Part 22

26.2K 1.8K 165
                                    

      Sesuai jadwal. Pagi ini, tepatnya jam 9 pagi, Arland sudah memasuki ruang operasi. Semua keluarga menunggu di depan ruang operasi. Tak terkecuali, Kiran.

      Entah kenapa, kecemasan yang di rasakan Kiran sangat berbeda antara Arland dengan Dira dulu. Apa mungkin karena Arland adalah suaminya? Mungkin saja.

---000---


   Dira saat ini masih mondar-mandir di parkiraan kampus. Berharap Kiran akan datang. Dari semalam ia menghubungi Kiran, tapi ponselnya tak aktif. Begitupun dengan telfon rumahnya, tak ada satupun yang menjawab. Apa semua orang dirumahnya tiba-tiba menghilang atau di culik sama makhluk luar angkasa untuk di jadikan tumbal pesugihan. Nyambung nggak, sih? Abaikan yang nggak penting.

     "Ni anak kemana, sih," gumam Dira yang pandangannya terus mengarah ke arah gerbang kampus. Sampe-sampe matanya udah kaya mata ikan asin. Melotot dan nggak berkedip. Jelas saja, ikan asin kan udah mati. Nggak mungkin berkediplah tu matanya.

    Karena terlalu konsen dan hanya memikirkan Kiran layaknya seorang kekasih, Leo yang berjalan di depannya pun ia acuhkan begitu saja bagaikan angin yang berhembus. Dan sikap Dira yang aneh itu, jelas membuat Leo, heran. Karena biasanya Dira kan selalu menggerayangi kemanapun kakinya melangkah. Menggerayangi? Bahasa yang aneh.


     "Hmm..," dehem Leo dengan sengaja berdiri di hadapan Dira.

     "Eh, Bapak," balas Dira sambil cengengesan.

      "Kamu ada kelas sama saya, kan?"

     ''Iya, Pak,''

     "Trus, ngapain kamu masih mondar-mandir kayak setrikaan rusak gini, di parkiran. Berencana nggak masuk di jam saya?"

     Heran. Mana ada setrikaan rusak masih bisa mondar-mandir.

    "Eh, bukan gitu, Pak. Saya lagi nungguin Kiran,"

     "Kiran? Kamu nggak tau?"

     "Enggak. Kan Bapak belum ngomong. Apa saya yang nggak denger ya, Pak. Tapi, perasaan kuping saya masih normal,"

     Andai, membunuh itu nggak dosa dan nggak bikin kita masuk penjara. Mungkin Leo akan memukul Dira dengan penggaris yang ada ditangannya.

     "Abaikan perkataan saya, Pak. Efek nggak sarapan itu mah," terang Dira, "Jadi, Kiran kemana? Dimana? Ada apa? Pak,"

     Sabar. Orang sabar segera dapat pacar.

     "Ya, Kiran nggak masuk. Soalnya dia lagi di Rumah sakit, suaminya hari ini operasi,"

     "Su-suami?" haruskah Dira kaget?

     "Kamu belum tau, Arland sama Kiran kemaren kan udah nikah," terang Leo. Dira langsung kejang, maaf bukan kejang. Tapi, kaget.

     Kiran nikah sama Arland, dan dia nggak tau. Terlebih, Kiran tak memberitahukan kabar itu padanya.

     "Kok dia nggak ngasih tau, sih. Keterlaluan banget tu anak. Awas aja kalau ketemu," kesal Dira.

     Sementara Leo, mendengar Dira yang heboh sendiri, ia memilih berlalu pergi.

     "Bapak," teriak Dira pada Leo, "Kok saya ditinggal? Ini lagi curhat, lho," ujar Dira segera menyusul Leo.

---000---


    "Kok lama, ya," ujar Kiran yang masih setia menunggu jalannya proses operasi Arland.

My Soulmate From My Heart  (S2)Where stories live. Discover now