15. Awal

5.2K 337 11
                                    

Kamu adalah hal yang ingin aku perjuangkan, mulai dari awal hingga akhir yang ingin aku capai.

●○○○●

"Apa kabar?"

"Baik," Karen tersenyum tipis, "kamu sendiri gimana?"

Rafa membalas senyum Karen, "baik. Malah semakin baik setelah bertemu denganmu."

Karen tertawa.

"Asal kamu tahu, mata yang semula redup kembali berbinar saat lihat kamu, Ras. I'm serious for it. Karena rasanya, tanpa kamu adalah kehampaan yang tak pernah ingin aku alami." Rafa menunjukkan ekspresi seriusnya, meyakinkan Karen bahwa ia tak bermain-main kali ini.

Karen kembali tertawa saat melihat wajah Rafa, menurutnya sangat menggemaskan. Tak menyangka jika orang seperti Rafa yang ia kira cool, ternyata juga bisa melontarkan kalimat seperti itu.

"Oh ya?"

"Ya!" Rafa mengangguk mantap, "foto kita yang ada di ponsel aku, selalu aku liat. Dan sekarang aku jadiin walpaper, biar kalau aku kangen kamu, tinggal liat layar ponsel deh!"

Dan tawa Karen langsung pecah begitu saja mendengar penuturan Rafa seperti ini. Aura tegas ketika Rafa mengajar seketika lenyap, tergantikan dengan Rafa yang pandai memberikan gombalan.

"Lama gak ketemu, kok kamu malah pinter gombal ya?"

Rafa tersenyum hingga menampilkan lesung pipinya.

"Jangan senyum!" Sergah Karen.

"Kenapa?"

"Jadinya aku pengen punya lesung kayak gitu," Karen menusuk-nusukkan telunjuknya ke pipi Rafa, "kok bisa gini yah?"

Tak habis pikir saat mengetahui alasan Karen untuk menyuruhnya tidak menunjukkan senyum. Dan ia menggoda Karen dengan kembali menunjukkam senyumnya membuat Karen merengut kesal.

Saat akan mengeluarkan protesnya, ponsel Karen bergetar dan menunjukkan sebuah notifikasi pesan.

Vidiano
Gue pulang dulu sama Alena ya, Ren. Jangan lupa bahagia:)

Karen kesal.

Pasti mereka berdua memang sengaja meninggalkannya berdua bersama Rafa. Kakinya menghentak kesal, hingga ruang bianglala yang ia tempati bersama Rafa goyang. Dan seakan semesta sedang berkonspirasi, mesin penggerak bianglala juga berhenti. Naasnya, ruang bianglala yang ia tempati berada pada posisi teratas. Dengan kata lain, ia harus terjebak pada tempat yang cukup tinggi dan hanya berdua dengan Rafa.

Karen mencoba menenangkan pikirannya, mengatur pernapasan agar rasa panik bisa berkurang.

"Kok berhenti?"

"Aku juga gak tau, tapi bentar." Rafa melihat ke arah bawah dan mendengarkan pemilik bianglala memberikan pengumuman.

"Untuk semua penumpang, diharapkan bersabar. Karena ada kesalahan pada mesin yang mengakibatkan bianglala tidak bergerak. Saya mohon maaf sebesar-besarnya atas ketidaknyamannya hal ini." Ucap seorang bapak-bapak menggunakan sebuah toa.

Karen yang juga mendengarkan pengumuman tersebut hanya bisa menghela napas, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah pemandangan kota dari ketinggian.

Disini, Karen bisa melihat gemerlap lampu kota ketika malam hari. Betapa padatnya aktivitas penduduk kota yang tak mengenal waktu, baik siang maupun malam.

Tiba-tiba sebuah flash mengganggu aktivitas Karen, dan setelah menoleh, Rafa tengah tersenyum puas seraya menunjukkan ponselnya, hasil potret yang ia ambil.

K H I A N A Tजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें