Part 20b

15.2K 2.6K 399
                                    

Cause lately it seems
The distance between us is growing too wide
(If Your Heart's not in it, Westlife)

Layar notebook masih menyala dan Dita termangu menatapnya sambil bersila di atas tempat tidur. Ia tidak mengira proposal isengnya mendaftar program strata dua pada sebuah universitas di Korea Selatan benar-benar mendapat jawaban positif. Isi e-mail itu menginformasikan esok hari, seorang profesor yang akan mewawancarainya melalui jalur telepon.

Dita tidak pernah membicarakan hal ini pada siapapun, bahkan pada ibunya dan juga Yudhistira. Ia memutuskan untuk memberitahu pada ibu kalau ia benar-benar lulus dan diterima di Seoul National University. Membicarakan pada Yudhistira? Dita tidak yakin laki-laki itu akan mendengarkan dirinya karena ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan tentu saja, Citra.

Akhir-akhir ini, Dita merasa Yudhistira makin tidak terjangkau. Laki-laki itu seperti menjaga jarak dari dirinya, padahal Dita dengan semua usahanya berusaha memenangkan hati Yudhistira. Tapi semuanya terlihat percuma... tanpa hasil. Yudhistira masih menganggapnya tak lebih dari seorang adik sepupu dan tembok tak terlihat telah dibangun oleh kakak sepupunya terhadap dirinya. Walau sebenarnya lelah, Dita tidak akan menyerah. Ia akan terus berjuang semampu yang ia bisa. Dita terlalu mencintai Yudhistira dan tidak pernah bisa merelakan laki-laki itu menjauh dari sisinya.

***

Ketika pertemuan pertama dan secara resmi dikenalkan, Citra menyukai Yudhistira. Sebenarnya semenjak dulu Citra tahu Yudhistira suka memerhatikannya dan mencuri-curi pandang padanya ketika mereka bertemu di kantor laki-laki itu. Lalu Ulfa mengatakan bahwa laki-laki yang suka menatapnya diam-diam itu meminta dikenalkan, dengan senang hati Citra menyambutnya. Paling tidak ia memperluas lingkaran pertemanan jika tidak berjodoh.

Tapi sekarang, setelah bertemu beberapa kali, ia sedikit merasa janggal dengan sikap Dita, adik sepupu Yudhistira memang selalu ada kalau mereka bertemu dan itu memang sesuai permintaan Citra yang tidak ingin berduaan saja dengan Yudhistira. Citra memang sering mengobrol dengan Yudhistira, tetapi laki-laki itu lebih sering memerhatikan Dita. Matanya pun lebih sering tertuju pada gadis yang terlihat sangat berbeda ketika pertama kali bertemu di restoran hotel di Bandung. Waktu pertama kali Dita dan Yudhistira datang berkunjung, ia hampir tidak mengenali Dita. Citra juga mau tak mau mengakui Dita sangat manis, baik secara fisik maupun tingkah laku.

Ada yang nggak wajar di antara mereka...

Sedikit pikiran negatif bermain di benak Citra dan ia takut kalau yang ia cemaskan benar-benar terjadi karena ia menyukai Yudhistira. Ia harus mengambil tindakan untuk memastikan semuanya sebelum ia mengambil keputusan yang dapat mengubah kehidupan lajangnya.

***

Sore sepulang kerja, Yudhistira mampir ke kantor Citra karena gadis itu menghubunginya meminta untuk bertemu secara langsung. Kali ini Dita tidak bisa ikut menemani Yudhistira karena lembur. Laki-laki itu duduk di lobby sambil menunggu Citra yang masih terhitung calon pegawai di BUMN yang bergerak dalam layanan fasilitas bandara.

Beberapa saat kemudian, Citra datang mendekatinya dan mengucapkan salam seperti biasa. Yudhistira tersenyum dan berdiri, baru kali ini ia melihat Citra mengenakan pakaian kerja selayaknya calon pegawai, dengan atasan putih dan bawahan hitam.

"Kita mau ke mana?" tanya Yudhistira tanpa basa-basi.

"Nggak usah ke mana-mana. Kita bicara di lobby ini saja, toh lobby ini nggak begitu ramai." Citra memandang sekelilingnya. Ia berpikir cukup aman bicara berdua di sini, gadis itu merasa nyaman dengan lingkungan yang ia kenal daripada mereka ngobrol berduaan di tempat yang tidak pernah ia kunjungi.

My Perfect Polar BearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang