Bad Bodyguard - 25

28.4K 2.3K 266
                                    

Mianhae, lama Update, padahal udah mau ngetik, tapi mager terus.

"Kalau saya bilang saya adalah Kai, Kai kamu bagiamana?"

"Kalau kamu Kai, saya akan membunuh kamu dan setelah itu saya akan membunuh diri saya sendiri." Ucap Aiina di akhiri dengan mendengus kesal, Kening Aiiden langsung mengerut Mendengar ucapan itu.

"Kenapa?"

"Kamu tanya kenapa? Karena saya benci pada orang yang berbohong, apalagi Kai adalah orang yang sangat saya cintai, kalau kamu bilang kamu itu Kai, berarti kamu penipu" Aiiden mengangguk dengan senyuman getir.

"Tidak ada dunia ini yang menyukai penipu, tapi kadang ada orang yang berbohong demi kebaikan"

"Pembohong ya pembohong, bohong itu sebuah kesalahan, kenapa sebuah kesalahan menjadi kebaikan? Ibarat seorang pembunuh yang bilang pada polisi kalau dia hilap membunuh, tapi pada akhirnya dia tetap mendapatkan hukuman yang setimpal" Aiiden hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum geli mendengar penjelasan Aiina.

"Bertahanlah sebentar lagi aii, saya yakin kamu akan mencintai saya karena saya adalah Aiiden, bukan bayang-bayang Kai di mata kamu."

•••

Sudah tujuh hari sejak kejadian itu, tidak ada yang berbeda, Aiiden kini sibuk dengan perusahaan yang sedang dalam masalah, dia tidak pernah menjelaskan secara rinci apa yang terjadi. Ya walaupun dia jelasin gw juga ga akan mengerti.

"Lay"

Panggilan gw membuat Lay menengok dan melambaikan tangannya, gw tersenyum saat dia tersenyum lebar, memamerkan kedua lesung pipinya yang membuat jutaan wanita meradang, termasuk gw

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Panggilan gw membuat Lay menengok dan melambaikan tangannya, gw tersenyum saat dia tersenyum lebar, memamerkan kedua lesung pipinya yang membuat jutaan wanita meradang, termasuk gw. Dengan perlahan gw mendekat dan duduk di hadapannya.

"Kenapa wajah kamu sedih banget?" Gw hanya menggeleng, sejak Aiiden sibuk, gw merasa kosong di bagian hati gw, tapi pikiran gw menolaknya. ingat, gw menganggap dia itu Kai, tidak lebih. "Kok malah melamun? Aku sudah pesan makan buat kita"

Kita? Andai saat itu lo ga selingkuh Lay, mungkin gw dan lo sudah menjadi kita. Pesanan yang Lay pesan datang, kami makan dengan hikmat, akhir-akhir ini gw memang sering bertemu dengan lay, entahlah, dia sekarang sudah jauh lebih dewasa.

"Ya ampun, kamu makan kayak anak kecil, belepotan" Gw tertegun saat Lay mengelap sudut bibir gw yang ada sisa makanan. Bukan, bukan karena Lay, tapi karena Aiiden yang kini berdiri di belakang Lay bersama dengan sekertarisnya dan dua orang pria, mungkin rekan bisnisnya. Dia menatap dengan tatapan yang tidak bisa gw artikan.

"Makasih" Lay hanya mengangguk dan melanjutkan makannya, mata gw mengekor Aiiden yang kini sudah duduk tidak jauh dari kami. Gw merasa gelisah, gw merasa sedang selingkuh dan kepergok oleh suami gw, tapi kan gw ga ada hubungan sama Lay, tapi mana Aiiden tau. Ah terserah, mending cepat habiskan makanan dan pulang.

"Kalau makan pelan-pelan" Lay berdiri dan menepuk bahu gw lembut, gw terus terbatuk-batuk.

"Mbak, minta air putih" Teriakan Lay membuat pengunjung restoran melihat ke arah kami, termasuk Aiiden, hanya beberapa detik pandangan kami bertemu, detik berikutnya dia langsung memalingkan wajahnya. Dada gw sesak, mungkin ini karena gw batuk.

"Pulang yuk lay" Ajak gw pada Lay yang sedang memainkan ponselnya.

"Udah mau pulang?" Gw mengangguk sambil menaruh ponsel ke dalam tas, entah mengapa dari tadi gw merasa Aiiden terus mengawasi kami, itu membuat perasaan gw jadi ga enak.

"Biar saya yang antar istri saya pulang" Mata gw mengerjap saat Aiiden sudah berada di samping gw dengan lengannya yang memeluk pinggang gw posesif, anehnya gw ga merasa risih, gw merasa sangat senang. Perasaan yang tidak masuk akal.

