My Boy 42

62.4K 2.5K 222
                                    

Rangga menatap Taufik dengan tatapan yang sulit diartikan,dia marah,kecewa dan juga merasa terluka secara bersamaan. Dia kira papanya sudah mendapat pelajaran dan merasa menyesal setelah Rangga meninggalkannya selama ini. Tapi ternyata semua tembakannya salah,karena bukanya kata maaf dan juga penyesalan yang dia terima. Dia malah mendapat sebuah kaliamat yang berhasil membuat rasa bencinya kepada papanya semakin bertambah.

"Rangga kira setelah bertahun-tahun Rangga pergi papa bakalan berubah" ucap Rangga dengan nada kecewa yang sangat kentara. "Rangga kira papa bakalan perbaikin semuanya,tapi ternyata yang Rangga dapat papa malah berusaha ngusir Rangga lebih jauh lagi." Lanjutnya sambil menatap Taufik yang hanya bisa diam mendengar perkataan Rangga.

"Kalo emang Papa udah enggak mau lihat Rangga lagi bunuh aja sekalian biar Papa puas!!" Rangga berteriak untuk meluapkan semua emosi yang dia tahan bertahun-tahun. "Belum cukup Papa hancurin masa kecil Rangga dan sekarang Papa mau hancurin masa remaja Rangga lagi? Kalo emang itu mau papa bunuh Rangga pa,biar papa puas sekalian."

"Rangga!! Papa lakukan ini demi kebaikan kamu!!" Taufik yang juga tersulut emosinya karena perkataan Rangga,dia tidak ada maksud sama sekali untuk membuang Rangga. Ini semua murni karena dia ingin yang terbaik untuk masa depan Rangga.

"Papa bilang demi kebaikan aku?" Tanya Rangga dengan nada sedikit mengejek. "Kebaikan aku atau kebaikan papa?!!"

"Rangga stop!!" Taufik merasa kesal dengan sifat keras kepala Rangga yang tidak pernah berubah sama sekali. "Papa laukin ini semu murni buat kebaikan kamu. Papa ingin kamu mendapat pendidikan yang lebih baik."

"Di sini juga bisa Pa."

"Papa mau kamu bahagia Ngga,setidaknya kalo kamu sekolah di luar negeri masa depan kamu terjamin."

"Enggak selalu Pa,bisa aja di luar negeri Rangga malah semakin parah dan jadi pemberontak." Rangga berdiri dari kursinya dan menatap Taufik. "Kalo Papa emang sayang sama Rangga dan ingin yang terbaik,biarin Rangga tentuin pilihan Rangga sendiri. Dan Rangga janji enggak akan pernah kecewain papa."

Setelah mengatakan itu Rangga langsung pergi membuat semua yang ada di sana hanya bisa menatap kepergiannya dalam diam. Aldo dan Rena merasa kasihan kepada Rangga yang lagi-lagi dia harus merasakan sakit karena keeogisan papanya. Mereka tau Rangga hanya ingin menentukan pilihannya sendiri bukan malah di paksa seperti ini,karena semakin Rangga di paksa maka dia malah akan membuatnya semakain berontak.

"Rena ajak Oma masuk dan suruh pelayan buat bawa sarapannya ke kamar." Taufik berdiri dari kursinya dan beranjak meninggalakan meja makan yang kembali terlihat sepi seperti biasanya.

"Oma,ayo Rena anter ke kamar." Rena menghampiri Omanya yang terlihat sedih karena kepergian Rangga. "Oma enggak usah sedih,Rena janji kapan-kapan Rena pasti ajak Rangga pulang ke sini lagi." Ucap Rena  berusaha untuk menghibur Omanya.

"Janji?"

"Iya Oma Rena janji. Kalo enggak percaya tanya Aldo deh." Rena melirik Aldoa yang hanya diam di tempatnya. "Iya kan sayang? Kita pasti bakalan ajak Rangga ke sini lagi." Tanya Rena sambil tersenyum.

"Iya Oma,Aldo juga janji akan ajak Rangga pulang lagi." Aldo menghampiri Rena dan Oma yang sudah dia anggap seperti Omanya sendiri. "Oma jangan sedih lagi,kan masih ada Aldo." Ucap Aldo sambil berjongkok dan memeluk Oma.

"Terimakasih Aldo."

"Iya Oma sama-sama." Aldo tersenyum sambil mengusap punggung Oma Rangga.

"Yaudah sayang,ayo ajak Oma ke kamar." Rena menepuk pelan bahu Aldo dan membantunya untuk membawa Oma ke kamar. Dia sebenarnya merasa sedih melihat keradaan Omanya yang seperti ini,tapi dia sendiri juga tidak tau harus melakukan apa mengingat betapa keras kepalanya Rangga dan Papanya. Dia hanya bisa berharap semoga salah satu dari mereka bisa mengalah agar semuanya bisa berakhir.

Perfect boyWhere stories live. Discover now