Part 12

15.3K 2.1K 320
                                    

It always seems to me
You only see what people want you to see
(Whatever, Oasis)

Sebuah daftar berisi nama laki-laki lajang potensial yang merupakan kenalannya serta sudah diseleksi ketat lahir dan batin adalah hasil begadang Yudhistira subuh itu. Setelah tahajud 6 rakaat ia masih tidak bisa tidur sehingga hasilnya adalah daftar itu. Yudhistira membaca kembali nama-nama yang dianggapnya pantas menjadi suami Dita.

1. Raka Al Hadad, junior auditor. Umur 26 tahun. Lulusan universitas negeri di Bandung. Tinggi 175 sentimeter berat seimbang. Pendiam tapi bisa ramah di saat-saat tertentu. Masih single. Penghasilan mendekati dua digit saat ini.

2. Andra Haffasyah, supervisor di cabang pembantu, Umur 27 tahun. Lulusa universitas swasta di Jakarta, tinggi 170-an, sedikit gempal. Ramah dan periang. Single. Penghasilan sedikit di bawah Raka.

3. Edgar Perdana, Kepala Cabang Pembantu Cabang X, Umur 35 tahun. Lulusan magister universitas negeri di Depok. Tinggi 175 kurang sedikit. Keras tapi humble. Duda cerai mati. Penghasilan di atas dua digit.

4. ....

5. ....

Menimbang dari kesemuanya, Edgar adalah calon yang paling tepat tapi mengingat kerasnya rekan kerjanya itu bisa-bisa sang Kepala Cabang akan bertengkar terus dengan Dita yang bisa diatur. Yudhistira lebih condong pada Raka, yang memang sudah sangat dekat dengannya. Tapi kendalanya apa Raka sudah punya niatan untuk menikah?

Suara pintu kamarnya terbuka, Sadewa masuk ke kamarnya dan melihat Yudhistira membelakanginya, menatap i-mac dengan serius.

"Kenapa, Wa?"

"Mau ngembaliin sisa uang reparasi mobil Dita, Mas. Dita bilang balikin ke kamu aja."

"Oh, sini."

Sadewa berjalan mendekati Yudhistira dan ia mencuri-curi pandang dengan apa yang dikerjakan kakaknya, merasa penasaran mengapa laki-laki itu sangat berkosentrasi hingga tak menoleh padanya sedikitpun. Sadewa meletakkan uang itu disamping Yudhistira dan matanya otomatis membesar melihat apa yang diketik di layar i-mac.

"Mas... kamu mau menjodohkan Dita?"

Yudhistira terkekeh, Sadewa memang adiknya yang paling peka sekaligus perhatian. "Iya. Apa kamu tahu, calon suami Dita itu baru menduda. Kalau aku hitung dari jarak mereka berkenalan hingga surat cerai keluar, laki-laki itu jatuhnya berselingkuh dengan Dita."

Sadewa otomatis menganga, ia tidak mengira sebab tidak setujunya Yudhistira terhadap calon suami Dita. Ia mengira hanya status laki-laki itu sebagai duda yang membuat kakaknya menentang habis-habisan.

"Ah, jadi begitu rupanya, Mas." Sadewa hanya mengangguk, dia tidak mengiyakan atau ikut-ikutan Yudhistira menentang hubungan Dita. Ia ingin tahu dari sisi Dita juga.

"Omong-omong tentang nomor berikutnya yang kosong, Mas nggak tertarik mengisinya dengan nama Mas sendiri atau nama kita bertiga?" Sadewa tersenyum lebar, berusaha memancing Yudhistira.

"Ha? Maksudmu?"

"Kita semua bisa menikah dengan Dita, Mas. Apa kamu nggak sadar?" Sadewa ingin tertawa, kadang Mas-nya ini emang sedikit lemot dalam hal-hal seperti ini padahal IQ-nya di atas rata-rata.

Yudhistira terbahak, dia tidak pernah memikirkan hal itu bahkan dia tidak menyadari bahwa sebenarnya memang mereka bertiga-terutama dirinya- memang sangat bisa menjadi suami Dita.

"Ya ampun, menikah dengan Dita? Nggak akan, Wa. Aku nggak pernah menganggap Dita sebagai perempuan dewasa begitupun sebaliknya."

"Kenapa tertawa, Mas? Aku serius lho... daripada Dita dinikahin sama orang yang nggak benar atau nggak jelas."

My Perfect Polar BearWhere stories live. Discover now