36. Waktu

5.4K 261 26
                                    

Waktu membuat kita bertemu, lalu terpisah oleh rindu, karena takkan pernah menjadi satu.

♤♤♤

"Vid, beliin itu dong!"

"Vid, naik itu yukk!"

"Vid, gimana kalau coba wahana yang itu?!"

Laki-laki itu menghela napas, mengingat sebanyak apa permintaan yang Karen layangkan sedari tadi. Berusaha menahan sabar, karena memang dirinya lah yang menjajikan jika akan menuruti segala permintaan perempuan tersebut. Dan sekarang, ia sedikit menyesal atas ucapannya.

Tetapi, saat usahanya terbayar dengan senyuman yang telah lama tak ia lihat, Vidi merasa lega. Menginat, usahanya untuk menghadirkan senyum itu beberapa waktu lalu begitu sulit. Namun sekarang, senyum itu telah nampak bahkan terus mengembang.

"Terakhir ya Vid, habis naik itu kita pulang. Janji!" Ucap si perempuan membuat Vidi tersadar dari lamunannya.

Vidi menghela napas, "kamu belum istirahat sama sekali Ren. Nanti kesehatan kamu down lagi, dan aku akan menjadi orang yang paling bersalah kalau sampai itu terjadi."

Senyum Karen langsung luntur dan membuang muka ke arah lain dan tak lama menghembuskan napas pelan dan menampilkan wajah memelasnya, "janji kalau ini yang terakhir, boleh ya Vid?"

"Oke, fine!"

"YESSS!!!" Tangan Karen tak segan langsung memeluk lengan Vidi, "thank you, Vid. Terbaik deh!"

"Giliran gini aja peluk-peluk," gerutu Vidi pelan namun masih bisa terdengar oleh Karen.

"Biarin, wlee!" Sahut Karen sambil memeletkan lidahnya ke arah Vidi.

Dengusan Vidi membuat Karen terkikik pelan, "untung sayang." Lirih Vidi dengan suara yang berusaha ia pelankan agar Karen tak mendengarnya.

Yahh, semenjak permintaan terakhirnya pada Karen. Vidi tak berani kembali membuka pembicaraan tersebut, ia tak ingin Karen merasa tak nyaman. Dengan keadaan seperti ini pun, ia masih bersyukur karena bisa sedekat ini dengan Karen. Karena laki-laki itu tahu, Karen masih membutuhkan waktu untuk memproses segala yang terjadi dalam hidupnya, terlebih lagi perihal hubungan asmaranya. Maka dari itu, Vidi tak ingin terburu-buru dan membiarkan semuanya mengalir. Meski jauh dalam lubuk hatinya, Vidi ingin sekali jika hubungannya dengan Karen bisa kembali seperti dulu.

Dengan langkah tertatih, Vidi mengikuti Karen yang langkahnya begitu antusias. Seakan tenaga yang dimiliki tak ada habisnya, padahal sedari tadi, mereka berkeliling kesana kemari.

"Ayo ikut, Vid!"

"Gak."

"Ayolah..."

"Enggak, Karen!"

"Please..."

"Sekali enggak, tetep enggak!"

Bibir Karen langsung cemberut mendengar Vidi yang begitu kekeh menolak ajakannya, tapi mau gimana lagi. Dan dengan langkah yang sedikit dihentak-hentakkan, Karen berlalu menuju tempat antrian permainan yang ia inginkan.

Sedangkan Vidi, tersenyum geli melihat ekspresi yang ditunjukkan Karen. Entah mengapa, melihat segala ekspresi yang ditunjukkan Karen begitu menyenangkan.

Setelah menuruti permintaan Karen, mereka berdua duduk pada sebuah bangku yang disediakan tempat wisata tersebut.

"Tunggu di sini, aku mau beli minum dulu." Tanpa menunggu respon Karen, Vidi langsung melangkahkan kakinya menuju sebuah toko yang tak jauh dari tempat mereka duduk.

Hingga tak lama, Vidi kembali dua botol air mineral dengan satu snack ditangannya, "nih minum!"

Karen menerima uluran botol air mineral dengan tutup yang telah dibuka, "makasih."

"Hmm."

"Vid..."

"Kenapa?"

"Vid..."

"Ada apa sih, Princess?" Balas Vidi setelah mengalihkan pandangannya dari ponsel yang dipegangnya.

"Gak jadi deh."

"Lah?!"

"Gapapa, gak jadi tanya."

"Dih, ngambek!"

Karen merengut sebal, "siapa yang ngambek?!"

"Kamu."

"Enggak!"

"Yakin?"

"Iya."

"Beneran?"

"Iya."

"Kamu jelek?"

"I-iya," beberapa detik kemudian Karen menyadari sesuatu, "ih! Tau ah aku marah sama kamu!"

Perempuan tersebut langsung berdiri meninggalkan Vidi yang kini tengah tertawa terbahak-bahak karena untuk kesekian kalinya berhasil mengerjai Karen. Namun, saat dirasa jaraknya dengan Karen semakin Jauh, ia segera berdiri mengejar Karen dengan langkah panjangnya.

Saat jarak semakin dekat, Vidi langsung menahan lengan Karen yang membuat perempuan tersebut langsung berhenti.

"Kamu mau kemana?" Tanya Vidi lembut.

"Pulang!"

"Siapa yang mau pulang sama kamu?"

"Ya kamu lah!" Jawab Vidi mantap diiringi cengiran.

Karen memutar bola malas dan menghentakkan tangannya, "pulang aja sendiri sana!"

Karen akan melanjutkan langkahnya namun terhenti ketika badannya dibalikkan oleh Vidi.

Pandangan Vidi melembut, kemudian tangannya memegang bahu Karen sesekali mengelusnya, "maafin aku ya kalau bercandaannya keterlaluan. Sekarang kita pulang, oke?"

"Oke," balas Karen dengan setengah hati.

Vidi tau apa yang ingin Karen bicarakan tadi dengannya, namun ia berpura-pura tidak tau. Ia tak ingin jika ia angkat bicara, akan terlihat jika ia memburu jawaban atas pertanyaannya. Dan ia tak ingin itu. Ia hanya tak ingin Karen merasa tidak nyaman, sudah itu saja.

Mereka pun melangkahkan kaki menuju parkiran dimana tempat mobil Vidi berada.

Sambil berjalan, pikiran Karen mengatakan jika ia harus bertanya mengenai pertanyaan Vidi beberapa waktu lalu, "soal pertanyaan kamu waktu itu..."

Berusaha mengumpulkan kekuatan, Karen mendongak dan pemandangan di depannya berhasil membuatnya terkejut.

"ADEK AWAS!!!"

BRAKKK

"NO!!!"

♤♤♤

Halo semuaaaa

Apakah ada yang masih menyimpan cerita ini di library?
Tapi kayaknya udah di remove ya, gapapa deh. Karena ga pernah update, jadi maklum. Maaf telah membuat kalian menunggu:((

Fany Faradila,
04 Juni 2020

K H I A N A TNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