24 || Degup

51.9K 8.1K 650
                                    

========

24

d e g u p

========



"Trivia, ingat pas lo ketemu gue di resto Jepang dua minggu lalu?"

Riv tengah menyendok es podengnya ketika Arraf bertanya. Dia menelan es yang meleleh dalam mulutnya itu sebelum menjawab, "Ingat. Kenapa?"

"Gue waktu itu lihat ada cowok gandeng tangan lo," ujar Arraf, berusaha terlihat sambil lalu saat mengatakannya. Mereka kini duduk di bangku dekat gerobak es podeng. "Cowok itu siapa? Teman kencan lo?"

"Iya," jawab Riv, dan Arraf berusaha santai menanggapinya. "Itu teman Abang gue. Lo sendiri juga nge-date sama cewek lain, kan, walau lo juga lagi PDKT sama gue?"

"Iya." Arraf menyuap es podengnya ke mulut. "Lo bukan nge-date sama cowok lain buat bikin gue cemburu, kan?"

"Hah?" Riv mengernyit, heran bukan main. "Buat apa gue bikin lo cemburu?"

"Ya nggak tahu. Makanya gue nanya iya apa enggak."

"Enggaklah." Riv menyuap potongan alpukat es podengnya. "Buat apa juga bikin lo cemburu? Aneh. Gue nge-date ya buat have fun, buat kenalan sama orang baru. Kalau gue nge-date sama cowok lain buat bikin lo cemburu, itu berarti gue kekanakan."

"Baguslah kalau lo mikir kayak gitu." Arraf mengambil ketan dari gelas esnya. "Biasanya ada orang yang suka nggak tahu diri, Riv. Belum ada ikatan apa-apa, eh dianya marah-marah ke gue karena gue flirting atau nge-date sama cewek lain. Masih gebetan aja malah menuntut gue untuk memperlakukan dia sebagai satu-satunya perempuan yang spesial. Otaknya nggak dipakai mikir apa, ya."

Riv tertawa karena keblak-blakan Arraf. "Menurut gue itu emang aneh sih. Orang emang belum ada ikatan apa-apa kok, malah marah-marah nggak terima kalau kitanya nge-date sama orang lain?" Kemudian, Riv menambahkan. "Yah, kalau cemburu dikit okelah, asal nggak perlu ditunjukkin sampai marah-marah nggak terima gitu. Tapi harusnya sadar sih bahwa dia juga bisa flirting sama gebetan dia yang lain kalau dia mau."

"Setuju." Arraf manggut-manggut. Sebab, memang itulah yang dia lakukan setelah melihat Riv berkencan dengan lelaki lain. Arraf juga bisa berkencan dengan perempuan lain yang dia inginkan.

Meskipun pada akhirnya, Arraf harus sedikit kecewa karena tak ada dari mereka yang bisa memahaminya sedalam Riv mengerti dirinya.

Selesai memakan es podeng, Arraf dan Riv berjalan keliling taman. Di tengah jalan, Arraf masih teringat dengan kejadian di resto Jepang dulu. "Riv, pas gue ngelihat lo sama cowok di resto Jepang itu kan, lo gandengan tangan sama dia," ujar Arraf, berusaha santai. "Lo nggak masalah digandeng tangannya pas masih kencan sama gebetan?"

"Nggak masalah," ujar Riv, santai. "Lo mau gandengan, Raf?"

Arraf seketika menyengir. Dia tak perlu mengucapkan kata iya. Langsung saja tangannya menyelinap ke sela-sela jemari Riv, mengaitkannya dengan jemarinya sendiri. Rasanya hangat. Tangan Riv terasa lebih kecil darinya. Arraf mengelus tulang-tulang yang menonjol di ujung buku jari Riv. "This is better."

Mereka menapaki jalan sambil bergandengan tangan, menikmati pagi dengan udara yang masih terasa segar. Ketika bertemu beberapa gerobak jajanan lagi, mereka membeli batagor lalu berlajan ke arah tempat duduk dekat air mancur.

Rotasi dan RevolusiWhere stories live. Discover now