Part 13

13K 2.2K 387
                                    

I can't throw away the pieces that you gave
Betrayed in a way of a knife stuck on my back
(Sweet Scar, Weird Genius)

"Saya harap Anda sabar menunggu sebentar saja, Bu Callysta, karena pekerjaan saya menuntut untuk diselesaikan sekarang," kata Dita ramah, ia mempersilahkan Callysta untuk duduk di ruang kerjanya.

Callysta tersenyum dan mengangguk, ia segera melakukan apa yang diminta Dita. Matanya yang mengenakan softlens biru mengamati Dita yang bekerja di depan komputernya seolah mereka telah mengenal sebelumnya. Dengan jujur ia mengakui, gadis yang ia lihat di laman media sosial mantan suaminya, memang cantik dan juga terlihat sangat cerdas. Kesan itu ia dapat tidak berbeda dengan ia dapatkan beberapa menit sebelumnya di lobby lantai dasar. Dita dengan senyum bersahabat menyapanya dan meminta dirinya untuk mengobrol di lantai dua, tidak terlihat wajah cemas ataupun panik, raut wajah gadis muda yang ia perkirakan berumur lima tahun dibawahnya setenang perairan lautan dalam.

"Ah, perkenalkan staf saya, Annie." Dita melambai pada Annie yang baru masuk ke ruangan. Gadis montok itu menatap Callysta dengan sinar mata bingung. Callysta mengangguk ramah dan Annie membalasnya dengan anggukan sekaligus cengiran lebar.

"Mbak Dita, ini otorisasi dari kantor pusat udah keluar dan Pak Salman juga udah mengetahui dan memparafnya. Omong-omong di sebelah ada Mas AGPB, lho." Annie menyerahkan dokumen yang sudah diparaf Salman sambil terkikik.

Dita hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih, lalu ia kembali pada layar komputernya, ingin cepat-cepat menyelesaikan pencairan deposito. Dengan otorisasi kantor pusat dan paraf Salman, artinya satu langkah lagi uang milyaran itu bisa ditransfer ke rekening nasabah dan artinya pekerjaannya selesai. Ia tidak akan lembur dan bisa mengetahui apa yang diinginkan mantan istri Haikal yang dengan sabar menunggunya.

"Mbak, kok diam aja, sih. Tadi Mas AGPB nyapa aku dan masih ingat namaku." Annie kembali terkikik genit, membuat Dita memutar matanya.

"Oh, bagus kalau gitu, Nie. Artinya si Mas terkesan padamu," sambar Dita asal, ia menekan tombol 'OK' dan menunggu berita transfer sukses dilakukan. Tidak sampai beberapa menit, sebuah kotak berita muncul dilayarnya dan pekerjaannya selesai.

"Annie, depositonya sudah cair. Kamu coba telepon anak marketing, bilang pada mereka untuk memberi kabar pada nasabahnya," perintah Dita, ia memutar kursi kerjanya pada Callysta, mengangguk memberi tanda bahwa sebentar lagi mereka bisa berbicara.

"Aku nelponnya dari sini aja ya, Mbak. Hapeku mati, nih."

Tanda oke diberikan Dita pada Annie, gadis itu segera menelpon dan bagian marketing. Annie sedikit kurang menyukai orang-orang di bagian marketing yang mulutnya nyinyir, terutama beberapa bapak-bapak yang mulutnya tidak jauh-jauh dari obrolan vulgar. Annie menelpon dengan menekan tombol speaker aktif , ia malas mengangkat gagang telpon. Bapak-bapak itu juga sering menjawab telepon dengan speaker aktif, jadi mereka bisa meledek korban mereka beramai-ramai. Sekarang Annie melakukan hal yang sama, agar semua canda mesum mereka terdengar oleh Dita. Mereka agak segan pada Dita karena Dita selalu bisa menjawab ledekan mereka dengan telak dan membuat mereka malu.

Ternyata Bapak mesum yang sekarang menjawab telpon tahu kalau Annie menelpon dan ia hanya tertawa meledek tanpa candaan mesum, ia juga tahu kalau Annie sering menelpon dengan speaker aktif juga dan ia menjaga bicaranya.

"Kamu boleh pulang, Nie." Dita mengerjap pada gadis itu, meminta agar dia dan dirinya ditinggalkan berdua. Annie menangkap pesan mata Dita, ia segera keluar dan menutup pintu.

"Jadi, apa yang ingin Anda bicarakan?" Dita menoleh dan kembali melemparkan senyum ramah, tapi sebenarnya di dalam hati jantungnya sudah berdetak tidak beraturan. Mereka dipisahkan meja kerja Dita

My Perfect Polar BearDonde viven las historias. Descúbrelo ahora