Bad Bodyguard - 22

33.5K 2.6K 315
                                    

"Maaf telat" Aiina tersenyum dan melakukan cipika-cipiki dengan Irene yang juga tersenyum lebar. "Udah pesen makan? Chanyeol mana?" Aiina duduk di hadapan Irene.

"Ke toilet, aku udah pesen makanan nya, gapapa kan, aii?"

"Gapapa, coba mana undangan pernikahan kamu?" Dengan senyuman mengembang Irene merogoh undangan di dalam tasnya, undangan berwarna merah muda. "Lucu banget" Chanyeol berdehem membuat Aiina mendongak, lalu tangannya terulur dan menyalami Chanyeol. "Apa kabar Chan?"

"Baik aii, kamu gimana?"

"Lumayan"

"Lumayan? Kamu kenapa? Suami kamu ga ngelakuin kdrt kan?" Tanya Irene dengan nada khawatir membuat Aiina terkekeh geli. Chanyeol dan Irene saling pandang.

"Aku gapapa Rin, hanya saja kepala aku pusing, Aiiden benar-benar tidak bisa aku lihat sebagai pria lain, dari segi manapun aku liat dia, dia 100% Kai, aku takut Kai sedih di sana karena aku membandingkan dia dengan Aiiden, tapi aku juga ga bisa menghentikannya" Irene memegang tangan aiina yang di atas meja dan mengelusnya lembut.

"Perlahan tapi pasti aii, aku yakin kamu pasti bisa lupain Kai dan Nerima Aiiden sebagai suami kamu." Keduanya saling tersenyum, percakapan mereka terhenti ketika pesanan datang. Chanyeol sesekali melirik Aiina, dan semua itu beberapa kali Irene pergoki.
Aiina pamit pulang setelah selesai makan.

"Ada apa Chan? Kenapa kamu terus melihat Aiina seperti itu?"

"Kasihan saja, sepertinya dia sangat mencinta Kai Kai itu yah?" Senyuman Irene mengembang mengetahui calon suaminya itu sangat perduli pada sahabatnya.
"Kamu jangan curiga, aku ga punya perasaan lain selain itu!" Ucapan Chanyeol membuat Irene tergelak.

"Kalau aku bisa berikan kamu buat aiina bahagia aku rela" Chanyeol mendelik tajam mendengar ucapan Irene. "Hahahaha" Tawa Irene tiba-tiba meredup, matanya menerawang.

"Kamu kenapa?"

"Kasihan aiina, sejak umur 8 tahun dia sudah sangat menderita, kamu tau kan insiden kebakaran di sebuah pabrik garmen?" Chanyeol menganggukan kepalanya. "Kamu tau?" Tanya Irene memastikan.

"Ya, yang pemiliknya menutup pintu gerbang supaya bisa menyelamatkan barang-barang yang masih bisa terjual kan? Sampai mengorbankan anak kecil yang berumur 8th? Jahat banget" Irene tersenyum miris Mendengar ucapan Chanyeol.

"Kasihan papa aiina dan aiina, semua orang menyalahkan mereka berdua tanpa tau duka yang sebenarnya"

"Maksud kamu?"

"Aku kenal aiina sejak SMA, aku asalnya heran melihat Aiina yang sering di kawal bodyguard, karena merasa penasaran aku mendekati aiina, tanpa di duga dia langsung bercerita semuanya, tentang mamanya yang meninggal karena menyelamatkan anak kecil yang berusia 8thn yang masuk ke dalam pabrik"

"Maksud kamu apa?" Tanya Chanyeol dengan wajah yang tiba-tiba berubah pucat.

