☀dua delapan

1.5K 287 35
                                    

❝how about a kiss?❞

...

"Hyeonggggg."

Bagi Jimin, tak ada hal yang lebih menyebalkan daripada rengekan menjijikan Jungkook. Jimin tahu kalau dia sejak tadi memanggilnya dari ujung sofa satunya. Jimin tahu kalau Jungkook mati-matian menahan diri untuk tidak mendekat. Dan Jimin juga tahu kalau yang bakalan kalah dari permainan ini adalah Jungkook sendiri.

Tadinya hanya iseng. Kemarin malam Jimin nyeletuk, "Ayo kita lakukan tantangan." Lalu, setelah mereka berdebat setengah jam penuh, mereka akhirnya memutuskan untuk; berjauh-jauhan, tidak ada kontak fisik, dan yang melanggar alias kalah akan melakukan seluruh pekerjaan rumah selama sebulan.

Sehari saja jangka waktunya. Karena mereka sadar kalau mereka sama-sama tak bisa menahan diri--apalagi Jungkook. Walaupun Jimin bilang tak bisa tidur tanpanya, buktinya, toh, dia berhasil melakukannya semalam--tidur di ranjang, sendirian, dan Jungkook merana di sofa ruang tengah.

Dan sekarang sudah berjalan sebelas jam. Semakin sulit karena sekarang hari libur--yang biasanya mereka habiskan dengan cuddling seharian menjadi duduk di satu sofa; Jimin di ujung kanan dan Jungkook di ujung kiri. The Greatest Showman dimainkan di layar, tapi belum cukup menahan Jungkook untuk tidak menerjang Jimin.

Itu sampai pada tahap di mana Jungkook merengek seperti bayi. Kalau saja Jimin tak ingat kalau mereka sedang menjalankan ini, dia pasti sudah menenggelamkan Jungkook dalam pelukannya yang hangat.

"Hyeong, ayolah. Kita sudahi saja, ya?"

"Hm," Jimin bergumam. "Boleh. Itu berarti kau harus mengerjakan semua pe-er sampai satu bulan ke depan."

Jimin tahu kalau Jungkook benci dengan ide itu.

"Tidak mau," katanya. "Bagaimana kalau peraturannya diubah? Aku boleh memelukmu, misalnya."

Jimin menggeleng.

"Kalau merangkulmu?"

Lagi, gelengan.

"Menggenggam tanganmu?"

Jawabannya tetap sama.

"Bagaimana kalau satu kecupan?"

Pria itu terdiam. Dahinya berkerut dalam sampai alisnya nyaris menyatu. Dia mengangguk pada akhirnya. Dan Jungkook langsung merangsek maju dengan senyum lebar di wajah.

Jimin menahan bahu Jungkook sebelum dia merapat lebih jauh, lalu bilang, "Hanya satu kecupan, oke," sebelum dia mengalungkan lengannya pada leher si pria.

Jungkook mengecupnya. Bibirnya terasa sempurna di bibir Jimin dan Jimin tidak bisa menahan senyumnya di sela bibir mereka. Jungkook tetap di sana beberapa detik, berat dan hangat di antara labium merahnya, juga kelihatan tak ingin menjauh barang sedikit pun. Lalu Jimin merasakannya, bibir pria itu bergerak, melumat pelan dengan gigi dan lidahnya.

"Jungkook, kubilang--"

"Ssst, nikmati saja."

Jimin melenguh. Dan dia mengikuti apa yang pria itu katakan--tak peduli pada tantangan juga segala macam yang terjadi di antara mereka, tak ingin memikirkan lebih jauh lagi. Satu-satunya yang harus dipikirkan sekarang adalah bagaimana caranya menyelamatkan sofa ruang tengah mereka.

(Karena, kadang, Jungkook terlalu kasar sampai tak sadar kalau dia bisa saja merusak barang.)

...






Empat.

hah apaan ° kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang