Jadi Jimin melakukannya. Bergeser perlahan, masuk dalam rengkuhan pria itu. Lengan Jungkook langsung melingkari tubuhnya, membawanya semakin rapat pada hangat dan kenyamanan yang ia punya.
Jimin selalu merasa aman dalam pelukan pria itu. Bukan hanya hangat, bukan hanya penuh cinta. Jungkook memeluknya dengan cara yang tidak orang lain lakukan, tidak seperti Mama atau Taehyung, tidak juga seperti Jihyun. Jimin suka berpikir dia adalah milik Jungkook yang paling berharga, kalau ia adalah permata yang harus dijaga benar-benar, bukan hanya untuk dimiliki atau dipamerkan. Dan Jungkook sudah membuktikannya, dan dia melakukannya dengan baik, dan dia berhasil.
Jimin pikir dia hanya butuh Jungkook untuk hidup. Hanya butuh pria itu untuk tetap bernapas. Hanya butuh cintanya untuk tetap waras. Dan Jimin tahu ia jatuh terlalu dalam, mencintainya dengan begitu payah, tapi ia tak pernah keberatan kalau orang itu Jungkook.
"Nih, ayo kita bagi selimutnya," Jungkook bilang.
Dengan satu kibasan, selimut biru muda itu melingkupi tubuh mereka berdua. Jimin semakin merapatkan tubuhnya, menempel pada Jungkook dan menjadikan dada pria itu sebagai bantal. Sedangkan si pemilik surai kelam tersebut memeluknya lebih erat, meletakkan dagu di pucuk kepala yang lebih pendek dan tangannya melingkar manis di pinggang.
Jimin pikir ia bisa lebih cepat tertidur kalau begini. Sembari mendengarkan detak jantungnya yang teratur, atau deru napasnya yang menggelitik di kepala, atau bibirnya yang mengecup dahi, lalu pejaman mata yang rapat. Menuntun diri pada bunga tidur yang manis, pada semu dan imajinasi malam, pada rengkuh hangat si pria. Jimin terbiasa, tapi rasanya tetap saja mendebarkan.
Jimin pernah merasa hangat sebelumnya, tapi tak pernah sehangat ini.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
