Part 4b

17.9K 2.4K 214
                                    

We're all stumbling through the night
It doesn't matter, we're all together
And it's paradise in our minds
Falling together, arms 'round each other
(I know You, Bastille feat. Craig David)


Suasana di dalam diskotik hingar bingar seperti biasa, Yudhistira duduk di sudut ruangan, mengamati Dita yang sedang mengobrol dengan teman-temannya di salah satu sofa yang tersedia di ceruk-ceruk tersembunyi. Ia melihat Dita memesan sebotol air mineral sementara yang lain menenggak sparkling vodka yang Yudhistira tahu kadar alkoholnya rendah. Laki-laki itu tersenyum.

Sambil mengawasi Dita yang sedang tertawa, Yudhistira memikirkan apa yang baru terjadi pada mereka di mobil tadi. Semua di luar kendali laki-laki itu, begitu melihat Dita dalam pakaian yang sangat minim, tindakannya melampaui akal sehatnya. Sekarang ia menyesali apa yang ia telah perbuat pada adik sepupu perempuan tersayangnya, masih terbayang wajah panik Dita ketika ia menggerayangi gadis itu walau ia tidak bermaksud demikian.

Ketika tatapan Yudhistira bersibobrok dengan Dita, ia hanya mengangkat gelasnya... tersenyum tipis, sementara Dita cepat-cepat mengalihkan pandangannya dari Yudhistira.

Yudhistira menggelengkan kepala dan memejamkan matanya, merasa malu dengan semuanya. Dalam mata Dita, ia bisa melihat gadis itu menyimpan rasa takut sekaligus benci padanya.

***

"Ampun, Cintaaahh... kamu pake rok apa sih itu? Rok anak sekolahan?" Cheryl, salah satu temannya yang ia kenal di media sosial, mengangkat alisnya tinggi-tinggi melihat pakaian yang dikenakan Dita.

"Tank-top nya sih oke, but your skirt... errr..." timpal Shasa mengernyitkan keningnya.

Dita hanya nyengir mendengar komentar teman-temannya. Ia sudah menduga akan mendapat kata-kata yang tidak enak dari mereka. Mereka tidak tahu kalau rok yang ia pakai adalah seragam kantornya. Dita berkenalan dengan mereka di media sosial dan berlanjut kopi darat di salah satu pub di Jakarta beberapa bulan yang lalu. Mereka yang membawa Dita ke dalam pergaulan malam. Shasa berprofesi sebagai sekretaris di perusahaan pengeboran asing dan Cheryl adalah seorang pekerja seni, koreografer tari. Mereka berdua cantik dan juga masih lajang, hal itu yang membuat mereka dan Dita menjadi dekat karena senasib.

"Please deh, stop talk bout my skirt. Let's dance..." Dita menenggak air mineral langsung dari botolnya lalu ia melihat ke ujung ruangan, Yudhistira sedang menatapnya lekat-lekat.

Mengalihkan pandangan dari Yudhistira, itu yang hanya bisa Dita lakukan sekarang tetapi tingkahnya yang sedikit janggal mengundang perhatian kedua gadis itu.

"Kamu kenapa sih, Dita?" tanya Shasa, ia melihat Dita membuang mukanya beberapa kali, karena penasaran Shasa mencari siapa yang dilihat Dita dari tatapan matanya beberapa saat yang lalu.

Shasa menemukan seorang laki-laki yang berdiri di ujung ruangan, laki-laki yang sangat tampan di mata Shasa walau terlihat dingin atau lebih tepatnya judes.

"Dit-Dit, cowok itu ngeliatin kamu mulu, lho." Shasa menyikut Dita lalu ia mengerling pada Cheryl, mengedikkan dagunya pada Yudhistira.

"Dita, ganteng banget lhooo..." Cheryl mengerjap, mencoba memberi tanda kalau ia tertarik pada Yudhistira.

Dita bersedekap, matanya memandang Yudhistira kembali. Kali ini dia menantang dirinya sendiri dan juga Yudhistira.

"Ngelantai, yuk. Let's dance!" Dita menarik Cheryl dan Shasa ke lantai dansa.

Melihat ketiga gadis itu berjalan beriringan menuju ruang dansa, Yudhistira menggeleng. Ia tahu Dita melakukan itu sebagai bentuk perlawanannya kembali. Ia akan mengikuti kemauan Dita selagi tingkah gadis itu tidak melampaui batas.

My Perfect Polar BearWhere stories live. Discover now