"Yang di beritakan itu semua salah Chan, yang benar adalah, mama aiina bahkan menolong anak kecil itu, dia menerobos api, tapi sayang api terlalu cepat menyebar, untuk menyelematkan 50 orang yang masih terjebak di pabrik, papa aiina terpaksa menutup gerbangnya, padahal dia ada di posisi lain, jika dia mau, dia bisa saja menutup pintu gerbang yang kedua, yang berisi 50 pegawainya, tapi papa aiina tidak memilih istrinya, dia merelakan nyawa istrinya yang hilang, kalau ga salah anak itu adalah anak rekan bisnisnya papa aiina, yaitu mertuanya aiina yang sekarang. Mereka berdua sama-sama kehilangan orang yang di cintai demi menyelamatkan 50 pegawainya. Kalau mau jadi egois kedua orang itu pasti bisa, untung mereka mempunyai pola pikir yang bijaksana. Aiina ga tau apa-apa tentang suaminya. Biarlah dia menjalani hidup yang baru" wajah Chanyeol benar-benar memucat.

"Kenapa di berita malah memberitakan hal yang berbeda?"

"Aku ga tau Chan, wajah kamu pucat ada apa?"

"Ga sayang, kamu pulang sendiri gapapa kan? Aku ada hal yang penting!" Chanyeol mengecup kening Irene dan langsung berlari.

"Aneh"

•••

"Gimana sama istri kamu? Dia baik kan?" Aiiden mendengus kesal mendengar ucapan papanya.

"Papa kenapa sih menjodohkan saya dengan anak dari seorang yang membunuh anak papa sendiri? Adik saya?"

"Kamu bicara apa sih Aiiden? Semua itu kecelakaan, tidak ada yang mau hal itu terjadi, sudah sering papa jelaskan pada kamu, bukan cuman kita yang menderita, tapi keluarga pratata juga"

"Entah apa yang prtatata berikan pada papa sampai papa menutup mata dengan segala yang telah mereka lakukan, bahkan papa mengorbankan saya demi perusahaan dan harus menikahi anak dari orang yang telah menyebabkan adik saya meninggal"

"Mereka juga menderita---"

"Papa, mereka hanya mengalami kerugian, kalau kita kehilangan segalanya. Cukup. Saya tidak mau melanjutkan percakapan ini" Aiiden yang mendapat pesan langsung bergegas pergi membuat papanya hanya bisa menggelengkan kepala.

"Kamu tidak pernah mau mendengarkan penjelasan papa, bukan cuman kita yang menderita, tapi Pratata juga, bahkan mereka jauh lebih terluka"

•••

Aiiden pulang dengan wajah yang lesu, rambutnya berantakan karena beberapa kali dia mengacak-acaknya. Langkah kakinya terhenti saat hendak menuju kamarnya, dia memutuskan untuk berjalan ke kamar aiina. Pintu kamarnya terbuka. Aiiden melihat Aiina yang sedang melihat potonya dengan Kai. Kakinya hendak melangkah masuk, namun dia urungkan niatnya itu. Dia berbalik untuk pergi.

"Loh Aiiden?" Aiiden mematung saat suara aiina memanggilnya. "Ada perlu apa? Mau makan?" Aiiden hanya mengangguk pelan. "Saya angetin masakannya dulu ya, kamu mandi aja dulu" Aiiden lagi-lagi mengangguk dan berjalan menuju kamarnya membuat aiina bingung. "Kenapa sikapnya jadi aneh?"

Aiiden berjalan menuju meja makan, aduan ada Aiina yang sedang menyiapkan makanan. "Ayo, udah selesai" senyuman aiina di jawab anggukan kikuk oleh Aiiden.
Saat makan keduanya terdiam, aiina merasa sangat aneh.

"Ada masalah apa?" Aiiden yang sedari tadi menunduk langsung mengangkat wajahnya dan menatap aiina, lalu menggeleng dan fokus pada makanannya lagi.

"Oke" cicit aiina, Aiiden tersenyum tipis.

"Aiina, kamu sangat mencintai Kai?" Pertanyaan Aiiden membuat aiina bingung.

"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Jika saya meminta kamu untuk melupakan dia, apa kamu mau?" Tanya Aiiden hati-hati.

"Aiiden, tanpa kamu menyuruh saya untuk melupakan dia pun saya selalu berusaha, hanya saja, kamu yang membuat saya sudah untuk melupakannya.

"Aiina saya ingin bilang sesuatu sama kamu"

"Ya? Bilang aja"

"Kai itu sebenernya, kembaran saya"

Bad Bodyguard • KaiWhere stories live. Discover now