PART : 3

41.1K 2.3K 434
                                    


Kiran kaget saat mengetahui ternyata Arland adalah seorang dokter. Bagaimana tidak, kesan pertemuan pertamanya dengan cowok ini dalam mode yang tak mengenakkan. Hingga membuatnya kesal dan sudah mencap Arland sebagai daftar orang yang tak ia sukai. Dan sekarang, ia harus meminta pertolongannya? Aih ... dunia sempit sekali.

"Ada apa lagi?" tapi Arland dengan ekspresi dingin sambil berdiri berhadap-hadapan dengan Kiran.

"Lagi? Itu berarti kalian sudah saling kenal, begitukah?'' tanya Tristan.

"Pernah ketemu, bukan berarti mengenal," komentar Arland tak terima dengan perkataan Tristan.

Tristan malah tertawa mendengar pernyataan sobatnya itu. "Wah ... jarang-jarang lo kenal cewek selain, Mama lo, si kembar, Ceryl, Dilla dan Keyra," jelas Tristan.

Apa Tristan berniat meledeknya di depan Kiran. Ingin menghajar sobatnya itu, tapi takutnya gadis ini malah memandangnya sebagai cowok psyco.

''Lo bisa diem, nggak?"

Tristan langsung lari ngacir masuk ke dalam. Takut kalau sampai Arland mengamuk, ada baiknya ia segera cari aman.

Arland bersidekap dada di depan Kiran sambil bersender pada pintu masuk. Ia menunggu penjelasan dari maksud Kiran menemuinya.

"Maaf, pertemuan kita memang tidak baik dan maaf juga sekarang aku datang mengganggu waktumu. Tapi kali ini aku mau minta tolong dengan sangat," jelas Kiran sedikit memohon.

"Masalah?"

"Sahabatku harus segera melakukan operasi cangkok Jantung. Aku mohon datanglah ke Rumah Sakit untuk melakukan operasi itu," jelas Kiran berharap kalau Arland mau mengabulkan keinginannya.

"Apa pihak Rumah Sakit tak memberitahukanmu, kalau hari ini adalah hari liburku?"

"Iya sudah, maka dari itu aku kesini datang langsung menemuimu, dokter."

"Maaf, tapi aku sedang sibuk," balas Arland yang secara tak langsung menolak permintaan Kiran.

Sejujurnya, ia bukannya lagi sibuk, tapi otaknya lagi stress mikiran omongan mamanya semalam. Takutnya nanti ia malah tak bisa fokus pada pekerjaannya.

"Tolong jangan sangkut pautkan ini sama sikap ku sebelumnya. Lihatlah, dari segi kemanusiaan. Aku mohon."

Aneh. Mendengar gadis ini memohon padanya, malah membuatnya merasa tak tega.

Setelah berpikir sesaat, akhirnya Arland menyetujui permintaan Kiran. "Ya sudah, aku ke rumah sakit," ujar Arland.

Terlihat rona bahagia terpancar di wajah Kiran saat mendengar jawaban Arland. Ternyata tak sia-sia ia bolak-balik, mencari keberadaan Arland. Ya ... meskipun hatinya masih sedikit ada rasa kesal atas kelakuan cowok ini kemarin. Tapi, sepertinya sudah terobati dengan terkabulnya permintaannya.

"Terimakasih ... dokter," ucapnya tersenyjm.

Apa yang Arland pikirkan? Melihat gadis itu tersenyum, malah membuat dirinya merasa bahagia.

"Maaf sebelumnya ... perkenalkan, namaku Kiran," ujar Kiran sambil menyodorkan tangannya untuk memperkenalkan diri, berharap balasan dari Arland.

"Bukankah kemarin juga sudah tahu," balasnya cuek, tanpa berniat menyambut uluran tangan Kiran. Ia segera berlalu dari hadapan Kiran dan langsung menutup pintu begitu saja.

"Astaga!" Kaget Kiran saat pintu terhempas. "Dia benar-benar dokter jantung bukan, sih? Hampir aja dia bikin jantungku copot," geram Kiran berusaha menetralisir detakan jantungnya efek kaget.

Sementara Arland, ia segera mengganti pakaiannya. Melihat itu, tentu saja membuat Tristan heran. Bukannya sobatnya ini ingin libur dan istirahat. Kenapa sekarang malah bersiap-siap untuk pergi.

My Soulmate From My Heart  (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang