Ada saat-saat di mana Jimin bisa jadi sangat aneh.
Yang Jungkook maksud dengan aneh di sini adalah ketika Jimin menendang perabotan di apartemen mereka dengan random. Selanjutnya dia akan mengaduh dan berlari pada Jungkook; mengeluh tentang jari kelingkingnya yang sakit, menangis seperti bocah kecil di pelukan pria itu, dan meminta Jungkook membalaskan dendamnya pada kursi sialan di ruang tamu mereka.
Ketika Jungkook berhasil meredakan tangisnya dan bertanya tentang apa yang terjadi, dia menjawab, "Tak apa. Aku hanya penasaran. Ternyata menendang kursi sakit juga, ya."
Dan sampai sekarang Jungkook tak mengerti jalan pikir Jimin untuk masalah ini. Penasaran? Sinting memang. Apa yang menarik dari menendang perabotan dan mendapati kakimu berdenyut dengan gila? Mungkin hanya Jimin dan Tuhan yang tahu kenapa, dan dia membiarkan pria bodoh dengan sejuta rasa khawatir ini untuk melamun memikirkan hal itu.
Tapi meski begitu, walaupun Jungkook ingin sekali mengorek lebih lanjut (dia tak pernah berhasil karena dia juga tak pernah berhasil menolak tatapan a la anak anjing imut yang Jimin keluarkan), Jungkook tetap merawatnya dengan baik. Toh, seberapa anehnya Jimin (kadang), tetap tak mengurangi rasa cinta setinggi Gunung Everest dan sedalam Palung Mariana yang Jungkook punya untuknya.
Jadi, ketika Jimin melakukan kebiasaan anehnya itu dan menangis lagi dalam rengkuhannya, Jungkook tetap mengelus lembut surai pirang pria itu. Tangannya menekan tengkuk Jimin supaya si pemilik badan yang lebih kecil bisa menenggelamkan wajahnya dengan leluasa di dada Jungkook. Dan bibirnya tak lupa memberikan satu kecupan singkat di dahi si pendek.
Di antara jemari yang tenggelam dalam helaian pirang itu, ada yang berbisik, "Sssst, tenang. Aku di sini untuk melindungimu."
("Katakan kursi yang mana, oke? Aku akan membakarnya besok.")
Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
