Sinta

150 16 1
                                    

Aku sedang malas, mendengarkan cerita-cerita heroik dan menginspirasi. Menggubah kisah kecil menjadi seakan penting. Bercerita tentang romansa hati yang seakan darurat, dengan bahasa tinggi. Tentu saja aku butuh teman, tapi kali ini aku sedang ingin sendiri.

Sinta, tidak ada lagi cangkir-cangkir yang membuatku tersipu. Urusanku seakan sudah habis soal senja yang mengagumkan kita dahulu. Bahasa-bahasaku yang pias dan pilu, tidak akan lagi kau dengar bergemuruh sebelum hujan. Aku masih beredar di sekitarmu, barangkali ada wangimu terselip di gigitan angin. Tapi apa lagi yang akan kuharap dengan pincangnya pikir.

Haruskah kukabarkan kepadamu, tentang rasa yang digdaya menginjak kerangka akal? Kuharap kewajaran selalu merasuki diri kita. Di seberangku tempatmu duduk dulu, masih ada syal dan gerai rambutmu tergambar. Aku, tentu saja masih tersipu seperti kucing yang menjilat-jilat keakraban dengan manis.

Yogyakarta, 02/ 01/ "18

Ombak KalbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang