PART 2

44.8K 2.6K 362
                                    

Dia yang tadinya sudah bersiap mengobati luka di tangan Arland, malah tak jadi.

"Kalau tahu kamu orangnya, aku nggak akan nolongin," kesalnya beranjak dari hadapan Arland dan berlalu pergi begitu saja.

Saking kesalnya, dia tak sengaja malah menyenggol siku Arland, membuatnya sedikit meringis. Tentu saja reaksinya itu membuat kedua adiknya terlihat cemas.

"Sakit banget ya, Kak?"

"Ngga, kok," jawabnya mengelak sambil sedikit tersenyum. Padahal aslinya lumayan perih.

Dia yang tadinya sudah berlalu pergi, tiba-tiba saja kembali menghampiri Arland. Kemudian  mengambil kotak obat yang berada di tangan Lauren dan lanjut membersihkan serta mengobati luka di siku Arland. Ya ... meskipun wajahnya itu sangat menunjukkan kalau dirinya sedang kesal.

"Apa rasanya sakit?" Dia bertanya, meskipun pandangannya hanya berfokus pada luka itu. Takut saja, sentuhannya nantinya malah membuat rasa perih.

"Tidak," jawab Arland.

Tak ada pembicaraan apapun lagi, baik itu dari Arland-nya sendiri ataupun si cewek, hingga selesai mengobati luka itu.

"Apa kalian berdua saling kenal?" tanya Lhinzy mengarah pada keduanya.

"Nggak," jawab keduanya singkat dan serentak, membuat si kembar malah tersenyum gaje.

"Wihhh ... kok bisa barengan gitu, sih ... apa ini yang dinamakan jodoh?"

Arland menatap horor kearah Lauren. Kenapa adiknya harus berkata sedewasa itu. Dia masih anak-anak, loh, malah ngomong masalah jodoh.

"Haii, Kak ... aku Lauren dan ini kembaranku namanya Lhinzy. Ini Kakakku tercinta namanya Arland," jelas Lauren

"Iya, salam kenal juga. Namaku Kiran," balasnya memperkenalkan diri sambil tersenyum manis. Tapi, senyuman itu kembali pudar saat mengarah pada Arland.

"Kemarikan telapak tanganmu," pintanya pada Arland. Tapi malah diacuhkan saja, hingga ia langsung saja menarik tangan Arland dengan paksa.

"Kalau tidak segera diobati, ini bisa infeksi," ujarnya membersihkan luka itu sambil sesekali meniup-niup agar tak ada rasa perih dirasakan Arland.

Tiba-tiba saja Arland merasa ada yang aneh pada hatinya. Matanya, juga seolah tak mau diajak beralih dari sosok Kiran yang kini sibuk mengobati lukanya. Apalagi sentuhan itu, membuatnya merasa tenang. Rasa perih seolah hilang begitu saja.

"Kak Kiran, kita makan, yuk," ajak Lhinzy pada Kiran yang selesai mengobati luka di telapak tangan Arland.

"Aduh ... maaf, ya, Dek ... bukannya Kakak nggak mau, tapi Kakak mesti ke Rumah Sakit," jelas Kiran menolak secara halus ajakan si kembar dengan senyuman manis mengukir bibir tipisnya.

"Yaah ..." keluh keduanya.

Ia membereskan dan memasukkan obat-obatan itu ke dalam sebuah kotak dan mengembalikan pada Lhinzy. "Kalau gitu, Kakak pergi dulu ya. Bye," pamit Kiran pada Lauren dan Lhinzy, tapi tidak pada Arland.

Lauren dan Lhinzy hanya menatap kepergian Kiran dengan lesu. Padahal mereka berdua berharap kalau Kiran mau ikut makan bersama. Kini, pandangan itu beralih pada Arland dengan tatapan kecut

"Kenapa menatap seperti itu?"

"Kakak, sih, jadinya Kak Kiran pergi," keluh Lauren menyalahkan Arland sambil bersidekap dada.

"Kok malah Kakak yang disalahin?"

"Iyalah. Tampangnya jutek giu. Nggak bisakah Kakak berbagi sedikit senyuman? Smile, Kak, smile..."

My Soulmate From My Heart  (S2)Where stories live. Discover now