Part 2b

21.1K 2.9K 195
                                    

When you're so in love
you gotta take a chance to break through
(Ain't Giving Up, Craig David)

Gawai milik Yudhistira berdenting, sebuah pesan masuk. Laki-laki itu memperlambat laju kendaraannya dan mengambil gawai lalu mengaktifkan layarnya.

Oh, dari Chloe...

Kemudian ia membuka bilah percakapan dan sedikit terkejut melihat gambar yang dikirim oleh adik sepupu kesayangannya. Alis tebalnya bertaut, mencerna foto yang berlatar warna merah darah yang berkerut.

Apa ini?

Kemudian ia tersadar itu adalah bibir Dita dengan lipstick warna merah. Laki-laki itu tertawa keras. Ada dua foto yang dikirim. Foto satu lagi masih foto Dita yang diambil pasti secara selfie. Gadis itu mengacungkan tanda victory di pipinya, tentu saja masih tetap memonyongkan bibirnya yang menor. Yudhistira menggelengkan kepala, menyadari Dita masih mengenakan piyama garis-garis bututnya dengan rambut dikuncir ala pocong yang mencuat, pasti si jorok itu belum mandi dari tadi pagi. Segera ia menepikan mobilnya di pinggir jalan tol, mengetik pesan pada Dita.

Yudhistira: Woy, sudah mandi belum? Selfie melulu. Gih, sholat ashar... zuhur pasti ketinggalan gara-gara ketiduran.

Tak lama kemudian, pesan balasan masuk ke dalam gawainya.

Dita: Mandi sih belum, tapi kalo sholat udah dong...

Yudhistira: Hmm, oke. Sholat tapi ga mandi... ckckckck.. ketemu demenan aja mandi, lha ini ketemu Allah ga mau mandi.

Dita: lupa beli sabun, jadi sabun dieman-eman, Mas. Ini saja sabun aku kasih air biar banyak, shampoo juga. Efek tanggal tua, kasihanilah hamba yang fakir wahai auditor senior kaya raya yang paling ganteng sedunia. Baydewey, di bawah ada norek si fakir ini, mohon diisi ya, Tuanku Dhisti.

Tawa keras tak bisa dikendalikan Yudhistira, matanya sampai berair karena sangat geli. Sepertinya Dita tidak berubah, mungkin karena hampir beberapa tahun ini mereka jarang bertemu hingga hubungan persaudaraan mereka sedikit renggang. Yudhistira mengingat-ngingat semenjak kapan Dita mulai berubah menjauhinya. Sepertinya semenjak ia bekerja di Jakarta? Atau jauh sebelumnya? Yudhistira tidak dapat mengingat lagi.

Tapi satu yang pasti, tinggal bersama Dita dan si kembar akan menyenangkan. Mungkin membuatnya sedikit sakit kepala tapi juga akan lebih banyak membuatnya tertawa. Yudhistira mengotak-atik gawainya sebentar sebelum mengendari mobilnya menuju Bandung. Ia menjadikan foto konyol Dita sebagai screen saver gawainya.

***

Dita bermalas-malasan kembali ketika Yudhistira tidak ada lagi di apartemen miliknya. Ia merencanakan nonton anime dan drama jepang marathon malam minggu itu. Sebetulnya ada ajakan dari teman kantornya untuk hang out di diskotik, tapi karena ia sedang tidak punya uang, maka ia menolak undangan teman-temannya.

Ia sedikit bosan, anime dan dorama sudah beberapa kali ia tonton. Dita mempertimbangkan mungkin ia bisa main ke apartemen Reefa. Tapi ia tidak punya uang untuk membeli bensin mobilnya, ia juga malu kalau ke sana tanpa buah tangan.

Tiba-tiba gawainya berdenting. Dita hapal itu nada gawainya untuk sms banking, bukan pesan whattsap. Ia membuka layar dan kaget sejumlah uang yang cukup untuk biaya hidupnya seminggu masuk ke dalam rekeningnya. Dita tertawa kecil, ia tahu ini pasti transfer dari Yudhistira, ia tidak mengira kakak sepupunya benar-benar memberinya uang.

Dita segera mandi, ia akan pergi ke apartemen Reefa. Karena beberapa hari lagi sahabatnya dan suaminya akan pindah ke Inggris. Dengan uang yang diberikan Yudhistira, ia bisa memberikan kenang-kenangan sebelum Reefa pergi. Ia memutuskan akan mampir ke mall terlebih dahulu.

My Perfect Polar BearWhere stories live. Discover now