Rumah Hantu

1.7K 152 4
                                    

•••
Kapan pun, dimana pun, asal bersamamu dengan senyummu, maka itu adalah hal terindah.
•••

Iqbaal pov

"Em bukan,, ituh.. aku tau tapi ngapain masih megang tangan ku??!" Ucap Ira, membuat ku gelagapan dan langsung melepas tangannya lalu mengaruk belakang kepalaku yang jelas jelas tak gatal sambil nyengir padanya.

"Maaf, gak sadar tadi " kataku di iringi senyum manis dariku, ku liat dia terdiam sebentar. Gawat dia gak kambuh lagikan?.

"Tak apa, ayo itu sudah giliran kita " dia menarik tanganku dengan semangat naik ke roler coaster itu.

Awalnya tak terjadi apapun namun saat kereta ini bergerak sangat cepat seperti terjun bebas, refleks gue mengang erat tangan Ira.

"Ajir,, cepert banget, gila gue belum mau mati. Bang bang berhenti gue takut ajir. Mati muda gue. " Tariak gue ajir sumpah takut banget serius.

"Aaaa gue belom nikah ya Allah ampunilah hamba. Lagian siapa bikin ini sih tinggi amat tar gue jatoh gimanana.  Wahahah gue masih banyak dosa." Kira kira sepeti itu terus teriak gue sampai itu kereta berhenti.

Dengan nafas terengah-engah gue turun ngikutin Ira, pas di luar gue mengang lutut gue membungkuk mengumpulkan nafas sebanyak banyaknya.

Sampai gue mendengar kekehan kecil dari samping gue. Refleks gue berdiri lalu natap Ira. Dia ?, Tertawa gengs cari buku sama pulpen cepet tulis ini tanggal berapa, bulan, tahun, jam, menit, detik, harinta juga. Gila di ketawa depan gue. yesss...

"Iqbaal kalau takut kenapa naik " ucapnya mengakhiri tawanya. Gue senyum.

"Gue bakal lakuin apapun asal lo ketawa lagi" gumang gue. Gak tau kalau dia denger gak apa apa juga sih.

"Apa katamu tadi gak jelas?" Tanya ira kini sudah kembali ke semula. Ya elah.

"Gak kok kesana yuk." Ajak gue, gak lupa menarik tangannya ea cari kesempatan.

Gue dan ira hampri memainkan setiap permainan dari tembak-tembakan yang dari sepuluh percobaan gue cuman menang sekali dan berhasil dapat boneka, lalu nonton motor cros yang berputar dalam tempat yang gue gak tau jelasin kayak gimana dan masih banyak lagi.

Tadi juga habis naik yang mirip kincir, gaktau namanya apa. Trus masuk Rumah cermin tadi sih sempat tersesat tapi Ira yang nujukin jalan sampai keluar hehe kemudian makan jagung bakar.

sehabis makan jagung bakar bareng ira, sekarang beli Arum manis. Hah, sejak tadi Ira gak pernah ketawa lagi tapi setidaknya dia senyum kecil banget sampe gak kelihatan.

Kita duduk di bangku yang di sediakan di sana sambil memperhatikan lapu lapu dan orang yang selalu lalang.

"Iqbaal" Panggil Ira memecahkan keheningan antara kita. Ahai kita.

"Hemm" gue berdehem karena lagi makan Arum manis yang ada ditangan ira. Sengaja beli satu ajah biar romantis.

"Aku mau masuk sana boleh ya?" tanya Ira memakan Arum manis dan mengigit ujung jari telunjuknya. Senang bisa ngeliat dia seperti itu lagi. Sebenarnya itu adalah kebiasannya dulu saat meminta sesuatu membuat siapa pun gak bisa nolak.

"Mana ?" Tanya gue mengikuti arah pandangannya dan ternyata.

Oh Rumah hantu

"WHAT!!??Rumah hantu" pekik gue, mampus kalian jangan bilang gue ini Cemen ya bukan gituh cuman coba ajah mikir muka mereka acur gitu muncul depan kalian, kan serem.

"Iyaa, boleh ya ?" Kata Ira berbalik menatap ku penuh harap, oh Tuhan kenapa kau menaruh hambamu di keadaan yang seperti ini.

"Eemm, lo gak takut emang ? Di sana serem banget loh, gak usah ya gue gak mau lo takut trus kebawa mimpi" bujuk gue agar dia berubah pikiran, tapi yang gue katakan bener adanya gue gak mau dia mimpi buruk.

"Hm, aku masih punya mimpi yang lebih buruk dari itu. Setidaknya itu lebih baik daripada mimpi yang terus menghatui setiap tidur " gumangndia yang terdengar jelas di telinga gue, dia menunduk meremas tangannya.

Kalau sudah seperti ini gue gak bisa nolak lagi, gue berdiri dihadapannya dan mengulurkan tangan.

"Yaudah, ayo" ajak gue, Ira mendongak menatapku bingung.

"Kemana?" Tanya dia, lah ?

"Ke Rumah hantu itu, katanya pengen " ucapku tersenyum.

"Benarkah,!!" Pekiknya berdiri dihadapnku, langsung ajah gue nganguk.

Dia tersenyum lebar memperlihatkan lesung pipi yang selama ini terkubur kini terlihat lagi. Sesuatu yang sangat ku rindukan, rasanya damai dapat melihat senyum itu.

Meski harus masuk kedalam sana, gue bakal lawan ketakutan gue asal senyum itu tak perlu hilang lagi.

"Ayo" ajaknya menarik tangan gue tapi gue gak bergerak.

"Kenapa ?, Kamu takut kalau gituh gak usah deh" ucapnya lesuh

"Gue mau tapi satu syarat " ucap gue dia balik dan waw senyum lagi.

"Apa?" Seseneng itu lo mau masuk sana padahal isinya serem.

"Foto dulu ya" ucap gue. Yaiyalah harus foto ini adalah hari bersejarah.

Dia menganguk, dengan cepat gue berdiri di sampingnya dan mengangkat ponsel gue.

"Senyum " ucap gue .

Dia senyum menampilkan lesung pipinya itu, gue pun ikut senyum dan memotret kita berdua.

Setelah itu kita berjalan masuk kedalam Rumah hantu itu.

Baru ajah masuk udaranya udah dingin ajah, semakin kedalam semakin sunyi suara jangkrik juga terdengar, dan tiba tiba kepala bergulir di depan gue refleks gue teraklah.

"Waaaa kepala kepala, heh mba pasang lagitu kepala lo jangan buat lari lari kayak gituh" cercegur menunjuk nunjuk badan yang terbergerak di pinggir sana.

"Iqbaal itu boneka " ucap Ira senyum dan menarik tangan gue pergi, di depan sana sudah ada si kuntilanak gantung gantung di atas.

"Ngapin lo gantung gantung situ bajunya kotor lagi Sono lo man... waaaaaaa" geram gue diakhiri teriakan saat si kuntilanak ketawa serem ajir,

"He tuyul ngapain pegang pegang jauh jauh lo, botak lagi sodara upin Ipin ya ?" pekik gue saat bocah botak badan putih cuman pake celana dalam atau apa itu narik tangan gue, sedangkan Ira terus tertawa melihat kelakukan gue

"Waaahhhh muka jelek ngapain pegang kaki gue lepas gak?, Ira tolongin " ucap gue memelas, Ira tertawa dan menarik gue sampai pengangan tu setan jelek lepas. Dan masih banyak teriakan teriakan selanjutnya diiringi tawa Ira yang terus menggema di telinga gue.

Meski gue merasa ketakutan yang sangat itu bisa terbayar dengan tawa dari Ira, apapun ge bakal lakuin asal dia ketawa lagi, meski pun gue harus ninggalin dia demi senyum itu, bakal gue lakuin juga.

Tapi senyum itu bisa hadir karena gue kenapa harus pergi?.
Gue harap ini gak berakhir, andai gue bisa hentiin waktu.

Habis dari sana , gue dan ira naik ayunan yang berputar entahlan, sederhana sih tapi seru.

"Ira , balik yuk udah malem banget nih ntat gue di makan Naufal" ucap gue menarinya menuju pintu kearah tempat kita merkir motor, oh gue lupa bilang ya kalau gue sama ira kesini cuman pakai motor.

Sampai di Rumah Ira ternyata si Abang ioar udah depan pintu dengan berdecak pinggang menatap gue sinis.

"Woy jangkrik ngapain lo bawa adek gue sampai jam segini?, Mau gue pecat lo gue gak restuin hah?"

Tbc
•••
Yuhu,,,, saya balik lagi
Apa kabar semua ?😋
hati hati TYPO ya.😅

Kalau suka jangan lupa vote , kalau biasa ajah ya pencet bintang ajah ya.😘

Jangan bosan baca ceritaku ya😉

Your Are My Heart ✔Where stories live. Discover now