Terkadang, ada suatu waktu di mana Jimin merasa sangat payah. Saat hidup rasanya tak sama lagi dan ia kepikiran hal-hal bodoh yang malah membuatnya pusing setengah mati. Padahal, tak ada gunanya. Walau hati kecil itu bilang kalau semuanya akan baik-baik saja, ketakutan itu tetap ada. Lama sekali singgah di sana, tak ingin hilang rasanya.
Dan kalau sudah begitu, Jungkook akan datang dengan cengiran bodoh yang terpasang di wajah. Kata-kata yang keluar dari mulutnya sok bijak sekali, kadang Jimin muak dan malah akan ketawa mendengarnya. Namun di situlah ajaibnya; Jungkook memang absurd, tapi keabnormalannya itu yang mampu membuat senyum tersungging di wajah Jimin.
Jimin akan jadi seperti bocah kala ia seperti itu; tak yakin pada apa yang dia lakukan dan menganggap dirinya tidak mampu. Maka dia hanya akan bergelung dalam selimut sambil memandang dinding yang kosong, memikirkan hal-hal tak penting sampai ia bisa bangkit. Dan biasanya itu lama sekali, jadi Jungkook harus datang menghampiri.
Dan Jungkook akan memeluknya. Rengkuhan pria itu erat sekali kala Jimin ada di dalamnya. Jungkook biasanya akan meletakkan kaki Jimin untuk melingkari pinggangnya dan dia akan menenggelamkan hidungnya pada surai pirang Jimin lalu berandai lagi tentang harum Busan dan segala tetek bengeknya. Itu termasuk dengan menciumi wajahnya dan memberinya terlalu banyak cinta.
Jungkook dengan kelakuannya mampu membuat segala kekhawatiran Jimin hilang begitu saja. Ajaib sekali. Kadang Jimin pikir Jungkook itu penyihir sampai bisa melakukannya. Dan mungkin itu hanya karena cintanya saja--yang katanya lebih luas dari angkasa dan lebih banyak dari sekadar angka.
Jimin akan menciumnya balik lalu Jungkook akan mengatakan, "Semuanya akan baik-baik saja, hyeong. Aku akan selalu ada di sini untukmu." Dan itu sanggup untuk membawa kembali senyum yang sempat hilang di bibirnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
