Bad Bodyguard - 24

35.1K 2.7K 417
                                    

"Selalu manis, dari dulu tidak pernah berubah, kenapa aku harus kembali jatuh hati padamu, Aiina"

Tangan Aiina bergerak dan menyentuh pipi Kanan Aiiden yang langsung memejamkan matanya, menatap dengan seksama wajah suaminya itu lekat-lekat.

"Kamu ini sebenarnya siapa?" Pertanyaan Aiina membuat Aiiden membuka mata, keduanya saling menatap dalam, tangan Aiiden terulur dan membelai pipi kanan istrinya dengan lembut. "Kamu itu siapa sebenarnya? Kenapa saya selalu merasa nyaman di samping kamu, seharusnya saya merasa risih, kamu benar, ini memang tidak adil, tapi ketika dekat dengan kamu, saya merasa kamu ada--" Mata Aiina terpejam saat bibirnya dikecup dengan lembut dan singkat, namun itu berhasil membuat kupu-kupu berterbangan di perutnya.

"Kalau kamu tau yang sebenarnya, apa kamu akan marah?" Suara Aiiden terdengar serak.

"Kalau kamu kembaran, Kai?"

"Emang kamu percaya?" Aiina menggelengkan kepalanya dengan cepat membuat Aiiden terkekeh. "Manis" Tanganya bergerak ke arah puncuk kepala aiina dan mengusap dengan lembut. "Saya ini sebenarnya--" Tubuh Aiiden langsung lemah dan tertidur membuat aiina mendesah kecewa.

"Siapa? Kamu siapa?" Aiina mencoba menyadarkan aiiden, namun hasilnya nihil. "Aku berharap kamu bilang kamu kamu itu adalah Kai, tapi jika itu benar, aku tidak tau harus sedih atau bahagia, bagaimana mungkin kamu Kai, sedangkan kamu adalah Aiden" Aiina membenarkan posisi tidur Aiiden dan menyelimuti sampai kelehernya. Dengan kasar tanganya menghapus air mata yang sudah membasahi wajahnya.

•••

Aiiden mengulat kecil, keningnya menyernyit saat merasakan nafas hangat yang berhembus kelehernya, namun dia sungkan untuk membuka mata.

"Jalang mana lagi yang saya ajak tidur" Dengan mata terpejam, Aiiden mencoba mendorong tubuh Aiina yang memeluknya erat-erat seolah-olah tidak akan pernah melepaskan pelukannya. Dengan malas Aiiden membuka matanya, alisnya saling bertautan saat melihat Aiina-lah yang tertidur memeluknya. "Aii?" Aiina mengulat dan hendak berbalik memunggungi , namun dengan cekatan Aiiden menahan pinggang aiina.

"Apa yang sudah terjadi?" Aiiden menurunkan wajahnya supaya beradu pada wajah aiina yang masih terlelap dalam tidurnya. "Sepertinya tidak terjadi apa-apa, bajunya masih lengkap" Aiiden menurunkan baju Aiina, "tidak ada kissmark juga" Helaan nada kecewa berhembus.

"Apa yang kamu lakukan?" Mata Aiina membulat saat melihat tangan Aiiden yang memegangi kausnya.  Bukanya menjawab, dia malah memberikan cengiran kuda.

"Semalam kita tidak melakukan apapun ya?"

"Jangan mimpi" Aiina hendak bergerak, namun dengan gerakan yang lebih cepat, Aiiden menahan pinggang aiina dan merapatkan tubuh keduanya hingga tidak ada sela lagi di antaranya.

"Aiiden, awas, saya mau masak"

"Udahlah, kamu selalu saja ada alasan untuk menolak saya, nanti siang saya bakalan cari pembantu supaya kita bisa bersantai bersama"

"Memangnya siapa yang mau santai sama kamu?" Aiiden menunjukkan seringainya.

"Dengan posisi kita yang sedekat ini, saya bisa merasakan detak jantung kamu yang berdetak sangat kencang" Pipi aiina langsung memerah padam, semua itu memang benar, tapi itu karena Aiina menganggap kalau Aiiden adalah Kai.

"Kamu pikir hanya kamu yang merasakannya? Jantung kamu juga berdetak kencang" ejek aiina.

"Emang ya" Aiina berdecih, dia pikir suaminya akan menyangkalnya.

"Di bawah juga tegang, terlalu menyodok perut saya" Aiiden menunjukan cengirannya yang sangat aneh.

"Mau nyodok yang bawah boleh tidak?" Aiina merasa pipinya semakin memanas, tadinya ingin sekali membuat Aiiden malu, tapi semua di balikan padanya.

"Aiiden kamu apaaaan sih?!" Pekikan aiina yang keras karena Aiiden menggerakkan juniornya membuat sang empu tertawa terbahak-bahak, dengan kekuatan penuh aiina menendang Aiiden sampai terjatuh kelantai.

"Sakit!"

"Dasar mesum!" Aiina langsung keluar dari kamar untuk menuju kamar mandi meninggalkan Aiiden yang masih mengelus bokongnya. Tidak ada ekspresi kesal, yang ada senyuman yang mengembang terbit di wajah Aiiden.

Aiiden berdiri dan berjalan menuju dapur, Aiina kini tengah sibuk memotong bawang untuk membuat nasi goreng, rambutnya yang panjang di Gelung memamerkan lehernya yang jenjang. Aiiden melangkahkan kakinya menuju aiina dan memeluknya dari belakang, dagunya dia letakan pada bahu.

"Aiiden! Lepasin, kamu apa-apaan sih?" Bukanya melepaskan pelukannya, tanganya malah semakin erat memeluk perut aiina. "Aiiden, saya peringatkan lepaskan saya, anda tidak lihat saya memegang pisau?"

"Oh, jadi kamu mau membelah dada saya supaya kamu bisa melihat di hati saya hanya ada namamu?" Aiina memutar bola matanya jengah.

"Ihh! Jangan tiup-tiup leher saya!"

"Basah yah yang di bawah?" Dengan menahan kesal Aiina langsung menyikut perut Aiiden hingga pelukannya terlepas. "Sakit aii" Aiiden memegangi perutnya.

"Jangan bercanda, ga lucu!" Aiiden tidak menjawab, dia hanya bisa meringis sambil memegangi perut. "Kamu beneran?!" Aiina mendekat ke arah Aiiden dan ikut memegang perutnya. "Sakit?" Aiiden mengangguk pelan. "Astaga! Maaf, apa terlalu ken---"

Mata Aiina mengerjap saat sebuah kecupan mendarat di bibirnya.

"Manis" Aiiden yang melihat Aiina diam saja kembali mendekati bibirnya, aiina perlahan memejamkan matanya sampai kedua bibir itu saling menempel satu sama lain. Hingga sebuah lumayan dan decakan terdengar. Air mata aiina mengalir membuat Aiiden terkejut dan melepaskan ciumannya.

"Aii, kamu kenapa? Aku minta maaf ya? Kamu jangan nangis?" Aiiden mencoba memegang bahu aiina yang spontan mundur. "Aii, maafin saya, saya pikir kamu juga mau--tidak, tolong maafkan saya, berhenti menangis" Aiina langsung berlari menuju kamarnya, Aiiden juga ikut mengejar.

"Aii! Buka pintunya!"

"Pergi!"

"Aii, saya benar-benar minta maaf, jangan seperti ini".

"Pergi!"

"Maafkan saya Aiina, saya janji tidak akan mencium kamu lagi oke?" Aiiden tersenyum saat mendengar kunci pintu. "Aii"

"Bisa tidak kamu pergi dari hidup saya?"

"A-apa yang kamu katakan? Saya ini suami kamu"

"Saya tidak bisa lagi bersama kamu, saya-kai-kamu- saya benar-benar bingung, kamu itu Kai?! Tapi itu tidak mungkin! Tapi hati saya bilang kamu Kai?! Jadi bagaimana ini?!" Aiina memukuli dada Aiiden yang sama sekali tidak berniat menghalangi pukulan itu. Matanya yang memerah menatap nanar aiina yang menangis meraung-raung.

"Saya menderita! Saya tidak bisa lagi hidup bersama kamu"

"Kenapa kamu tidak mencoba melupakan Kai dan hidup bersama saya?"

"Itu tidak adil" Aiina mendongak menatap Aiiden nanar. "Kamu hanya akan menjadi pelampiasan, karena saat melihat kamu, saya melihat Kai, melihat Kai bukanya melihat Aiiden" terlihat Aiiden yang menarik nafas dalam-dalam.

"Kalau saya bilang saya adalah Kai, Kai kamu bagiamana?"

Bad Bodyguard • KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang