Part 5

20.7K 2.5K 187
                                    

Settle down with me
Cover me up
Cuddle me in
(Kiss Me, Ed Sheeran)

Setelah menarik data dari server dan meminta dokumen kelengkapan pada Dita kemarin untuk menunjang pemeriksaan, Yudhistira memulai pekerjaan auditnya di bidang kredit, kemarin satu minggu penuh ia berkutat memeriksa operasional kantor. Hari ini ada beberapa auditor muda yang merupakan tim audit datang membantu karena auditor senior telah selesai mengerjakan tugasnya.

"Raka, coba kamu periksa data kredit dari triwulan ketiga dan triwulan keempat," perintah Yudhistira pada bawahannya. Ia sudah melihat data softcopy bulan Juli dan menemukan transaksi yang mencurigakan tapi masih bisa dikatakan aman. Yudhistira ingin melihat ketajaman Raka dalam membaca data.

"Baik, Pak." Laki-laki muda itu mengangguk patuh dan segera mengerjakannya.

Yudhistira termenung sejenak, ia mengamati yuniornya. Raka cukup tampan, mengenakan kacamata seperti dirinya, lulusan ekonomi sebuah universitas swasta ternama di Jakarta Barat. Ia menyukai karakter Raka, pendiam tak banyak omong tetapi cepat dalam mengerjakan semuanya.

Mengapa Dita tidak jatuh cinta dengan laki-laki ini saja?

Mudah saja, Yudhistira... Karena Dita tidak menyukai seorang nerd. Hal itu mengingatkannya pada luka masa lalunya.

Sejarah kelam masa remaja Dita sangat Yudhistira pahami. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana curhatan Dita tiap malam padanya, mengenai pengabaian orang-orang di sekitarnya, cowok yang menolaknya hingga malam prom ketika terjadi bencana yang sangat melukai hati adik sepupu tersayangnya. Semenjak itu Dita berubah, ia menjadi gadis dingin yang tak pernah peduli pada siapapun di masa kuliahnya. Temannya pun hanya bisa dihitung dengan sebelah tangan di kampus yang terletak di kota kecil berjarak 30 kilometer dari kota Palembang. Gadis itu masih bersikap hangat padanya dan pada semua anggota keluarga, ia hanya dingin pada orang-orang luar lingkungan mereka.

Tapi hal itu masih ditolerir oleh Yudhistira, paling tidak gadis itu tidak berpura-pura menjadi orang lain waktu itu. Tetapi sekarang, Yudhistira seakan tidak mengenal Dita lagi, baik dari penampilan hingga kepribadian. Dita seolah menjadi orang lain yang sangat berbeda. Yudhistira menghitung sejak kapan Dita berubah dan ia mengingat hal itu terjadi semenjak ia pindah ke Jakarta dan Dita masih kuliah di Universitas Negeri di Sumatera Selatan. Gadis itu perlahan-lahan seperti membangun dinding tinggi di sekelilingnya. Tak ada lagi curhat malam-malam melalui saluran telpon, tak ada lagi sapa hangat membangunkannya tiap pagi, tak ada lagi omelan yang membuat kupingnya sakit ketika ia lupa menghubungi mama dan ibu.

Yudhistira merindukan Dita yang dulu. Malam tadi, ketika bercanda sambil membersihkan toilet... Yudhistira seolah menemukan kembali kepribadian Dita yang telah hilang. Laki-laki itu yakin pasti ada kejadian traumatik yang membuat gadis itu menjaga jarak darinya.

***

Yudhistira melongokkan kepalanya ke dalam ruang kerja Dita, menemukan tak ada orang di dalam ruangan itu. Ia mengernyit kesal karena sebetulnya ia ingin ngobrol dengan Dita selama waktu istiirahat. Tak pernah ada yang mencurigai seringnya seorang auditor mengobrol dengan supervisor operasional karena memang dalam audit dua jabatan ini memang sangat berkaitan erat.

Ketika ia hendak berbalik, Yudhistira dikejutkan oleh staf Dita yang memandangnya heran. Gadis itu sepertinya sudah berdiri di belakangnya dari tadi.

"Ehm, Mbak Chlo... eh Mbak Dita ke mana ya, Mbak Annie?" Untung Yudhistira mengingat nama si gadis ketika diperkenalkan di ruang rapat seminggu yang lalu.

"Oh, sedang makan siang di luar, Pak Yudhistira," jawab Annie segera. Wajah gadis itu semringah karena Yudhistira menyebut namanya dengan fasih.

"Oh."

My Perfect Polar BearWhere stories live. Discover now