30. Putus

8.2K 464 22
                                    

Harapan akan pupus, ketika sebuah hubungan telah putus.

●○○○●

Suara decitan pintu membuat seorang gadis yang tengah memejamkan matanya mengerang kesal. Tidurnya telah terganggu sedari tadi, dan ia sungguh ingin berkata kasar.

"Alena masih ngantuk, Ma. Hari ini Alena juga gak ada jadwal kuliah, jadi biarkan Alena tidur seharian ini." Ucap gadis tersebut saat mendengar suara langkah kaki mendekat.

Tak lama, Alena merasakan pergerakan di tepi ranjangnya membuat Alena mau tak mau menyibak selimutnya masih dengan keadaan mata yang tertutup.

"Udah Alena bilang kalau Alena li---"

Setelah membuka matanya, Alena terdiam saat melihat siapa yang ada dihadapannya. Ia kira sang Mama yang masuk ke kamarnya. Namun, ia malah melihat seseorang yang paling tidak ingin ia temui.

"Ngapain kesini?!"

"Aku mau minta tolong un---"

"Gak bisa!" Potong Alena cepat, emosi mulai menguasai benaknya. Jika melihat wajah orang yang di hadapannya, ia langsung teringat akan sahabatnya yang tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Alena tahu jika lelaki di hadapannya ini akan meminta tolong mengenai Karen. Tapi ia tak akan membiarkan sahabatnya terluka lagi.

Meski ia tak tahu bagaimana rasa sakit yang dirasakan sahabatnya, bukan berarti ia tak bisa menjabarkannya sendiri. Ia juga merasakan sesak saat mengetahui apa yang menyebabkan sahabatnya seperti itu.

"Kakak mohon, Len! Kakak ingin bertemu Saras." Suara lelaki dihadapan Alena kembali terdengar, suaranya sarat akan permohonan. Tapi Alena tidak akan terpengaruh, karena rasa ibanya kalah dengan rasa amarah yang dimilikinya.

Mata Alena menatap nyalang ke arah kakak sepupunya itu, "untuk apa?" Sebelah tangan Alena mengepal erat, "bukannya kakak udah memilih bersama perempuan itu? Jadi apa gunanya bertemu dengan Karen? Useless kan?"

"Aku juga bersyukur karena Kavi dan Vidi begitu menjaga Karen dengan baik, sehingga bajingan seperti kamu..." telunjuk Alena mengarah tepat di wajah Rafa--lelaki yang sedari tadi berbicara dengannya, "tidak bisa menemui Karen."

"Alena!!" Suara laki-laki tersebut meninggi begitu mendengar sebutan Alena untuknya.

"Apa??!" Balas Alena tak kalah tinggi, "memang Kakak bajingan 'kan? Karena Kakak lebih memilih perempuan yang dulu menyia-nyiakan Kakak dibanding perempuan yang dengan tulus mencintai Kakak."

"Len, kakak mohon..."

"Sekali tidak tetap tidak!" Tangan Alena terangkat mengarah pintu kamarnya, "silahkan keluar dari sini!"

Mau tak mau, Rafa melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar Alena, sekilas Rafa menoleh dan melihat Alena memalingkan wajahnya. Rafa menarik napas panjang dan menutup pintu kamar Alena.

Di luar, Rafa bertemu dengan Renata--tantenya. Renata memandangnya dengan tatapan kecewa, dan Rafa tahu jika Alena telah menceritakan kisahnya.

"Tante kecewa sama kamu, Raf.."

Tanpa menunggu balasan Rafa, Renata meninggalkan pemuda itu yang tengah mematung di depan kamar anaknya.

●○○○●

Kavi menghela napas lelah saat mengetahui belum ada tanda-tanda perkembangan dari sang Kakak. Ia tak tahu harus sampai kapan kondisi kakaknya akan seperti ini.

Tangannya menjambak rambut frustasi, tak habis pikir ketika mengingat betapa mirisnya kisah percintaan sang Kakak. Ia merasa gagal dalam menjaga sang Kakak, padahal dulu ia berjanji akan selalu menjaga kakaknya dari rasa sakit yang kapan saja bisa datang.

"Kavi janji Kak, Kavi bakal jagain Kakak dari segala rasa sakit yang kapan saja bisa menghampiri Kakak."

Yahh, Kavi masih mengingat betul apa yang diucapkannya dulu, meski tak seluruhnya ia ingat, pada intinya ia harus menjaga Karen.

Kavi menolehkan kepalanya saat merasa ada yang menepuk bahunya. Ternyata Vidi tengah mengulurkan sebotol air mineral kepadanya seraya menunjukkan senyum kecil. Adik dari Karen tersebut pun menerimanya dan langsung meneguknya.

"Karen belum sadar?" Tanya Vidi setelah keheningan beberapa saat. Melihat wajah lesu dari Kavi membuat Vidi paham jika Karen belum sadar.

"Padahal gue udah kangen banget denger celotehan dia, permintaan dia, cerewetnya dia, manggil dia Princess..."

Vidi terus berceloteh mengenai Karen tanpa disadari tatapan penuh arti yang dilayangkan oleh Kavi.

"...dia itu kalau udah laper aja larinya ke gue, gue sampe her---" Vidi terdiam saat melihat Kavi yang ternyata tengah menatapnya dalam diam.

Kavi sadar jika Vidi masih menyimpan perasaan untuk Kakaknya, namun lelaki itu memilih diam mengingat Vidi tak memperlihatkan perasaanya dan memilih untuk menjadi teman Karen. Kavi juga merasa bersalah mengingat fakta sebenarnya mengenai putusnya hubungan Karen dan Vidi. Ia sangat merasa bersalah pada Vidi karena telah menuduhnya yang tidak-tidak.

"Kenapa Kav?"

Kavi menggeleng, "enggak."

Dan selanjutnya hanya hening yang terjadi diantara mereka.

Tapi ada yang berbeda dari gelagat Vidi, laki-laki tersebut nampak seperti mengatakan sesuatu.

"Ada yang mau lo omongin?"

Vidi terlihat gugup saat Kavi membuka suara, dengan tarikan napas panjang ia langsung memandang serius ke arah Kavi.

"Gue tahu kalau perasaan gue ini salah, seharusnya gue ilangin karena Karen masih berstatus milik orang lain. Tapi lo tahu kan kalau perasaan itu gak bisa ditebak?" Tatapan serius Vidi membuat Kavi terdiam, "gue sadar sebelum ada kata putus pada hubungan Karen, gue gak berhak apa-apa. Tapi untuk berharap gue bisa miliki Karen kembali tidak masalah bukan?"

Lambat laun, Kavi bisa mencerna apa yang disampainkan Vidi. Tebakannya benar jika Vidi masih memiliki perasaan pada Karen. Terlihat jelas dari bagaimana Vidi menatap Karen, tanpa Karen sadari jika tatapan itu sarat akan cinta dan rindu yang dalam. Dan kalimat selanjutnya yang terlontar dari Vidi, membuat Kavi terdiam.

"Kalau gue akan perjuangin Karen lagi, boleh?"

●○○○●

Haloooo

Akhirnya updet😂

Saya minta maaf jika kalian udah nunggu lama🙏

Emangnya masih ada yang nunggu?😂

Saya hanya mengatakan, jangan pernah bosen ya nunggu cerita ini updet. Karena authornya rada sableng:)

Karena part genap, akan saya private:)

Cukup sekian dan terima kasihh, jangan lupa vote dan komennya ditunggu:))

Fany Faradila,
13 Juli 2018

K H I A N A TWhere stories live. Discover now