Part 3b

20.4K 2.7K 198
                                    

Cause I knew you were trouble when you walked in
So shame on me now
(I Know You Were In Trouble, Taylor Swift)

Sebelum Dita tidur lebih cepat dari biasanya -karena shock akan berita pindahnya Yudhistira- gawainya berdering. Dita mengambil gawai dan ternyata Ibu menelpon.

"Assalamualaikum, Bu."

"Waalaikumsalam, Dita." Indah menjawab salam putrinya, ia merindukan anak semata-wayangnya. Indah menginginkan Dita untuk bekerja di Palembang, mendampinginya, tetapi gadis itu bersikeras untuk merantau ke Jakarta. Entah apa alasan Dita padahal waktu itu ia diterima di perusahaan yang cukup bonafid dan take home pay nya terkenal cukup tinggi. Sekarang Indah dan saudara perempuannya yang tertua, Tiara, Ibunya Yudhistira, Nakula dan Sadewa tinggal berdua di kota empek-empek. Suami Tiara sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

"Nggak keluar malam lagi,kan?" Suara Indah terdengar lembut, tapi Dita tahu ada rasa khawatir, kesal sekaligus sayang dibaliknya.

"Nggak, Bu." Dita menggigit bibirnya, merasa bersalah.

"Yudhistira sudah tinggal di situ?" tanya Indah kembali. Beberapa hari yang lalu, anak angkat kakaknya yang sudah ia anggap seperti anak sendiri menelponnya. Memberitahu kalau ia akan tinggal bersama saudara-saudara yang lain. Kegundahan hati Indah sirna mendengar komitmen Yudhistira akan menjaga secara langsung adik-adiknya terutama Dita.

"Belum, Bu. Katanya sih minggu depan," jawab Dita singkat. Yudhistira akan selalu menjadi anak kesayangan Ibu dan Mama, Dita memanggil Ibu Yudhistira dan si kembar dengan sebutan sama seperti sepupu-sepupunya.

"Dita, kamu jangan melawan Yudhistira, ya. Dia sekarang laki-laki tertua kedudukannya di keluarga kita. Dia menggantikan posisi Papanya dan juga Ayah bagimu. Yudhistira sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjaga keluarga kita, walaupun dia tahu di atas segalanya dia tidak mempunyai hubungan kekerabatan yang sama. Ia tetap menerima dan memikul tanggung jawab itu."

Pesan Ibu membuat Dita terdiam, menyadari memang mungkin ia sudah kelewatan selama ini. Dari menjadi liar hingga menentang semua ucapan Yudhistira. Dita tahu kalau memang tingkahnya jauh dari kata-kata baik, tapi ia tidak bisa mengubah apa yang telah ia rencanakan demi citra dirinya secepat itu. Dita ingin stempel jelek dari masa lalunya hilang dan ia menjadi pribadi baru yang memesona dan membuat semua orang yang menghinanya dulu diam atau bahkan menatapnya kagum.

Bagi orang lain mungkin itu hanya dendam masa remaja atau sekadar perundungan, tapi hal itu sangat mempengaruhi Dita hingga membentuk kepribadiannya yang baru.

Setelah mengobrol dengan Ibu, Dita merebahkan kepalanya di atas bantal. Lalu ia menggapai boneka polar bear yang bulu halusnya tidak lagi berwarna putih. Dita tidak akan pernah lupa hari di mana Yudhistira memberikan boneka itu padanya sehari sebelum keberangkatannya ke Jakarta untuk bekerja 7 tahun yang lalu. Yudhistira mengatakan kalau Dita merindukan dirinya, ia bisa memeluk boneka beruang putih itu.

Dulu berada di dekat Yudhistira adalah hal yang paling menyenangkan, tetapi sekarang memeluk boneka beruang lebih memberikan ketenangan bagi Dita. Ia mulai takut pada kakak sepupunya pada saat itu. Saat ketika Yudhistira pulang untuk berlibur pertama kali setelah merantau di Jakarta kurang lebih 1 tahun. Hari di mana ia menyadari bahwa kakak laki-lakinya yang sangat ia sayangi itu sama saja seperti laki-laki lain yang brengsek.

***

Haikal benar-benar menepati janjinya, ia kembali mengajak Dita makan siang kembali. Kali ini dia mengajak gadis itu ke restoran Sunda, masih di seputaran Margonda. Lagi-lagi penampilan sang dokter mata muda membuat lutut Dita meleleh, Haikal mengenakan kacamata kembali serta kemeja batik lengan pendek dibalik jas gelapnya. Dita memang seeorang megane-kun addict.

My Perfect Polar BearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang