24. Kecewa

5.7K 320 19
                                    

Entah sejak kapan, Kamu dan Kecewa begitu cocok untuk disandingkan. Setelah membuat nyaman, lalu kau menaburkan rasa kecewa yang begitu menyakitkan.

●○○○●

Karen menghela napas saat mengetahui jika Rafa belum ada kabar sama sekali. Ia memang kecewa, namun ia tak mau terlalu berpikir negatif. Ia akan menahan rasa kecewanya, hingga Rafa akan dengan sendirinya menjelaskan apa yang telah terjadi sampai ia tak memberi kabar sekali pun padanya.

Karena selama ia dalan masa perawatan di rumah sakit, tak sedikitpun pemuda itu memberi kabar.

Justru Vidi dan Alena yang senantiasa hadir setiap harinya. Memberikan Karen hiburan tersendiri ketika rasa bosan tengah melandanya. Memberikan semangat agar segera sembuh.

Tak jarang, Vidi mempertanyakan kabar Rafa yang hanya Karen balas dengan senyum tipis. Karen sendiri pun bingung akan menjawab apa, nyatanya memang ia tak mengetahui apapun.

Ia tidak menuntut Rafa untuk memberinya kabar setiap saat, meski hanya sekali dalam sehari ia tak masalah. Karena Karen tahu, kehidupan Rafa tak hanya berporos pada dirinya. Rafa pasti memiliki kesbukan tersendiri.

Tetapi, tak mengertikah Rafa jika saat ini Karen tengah menunggunya?

Karena perempuan lebih tenang jika diberi kepastian bukan?

Helaan napas panjang lolos dari Karen, karena hampir satu jam lebih ia menunggu kedatangan Rafa. Tadi malam Karen sengaja mengirim pesan terlebih dahulu, mengajak Rafa untuk sekedar menonton. Dan lelaki itu mengiyakan ajakannya.

Tapi mengapa hingga saat ini ia tak datang?

Jika memang tak bisa hadir, seharusnya Rafa tidak menyetujui keinginannya. Karen akan maklum jika Rafa memberikan alasan logis atas ketidak setujuannya. Bukan malah membuatnya menunggu seperti orang bodoh seperti ini.

Baru saja Karen mendorong kursi yang didudukinya ke belakang, hingga sebuah suara yang sangat dikenalinya menghentikan gerakannya.

"Maaf telat."

Karen membalasnya dengan dehaman pelan, bingung ingin bereaksi seperti apa.

"Kamu udah pesan?"

"Sudah."

Rasa bersalah hinggap dalam pikiran Rafa, laki-laki itu merasa jika saat ini Karen berada pada mode kecewa, yang berarti berada di atas level marah atau kesal.

Setelah memanggil pelayan dan menyebut menu yang ingin dipesan, perhatian Rafa sepenuhnya menghadap Karen. Menatap dengan seksama perempuan yang beberapa hari ini tak ditemuinya.

Wajahnya nampak sayu, tak sebugar ketika terakhir kali mereka berjumpa. Karen juga nampak lebih diam, tak seperti biasanya yang akan antusias perihal kegiatan yang dikerjakan Rafa.

"Kamu sakit, Ras?" Tanya Rafa pelan sambil mengamit jari-jari Karen.

"Iya," jawaban Karen membuat Rafa tersentak, "aku memang sakit, baik fisik maupun hati." Tangan Karen berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Rafa, "dan jika kamu ingin tahu, aku sudah lelah."

"Aku gak mempermasalahkan jika kamu sekali saja memberiku kabar, Raf. Kamu memberi tahu aku hal apa yang mengharuskan kamu tidak bisa memberiku kabar, biar hatiku tenang." Karen memejamkan mata sambil menghirup udara sebanyak-banyaknya, "tapi," Karen memandang Rafa tepat di matanya, "kamu tidak melakukan itu sama sekali. Aku merasa bukan orang penting buat kamu. Dan aku seperti orang bodoh ketika orang lain bertanya dimana keberadaanmu yang aku sendiri juga tak mengetahuinya!"

K H I A N A TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang