Part 8

16.7K 2.3K 183
                                    

The world could stop
And everything could all fall down
But I will never give you up
Because nothing will ever change my love for you
(Change My Love, Craig David)

Dita bangun dan menyadari ia tidak berada di kamarnya, ia berada di ruang duduk. Gadis itu masih mengumpulkan semua kesadarannya dan mengingat apa yang terjadi malam tadi.

Aku dan Mas Dhisti bertengkar...

Dita mengerutkan kening, sedikit kilasan terbayang di pikirannya.

Dan berbaikan dengan cara....

Nafas Dita tercekat setelah tiap keping ingatannya menjadi satu gambar yang utuh dalam pikirannya.

Semaleman aku bobo bareng Mas Dhisti!

Hangat tubuh Yudhistira masih tertinggal di bantal kursi yang berada di sebelah tubuh Dita dan seketika wajah Dita merah, ia malu sekali karena rasanya ia tidur dalam lingkupan kehangatan dan ia bisa menduga Yudhistira memeluknya sepanjang malam.

Bagaimana ia harus bersikap pada Yudhistira? Sebelum akhirnya tidur bersama ia juga menangis di bahu kakak sepupunya.Dita memejamkan matanya, meringis.

Ya ampun, memalukan sekali!!

Segera ia melarikan diri cepat-cepat menuju kamar tidurnya, rasanya ia tidak sanggup bertemu Yudshistira dalam waktu dekat.

"Chloe!"

Suara Yudhistira memanggilnya dan gadis itu menoleh, kakak sepupunya berada di balik pantry dan tersenyum lebar padanya. Kamar Dita cukup dekat dengan pantry dan ruang makan, ia tak pernah mengira menemukan Yudhistira di sana karena selama di mereka tinggal bersama di apartemen ini, Yudhistira jarang sekali menjejakkan kakinya di dapur.

"Mas Yudhistira." Dita tersenyum selebar yang ia bisa, walau bibirnya terasa kaku.

"Sini, Chloe. Aku baru masak mie instan nih. Kamu mau ngikut ga? Biar masaknya dua bungkus."

Dita mengangguk lalu berjalan lagi.

"Kuncir pocoonggg, kenapa ngibrit? Dhisti ganteng ini udah masakin mie susah payah buat kamu, bantuin,kek." Omelan Yudhistira segera menghentikan langkah Dita. Gadis itu menoleh dan nyengir, dengan gerakan kaku ia mendekati Yudhistira.

"Bantuin apa, Mas?"

"Siapin meja makan, gih. Buat coklat panas atau kopi panas juga. Mumpung belum subuh, habis sarapan kita subuh bareng. Bangunin juga Nakula dan Sadewa." Perintah Yudhistira yang terdengar santai membuat Dita sedikit mendesah lega, sepertinya laki-laki itu tidak menganggap penting apa yang terjadi tadi malam.

Setelah beberapa menit, mie spesial ala Yudhistira telah selesai dan dengan penuh gaya laki-laki itu membawa hasil masakannya ke meja makan.

Dita melongo melihat topping yang berada di atas mie, sosis dan potongan warna warni hijau, merah dan kuning jingga memenuhi mangkok besar hingga mie tidak terlihat.

"Mas, itu beneran cabe rawit?" tanya Dita, meringis ngeri.

"Iya. Biar mantap." Yudhistira nyengir, merasa bangga dengan masakannya.

"Gak kebanyakan, Mas? Kita masih ngantor hari ini, lho. Ntar sakit perut."

"Nggak. Ini kan Indomie Abang-Adek, khusus buat kita berdua."

"Ha? Maksudnya apa sih, Mas?" Dita bingung, ia baru mendengar istilah itu. Biasanya ya Indomie goreng, kari ayam, atau yang lainnya.

"Kamu kudet juga, ya, Dita. Googling, gih. Ini aku buat khusus untuk merayakan hari kita berbaikan."

My Perfect Polar BearWhere stories live. Discover now