"Oh, Kamu suaminya aiina? Kenalin Saya Lay" Lay mengulurkan tangannya, namun Aiiden tidak ada niatan untuk menjabat tangan itu, Lay menghela nafas, saat pandangan matanya bertemu dengan gw, kita sama-sama tersenyum, di waktu yang bersamaan gw merasa Aiiden meremas pinggang gw keras. "Duluan yah Aii, kalau ada apa-apa hubungi aku"

"Buat apa kalau ada apa-apa dia menghubungi anda? Ada saya suaminya yang akan mengurus segalanya" Ucapan tajam Aiiden membuat gw merasa tidak nyaman, tapi senyuman lay membuat gw lega, dia tidak marah.

Sudah lima menit yang lalu Lay pergi, namun Aiiden tidak beranjak, tanganya sibuk mengelus perut gw yang memakai kaus.

"Aiiden?"

"Heum?" Dia masih menatap lurus kedepan, entah apa yang sedang ada dalam pikirannya.

"Ga mau pulang?" Pertanyaan gw di abaikan, gw hanya bisa menghela nafas dan memegang tangannya yang masih asik mengusap perut gw. Barulah dia menatap gw.

"Bentar lagi ya, aku belum selesai, kamu duduk di sini, sepuluh menit, ah ga, hanya lima menit---"

"Ya udah, kamu selesaikan pekerjaan kamu dulu, saya akan menunggu"

"Benar?"

"Kamu kayaknya sering di bohongi orang ya? sampai omongan istri sendiri saja kamu tidak di percaya"

"Nah kamu tau status kamu isteri aku, tapi kamu malah jalan dengan pria lain"

"Itu ka---" Ucapan gw terpotong saat Aiiden mengecup bibir gw.

"Kamu duduk, aku akan segera kembali" Gw hanya bisa mengangguk dengan perlahan duduk, jantung gw semakin berdetak kencang saat Aiiden mengecup puncuk kepala gw.

Apa yang sedang terjadi sama gw? Apa gw benar-benar suka Aiiden atau hanya menganggap dia sebagai Kai?

"Ayok" Gw memandang tangan Aiiden yang terulur di depan mata gw. "Aku cape pengen cepet pulang" Gw menghela nafas dan berdiri tanpa menerima tangannya. Saat gw baru beberapa langkah berjalan, tangan Aiiden sudah melingkar di pinggang gw. Tidak ada niatan untuk menghindar, hingga sebuah kecupan kembali Aiiden berikan, kini di pipi sebelah kananku.

"Kalau sudah sampai rumah bisa minta lebih enggak?" Pertanyaannya membuat gw mau tidak mau mengikuti perutnya, dia tidak marah, yang ada dia tertawa terbahak-bahak. Lalu kembali melingkarkan tangannya. "Kamu yang bawa mobil aku ya, aii?"

"Loh? Apa kamu secapek itu sampai saya yang nyetir?"

"Enggak, aku cuman pengen di jalan, saat menuju rumah kita, aku memandang wajah kamu, dan bisa mencuri ciuman lagi" Mendengar ucapan dia yang aneh, gw mendorongnya sampai pelukannya terlepas. Dia menghela nafas panjang gw meraih kunci yang di sodorkan.

Tapi gw pikir yang dia bilang tadi itu hanya bercanda, tapi kini udah ke 33 kali dia mengecup pipi kiri gw dan 11 kali mengecup bibir gw saat gw melihat ke arahnya. Ini orang lebih mesum di banding Kai.

"Udah sampai, kapan ini kepala kamu yang berat di singkirkan dari bahu gw?"

"Udah sampai rumah?"

"Menurut kamu?"

"Ohhh hehehe" Anehnya tawa dia sangat aneh dan terdengar menjengkelkan.

"Aaahhh Aiiden!" Gw menggeliat saat dia mengecup leher gw dalam. "Kamu mesum banget sih?"

"Kan ga aneh kalau mesum sama istri sendiri ini" gw menampar tanganya yang mengelus dada gw. "Pengen deh remas dada kamu"

"Udah ih, awas! Saya mau masuk"

"Loh? Biar aku yang masukin aja" pipi gw rasanya memerah padam, tangan Aiiden sudah masuk kebalik kaus gw.

"Please, tanganya di kondisikan, awas saya mau masuk, mau mandi"

"Mandi bareng ya?"

"Udah ah, cukup, cape saya" Gw membuka pintu dan hendak keluar dari mobil, namun semua itu tidak bisa gw lakukan saat dia menarik pergelangan tangan gw, dan kembali melumat bibir gw.

Bad Bodyguard • KaiOnde histórias criam vida. Descubra agora