"Hahah gue nggak marah ko sama kalian, duhh gue kagak kuat ngeliat ekpresi kalian." Mereka mencebik kesal dan mendekat. Mereka berempat mejitak kepala Riva yang tidak bisa dibilang pelan. Tawa Riva kini tergantikan oleh ringisan kesakitan.


"Kalian gak liat kepala gue masih diperban gini?!" Riva dibuat terdiam ketika Ethan mengusap kepalanya dan itu mampu membuat jantungnya berdetak tidak karuan.

"Cie," sorak mereka semua saat melihat adegan drama secara langsung.

"Disini ko banyak nyamuk ya?" sindir Daniel.

"Yang, kantin yuk laper gue. Biarkan mereka berdua," alibi Daniel sembari menarik tangan Alexa pergi dari ruangan.

"Gue juga ke kantin dulu ya Riv, laper banget. Yuk Mar," ajak Dira yang diangguki oleh Damar. Keduanya berlalu keluar ruangan dengan Damar menggenggam tangan Dira erat.

"Ini hanya sementara Dira, hati lo harus kuat," ucap Damar pada Dira yang sudah berkaca-kaca.

Terlalu sulit untuk melupakan.

AribellWhere stories live. Discover now