32 || Magis

124K 9K 1.7K
                                    


A/N

4k words. Thank me later. Di bawah ada GIF nama Rivarraf

-;-


========

32

m a g i s

========


2017



Tanpa terasa, empat bulan berlalu dari masa pacaran Arraf bersama Riv.

Berpacaran dengan Riv terasa begitu mudah untuk Arraf. Rasanya seperti bersenang-senang bersama sepanjang empat bulan itu. Bukannya tak pernah bertengkar. Mereka hanya cepat berbaikan. Arraf sadar hal ini sulit dicapai dengan mantan-mantannya terdahulu karena komunikasi di antara mereka kurang terbuka. Dengan Riv, Arraf yakin komunikasi mereka sudah sangat baik. Mereka sama-sama saling terbuka dan jelas apa maunya, tak ada yang kode-kode dan menunggu yang lainnya peka. Riv selalu jelas mengatakan apa yang dia inginkan, sehingga Arraf juga lebih mudah untuk tahu apa yang harus dia lakukan. Komunikasi di antara mereka sudah sangat bagus dan Arraf ingin mempertahankan komunikasi terbuka ini pada jenjang pernikahan nantinya.

Hanya saja, rencana Arraf memang tak selamanya selalu lancar. Ada harga yang harus dibayar untuk mewujudkan keinginannya.


***


Pukul sembilan malam di hari Jumat, Riv dikejutkan dengan chat masuk dari Arraf. Dia baru saja selesai cuci muka ketika chat itu muncul.


Arraf Abizard Rauf

Aku ada di depan kos
kamu skrg.

Trivia Ganggarespati

Seriusan?

Arraf Abizard Rauf

Liat aja sendiri.


Riv membeliak. Ini ganjil sekali. Sebab Arraf tak pernah datang ke tempatnya secara tiba-tiba seperti ini. Keganjilan ini justru membuar Riv khawatir. Apa Arraf sedang ada masalah?

Mengenakan jaket dan berjalan keluar indekosnya, mata Riv pun mudah menangkap motor Arraf dan pemiliknya di depan gerbang. Arraf menoleh menatapnya. Senyum tipis pun terulas di bibir lelaki itu. "Hai."

Alis Riv justru bertaut. Dia mendekat, meneliti wajah Arraf yang terlihat lelah meski tersenyum. Riv mengelus lengan Arraf. "Kamu nggak apa-apa?"

Senyum tipis Arraf melebar sedikit. Hatinya merasa lebih ringan karena melihat kekhawatiran Riv. "Kita ngobrol, yuk. Tapi jangan di sini."

"Mau ke warkop aja?" tanya Riv. Dia tahu ada warkop plus roti bakar yang tak terlalu ramai dan enak untuk dijadikan tempat kumpul.

"Boleh." Arraf mengedikkan kepala ke arah motornya. "Ayo naik."

Riv menuruti ucapan itu. Dia lalu mengarahkan Arraf ke warkop roti bakar yang agak jauh dari indekosnya. Sesuai prediksi Riv, warkop itu tak terlalu ramai. Hanya diisi tiga orang pelanggan yang sedang makan atau mengobrol sambil minum kopi atau es cokelat. Riv memesan ovaltine dingin sementara Arraf memesan roti bakar telur mata sapi dan kornet.

Rotasi dan RevolusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang